BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fisiologi adalah mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia
dalam keadaan normal. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ masing-masing
dan fungsinya yang khusus untuk dilaksanakan. Fisiologi sistem pencernaan manusia
terdiri dari beberapa organ rongga mulut,esopagus,lambung,usus kecil,usus
besar,rectum,anus,dll. Semua sistem pencenaan itu akan bekerja sesuai dengan
tugasnya namun tetap saling berkaitan untuk mencerna semua makanan yang masuk
ketubuh.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa dan bagaimana pengertian, etiologi, klasifikasi,
stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan
asuhan keperawatan pada klien dengan GE DEHIDRASI
C. TUJUAN
Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi,
klasifikasi, stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan GE DEHIDRASI.
BAB II
PEMBAHASAN
v
Anatomi
dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari
mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat
gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan jug
a meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1.
Mulut
Merupakan
suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya
terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus.
Mulut
merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi
oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih
rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah
dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi
dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2.
Tenggorokan ( Faring)
Merupakan
penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu
Pharynk.
Didalam
lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Keatas bagian
depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama
koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang
yang disebut ismus fausium.
Tekak
terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian
media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang
sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian
media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian
inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring
3.
Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan
adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus –
“memakan”).
Esofagus
bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
Ø
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
Ø
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
Ø
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4.
Lambung
Merupakan
organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri
dari 3 bagian yaitu
Ø
Kardia.
Ø
Fundus.
Ø
Antrum.
Makanan
masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
*
Lendir
Lendir
melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya tukak lambung.
*
Asam klorida (HCl)
Asam
klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
*
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5.
Usus halus (usus kecil)
Usus
halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan
usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M
sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa (
Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
-
Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus
dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus
dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran
yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
-
Usus Kosong (jejenum)
Usus
kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2
meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan
dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus
dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula
dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
Jejunum
diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris
modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
-
Usus Penyerapan (illeum)
Usus
penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara
7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi
adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
* Kolon asendens (kanan)
* Kolon transversum
* Kolon desendens (kiri)
* Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
* Kolon transversum
* Kolon desendens (kiri)
* Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri
di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.
7.
Usus Buntu (sekum)
Usus
buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak
dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis
reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing.
8.
Umbai Cacing (Appendix)
Umbai
cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa
Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum.
Umbai
cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai
cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda –
bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak
orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),
sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem
limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
I.
Rektum dan anus
Rektum
(Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum
ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB.
Anus
merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya
dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.
9. Pankreas
Pankreas
adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan
dasar yaitu :
* Asini, menghasilkan enzim-enzim
pencernaan
* Pulau pankreas, menghasilkan hormon
* Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas
melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat
dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat
digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan
aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah
besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.
10.
Hati
Hati
merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam
tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan
obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis
yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari
kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat
gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang
bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati
sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam
hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati
melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya
dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.Hati adalah organ
yang terbesar di dalam badan manusia.
11.
Kandung empedu
Kandung
empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.
Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau
gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu
yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting
yaitu:
· Membantu pencernaan dan penyerapan
lemak
· Berperan dalam pembuangan limbah
tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran
sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
v RIWAYAT KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGKAJIAN KESEHATAN SECARA
UMUM
·
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan
Meliputi : berat badan,
lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir, perkembangan motorik kasar dan
halus.
·
Sosial Budaya
Terdiri dari :
penggunaan alcohol dan tembakau, kebiasaan makanan yang kurang sehat.
·
Keadaan
Psikologi
Timbulnya
gangguan pada saluran cerna cukup sering dikeluhkan dan menjadi masalah
kesehatan dalam masyarakat. Penyakit-penyakit yang timbul pada saluran cerna,
selain disebabkan oleh adanya faktor organik (kelainan struktur saluran cerna,
infeksi) ternyata 40-60 % merupakan sindrom fungsional. Penderita dapat
mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya
gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan
tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sindrom fungsional pada
gangguan saluran cerna tersebut, antara lain adalah : gastritis (upper
abdominal syndrome), sindrom fungsional hipogastrium (lower abdominal
syndrome), dan aerofagi.
Penderita
gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap
depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi
ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Mereka
memiliki angan-angan untuk dirawat, dimanja, dan untuk memiliki objek yang
diinginkan sehingga mereka sulit menemukan kepuasan yang dibutuhkannya.
Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika
penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat adanya
ketergantungan pada objek yang memanjakannya.
Tetapi penderita merasa takut tergantung pada
orang yang menguasainya dan ketergantungan ini dirasakannya sebagai suatu
penghinaan. Rasa takut ketergantungan, dan terhina mengakibatkan sikap agresif
terhadap mereka, yang dapat memberikan kepuasan. Timbulnya depresi pada
penderita gastritis dikarena mereka mengelakkan agresi yang timbul agar tidak
kehilangan obyek yang memanjanya, dan ini menimbulkan rasa bersalah (guild) yang
dirasakan dirinya sebagai sesuatu yang sangat buruk.
Gangguan
pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga dikenal sebagai
spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic. Tidak
ditemukannya penyebab spesifik (infeksi, peradangan atau gangguan anatomis)
dari hasil pemeriksaan pada saluran cerna bagian bawah, walaupun penderitanya tetap
mengeluhkan kelainan pada pencernaannya, merupakan salah satu petunjuk kecurigaan
adanya sindrom fungsional hipogastrium.
Penderita
penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah pusat,
diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat
keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik).
Faktor
psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan-harapan untuk
meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak
pada orang tersebut. Angan-angan utama untuk dimanja telah berhasil diubahnya
menjadi mekanisme-mekanisme pengelak, sehingga tidak timbul reaksi terhadap
angan-angan pemanjaan yang tak dirasa puas. Mereka secara sadar yakin dapat
memberi banyak kepada orang lain namun secara tidak sadar mereka
meminta/mengharapkan lebih banyak lagi.
Penderita
gangguan ini pada puncak intelektualitasnya dapat secara terus terang mengakui
bahwa dengan prestasi yang mereka miliki, mereka dapat meminta lebih banyak.
Secara tidak sadar mereka merasa bahwa mereka telah memberi “terlampau banyak”.
Pertahanan diri mereka akan runtuh dan dapat mengakibatkan timbulnya gangguan
saluran cerna tersebut bila mereka merasa “tidak dapat membayar” atau ketika
meraka merasa dirinya “kurangdibayar”.
AEROFAGI
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau.
AEROFAGI
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau.
Gejala-gejala
tersebut juga sering disebut sebagai sindrom Roemheld yang terdiri dari rasa
sakit di daerah jantung yang disebabkan oleh diafragma yang tertekan ke atas
oleh lambung yang membengkak karena terisi oleh udara (meteorismus).
Penatalaksanaan
sindrom fungsional saluran cerna ini memerlukan kerjasama yang baik dari penderita
dan dokter yang merawatnya serta jika diperlukan dapat meminta bantuan dari
seorang psikiater. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor
psikologis (setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik
yang mendasari nya) dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang
dapat mengurangi gejala yang dialami penderitanya maka psikoterapi juga
dibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini. Yang
terlebih penting adalah peran serta dari penderita untuk mengatasi masalah yang
dialaminya dengan petunjuk dan bantuan dari dokter dan psikiaternya.
v TANDA DAN KELUHAN UMUM SISTEM
PENCERNAAN
1) Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan
menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu
pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum
antara lain:
a. Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering
menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber
dari masalah saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri,
perawat dapat melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih
komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang juga
mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.
b. Mual
muntah
Keluhan
mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya selalu
berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (nausea) adalah
sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual
disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian manasaja dari saluran GI,
tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi.
Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau bagian dari pusat
muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus gastrointestinal membersihkan
dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus
gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat
terangsang.
c. Kembung dan Sendawa (Flatulens).
Akumulasi
gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu
pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas
dari rektm. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila
mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan.
Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan gas.
d. Ketidaknyamanan
Abdomen
Ketidaknyamanan
pada abdomen secara lazim berhubngan dengan gangguan saraf lambung dan gangguan
saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung
menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih
lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu
dapat juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan atau distress abdomen
bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari
pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan abdomen ini
merupakan gerakan peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi dapat atau tidak
dapat menghilangkan nyeri.
e. Diare
Diare
adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat
adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare
osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah
infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi
usus oleh suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba jga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan
motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang
tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkuran. Individu yang
mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan
kelainan elektrolit.
f. Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai
defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga
definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai penurunan relative jumlah
buang air besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses
mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila individu mengalami dehidrasi atau
apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang
terserap keluar sewaktu feses berada di usus besar.diet berserat tinggi
mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam
feses dan dengan merangsang peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan
demikian, orang yang makan makanan rendah serat atau makananan yang sangat
dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi. Olah raga mendorong
defekasi dengan merangsang saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang
sehari-harinya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.
v Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
· Endoskop
(tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
· Rontgen
· Ultrasonografi (USG)
· Perunut radioaktif
· Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem
pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang
dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan
lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.
Pemeriksaan Kerongkongan
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.
Pemeriksaan Kerongkongan
- Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor. - Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak. - Pengukuran pH
kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak. - Uji Bernstein (Tes Perfusi
Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
- Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.
Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.
Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. - Intubasi Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat
merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.
Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.
Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.
Rontgen
- Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa). - Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.
Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.
USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.
Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar.
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
Pemeriksaan Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).
Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya,
BAB II
PEMBAHASAN
Asuhan
Keperawatan ( Askep ) pada Klien
dengan
Gastroenteritis ( GE )
Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja),
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula
disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all.
1999).
Diare
adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (
WHO, 1980),
Gastroentritis (
GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah
inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang
bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley &
Wong’s,1995).
Gastroenteritis
adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan
oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995
).
Jadi
dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis
adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh
bakteri,virus dan parasit yang patogen.
Patofisiologi
Penyebab
gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia
Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis
akut.
Penularan
gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Mekanisme
dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit
meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa
(asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
Gejala
Klinis
a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir
kering
f. Fontanel cekung
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Badan terasa lemah
Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat
kerusakan mukosa usus.
Tingkat
Dehidrasi Gastroenteritis
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat
badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien
belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat
badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok
nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan
cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Penatalaksanaan
Medis
a. Pemberian cairan.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
Memberikan
asi.
Memberikan
bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan
yang bersih.
c. Obat-obatan.
Pemberian
cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum
a.
Cairan per oral.
Pada
klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l
dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang
diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah
sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai
seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur
dan berat badannya.
1. Dehidrasi ringan.
1jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB /
hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2. Dehidrasi sedang.
1jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB /
oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.
3. Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun
dengan berat badan 3 – 10 kg
· 1 jam pertama : 40 ml / kg BB /
jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
· 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB /
jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
· 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB
oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg
BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun
dengan berat badan 10 – 15 kg.
- 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam
atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg
BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
- 7 jam kemudian 127 ml / kg BB
oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena
2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun
dengan berat badan 15 – 25 kg.
-1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam
atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
-16 jam berikutnya 105 ml / kg BB
oralit per oral.
c. Diatetik ( pemberian makanan ).
Terapi diatetik adalah pemberian
makan dan minum khusus kepada klien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan
serta menjaga kesehatan klien.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
·
Memberikan Asi.
·
Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan
vitamin, makanan harus bersih.
d. Obat-obatan.
· Obat anti sekresi.
· Obat anti spasmolitik.
· Obat antibiotik.
Pemeriksaan
Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
· Pemeriksaan tinja.
·
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,
bila memungkinkan.
· Pemeriksaan kadar ureum dan
creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
b.
Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk
mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien
diare kronik.
Tumbuh
Kembang Anak
Berdasarkan
pengertian yang didapat,penulis menguraikan tentang pengertian dari pertumbuhan
adalah berkaitan dengan masa pertumbuhan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dengan dimensi tentang sel organ individu, sedangkan perkembangan adalah
menitik beratkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ
individu termasuk perubahan aspek dan emosional.
Anak
adalah merupakan makhluk yang unik dan utuh, bukan merupakan miniatur orang
dewasa, atau kekayaan orang tua yang nilainya dapat dihitung secara ekonomi.
Tujuan
keperawatan anak adalah meningkatkan maturasi yang sehat bagi anak, baik secara
fisik, intelektual dan emosional secara sosial dan konteks keluarga dan
masyarakat.
Tumbuh kembang pada bayi usia 6
bulan.
a. Motorik halus.
1. Mulai belajar meraih benda-benda
yang ada didalam jangkauan ataupun diluar.
2. Menangkap objek atau benda-benda
dan menjatuhkannya
3. Memasukkan benda kedalam
mulutnya.
4. Memegang kaki dan mendorong ke
arah mulutnya.
5. Mencengkram dengan seluruh
telapak tangan.
b. Motorik kasar.
1. Mengangkat kepala dan dada sambil
bertopang tangan.
2. Dapat tengkurap dan berbalik
sendiri.
3. Dapat merangkak mendekati benda
atau seseorang.
c. Kognitif.
a. Berusaha memperluas lapangan.
b. Tertawa dan menjerit karena
gembira bila diajak bermain.
c. Mulai mencari benda-benda yang
hilang.
d. Bahasa.
Mengeluarkan suara ma.. pa.. ba..
walaupun kita berasumsi ia sudah dapat memanggil kita, tetapi sebenarnya ia
sama sekali belum mengerti.
Dampak
Hospitalisasi terhadap Anak
a. Separation ansiety
b. Tergantung pada orang tua
c. Stress bila berpisah dengan orang
yang berarti
d. Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak
mau makan, main, menarik diri, sedih,
kesepian dan apatis
e. Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan,
menerima hubungan dengan orang lain dan menyukai lingkungan
Askep GE
Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian
yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan
fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
· Awalan serangan : Awalnya anak
cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anorekia kemudian timbul diare.
· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila
kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang,
selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita,
riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor
bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua
tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit
anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
· Pola eliminasi : akan mengalami
perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
· Pola nutrisi : diawali dengan
mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.
· Pola tidur dan istirahat akan
terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
· Pola hygiene : kebiasaan mandi
setiap harinya.
· Aktivitas : akan terganggu karena
kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan
umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi
cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun
besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus
kemerahan.
· Perkusi : adanya distensi abdomen.
· Palpasi : Turgor kulit kurang
elastis
· Auskultasi : terdengarnya bising
usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh
kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak
dehidrasi sehingga berat badan menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation
yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
Diagnosa
Keperawatan GE
1. Defisit volume cairan dan
elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.
6. Cemas berhubungan dengan
perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan.
Intervensi
Diagnosa 1.
Defisit volume cairan dan elektrolit
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan :
Devisit cairan dan elektrolit
teratasi
Kriteria hasil:
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada,
mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital.
Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur input dan output cairan (balan cairan).
Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih
2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian
cairan rendah sodium.
Diagnosa 2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.
Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
teratasi
Kriteria hasil :
Intake nutrisi klien meningkat, diet
habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak ada.
Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan
perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji faktor penyebab
gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi,
perkusi, dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil
tapi sering. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
Diagnosa 3.
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal,
iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
Ganti popok anak jika basah.
Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun non alkohol. Beri zalp
seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan
perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
antifungi sesuai indikasi.
Diagnosa 4.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan :
Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hilang,
ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji
tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri kompres hangat
pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi analgetik
sesuai indikasi.
Diagnosa 5.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
Keluarga klien mengerti dengan
proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya
lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga
klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui pendidikan kesehatan.
Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya. Libatkan
keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Diagnosa 6.
Cemas berhubungan dengan perpisahan
dengan orang tua, prosedur yang menakutkan.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan
tingkat kecemasan
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji
faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak dengan klien. Kaji hal yang disukai
klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien. Libatkan keluarga dalam setiap
tindakan. Anjurkan pada keluarga untuk selalu mendampingi klien.
Evaluasi
1. Volume cairan dan elektrolit
kembali normal sesuai kebutuhan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
sesuai kebutuhan tubuh.
3. Integritas kulit kembali normal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang
patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah
kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Gastroenteritis dapat
menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan
bagian dari flora yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi.
Dehidrasi adalah suatu
gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi intake sehingga
jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh,
tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit. Dehidrasi dapat terjadi
karena kekuarangan air ( watter deflection ), kekurangan natrium ( sodium
deflection ), serta kekurangan air dan natrium secara bersama-sama ( prescilla
2009 ),
Jadi, Gastroenteritis
dehidrasi adalah peradangan pada lambung, usus halus dan usus besar dengan
berbagai kodisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi
diare dengan atau disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen yang bisa juga
mengakibatkan dehidrasi karena banyaknya cairan yang keluar karena gangguan
tersebut.
B.
SARAN
Kepada pembaca diharapkan dengan adanya
makalah ini dapat memahami dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari
bagaimana tindakan yang dapat dilakukan jika menderita GE DEHIDRASI
1. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang
baik.
2. Memasak makanan dan air minum hingga matang.
3. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
4. Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat.
5. Tidak mengkonsumsi makanan yang telah basi.
6. Menghindari mekanan yang dapat menimbulkan diare.
7. Makan dan minum secara teratur.
.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Brunner & Suddarth, (1996), Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
-
Carpenito, L.J., (2006), Buku
Saku Diagnosa Keperawatan,EGC, Jakarta.
-
Doengoes,M.E.,(1998), Dokumentasi
& Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
-
Guyton, A.C., (1995), Fisiologi
Manusia, EGC, Jakarta.
-
Mansyur,A., (2001), Kapita
Selekta Kedokteran, Media Aeskulapius, Jakarta.
-
Price,S.A. & Wilson,L.M.,(1995),
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta.
-
Suyono, S., (1996), Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar