Dafter isi

t;

Kamis, 21 Maret 2013

Sistem Saraf Otonom


SISTEM SARAF OTONOM
 Pada hakikatnya kehidupan manusia berpegang kepada satu prinsip utama, suatu keseimbangan dinamis utama dalam tubuh, yakni homeostasis. Banyak sistem yang mengatur terjadinya homeostasis ini, mulai dari integumen, sistem endokrin, respirasi, sirkulasi, pencernaan, imun, dan lainnya. Perubahan yang senantiasa terjadi dalam tubuh mengisyaratkan perlunya suatu sistem pengaturan yang dinamis, yang
memungkinkan penjagaan keadaan homeostasis. Penyelenggaran ini terutama merupakan peran dari sistem saraf otonom (ANS = Autonomic Nervous System).
Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat, dan antara keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf aferen (membawa impuls dari reseptor menuju saraf pusat )dan eferen (membawa impuls dari saraf pusat ke efektor) yang mempersarafi otot-otot polos, otot jantung, dan berbagai kelenjar. Disebut juga susunan saraf tak sadar karena berkenaan dengan pengendalian organ-organ dalam secara tidak sadar. Sistem ini melakukan fungsi kontrol, semisal: tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastrointestinalis, pengeluaran urina, berkeringat, suhu tubuh, dll.
Susunan saraf otonom terutama digiatkan oleh pusat-pusat yang terletak di dalam medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Misalnya: medulla spinalis bertanggung jawab untuk persarafan otonom yang memengaruhi sistem kardiovaskular dan respirasi; hipotalamus berfungsi untuk mengintegrasikan persarafan otonom, somatik, dan hormonal (endokrin) dan emosi serta tingkah laku (misal: seseorang yang marah meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan laju respirasi).Di samping itu, daerah asosiasi prefrontal memengaruhi eksprei emosional, seperti wajah yhang menampakkan kesan kemerahan apabila seseorang merasa malu.
Refleks Visceral
Refleks visceral, sama seperti refleks somatik lainnya, terdiri atas komponen reseptor, integrasi, dan efektor. Pembeda refleks visceral dengan refleks somatik adalah informasi reseptor refleks visceral diterima secara bawah-sadar (subconscious). Anda tidak akan pernah tahu kapan pembuluh darah Anda melebar (kecuali ketika Anda melihat kulit yang kemerahan). Contoh lain, Anda juga tidak akan pernah tahu kapan pupil mata Anda melebar, kecuali Anda melihat ke cermin. Informasi-informasi seperti ini tidak diketahui secara sadar, dan merupakan bagian dari refleks visceral.2 Meskipun demikian, reseptor refleks ini tidak harus bersifat visceral.
Susunan saraf otonom sering bekerja melalui refleks otonom, yaitu isyarat sensoris dari reseptor saraf tepi mengirimkan isyarat ke dalam pusat-pusat medula spinalis, batang otak, atau hipotalamus, dan ini sebaliknya mengirimkan respon refleks yang tepat kembali ke organ viseral atau jaringan untuk mengatur kegiatan mereka.
Isyarat autonom dikirimkan ke tubuh melalui sub divisi utama yang disebut sistem simpatis dan parasimpatis.
1.    Saraf simpatis
Saraf simpatik terdiri dari urat kembar yang bermuatan ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek (serabut saraf yang yang menuju ganglion)dan serabut post ganglion yang panjang (serabut saraf yang keluar dari ganglion). Ganglion tersusun berpasangan dan disebar di daerah:
·         Leher = tiga pasang ganglion servikal
·         Dada = sebelas pasang ganglion torakal
·         Pinggang = empat pasang ganglion lumbal
·         Pelvis = empat pasang ganglion sakral
·         Di depan koksigis = ganglion koksigeus
             Ganglion ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat melalui sumsum tulang belakang, dengan mempergunakan cabang-cabang penghubung yang bergerak keluar dari sumsum tulang belakang menuju ganglion, dan dari ganglion masuk menuju sumsum tulang belakang.
Ganglion simpatis lainnya berhubungan dengan dua rangkaian besar ganglia ini, dan bersama serabut-serabutnya membentuk plexus-plexus simpatis.
·         Plexus kardiak – terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabang-cabangnya ke jantung dan paru-paru.
·         Plexus seliaka (coeliac) – terletak sebalah belakang lambung, dan melayani organ-organ dalam rongga abdomen.
·         Plexus mesenterikus (hipogatiluus) – terletak di depan sakrum dan melayani organ-organ dalam pelvis
Fungsi. Serabut-serabut saraf simpatis mensarafi otot jantung, otot-otot tak sadar semua pembuluh darah, serta semua alat-alat dalam seperti lambung, pankreas dan usus. Melayani serabut motorik sekreotik pada kelenjar keringat, serabut-serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit, serta mempertahankan tonus semua otot, termasuk tonus otot sadar.  
2.       Saraf parasimpatis
Disebut juga Saraf kranial otonom. Saraf parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Saraf parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu dan serabut post-ganglion pendek. Saraf ini adalah:
·         Saraf kranial ketiga -> saraf okulo-motorik = serabut yang mencapai serabut otot sirkuler pada iris yang merangsang gerakan yang menentukan ukuran pupil mata. Berjalan ke sfingter pupil dan muskulus siliaris mata.
·         Saraf kranial ketujuh -> fasial = serabut otot motorik sekretorik mencapai kelenjar ludah. Berjalan ke kelenjar lakrimalis, nasal, dan submaksilaris.
·         Saraf kranial kesembilan -> glosofaringeus = serabut otot motorik sekretorik mencapai kelenjar ludah. Berjalan ke kelenjar parotis.
·         Saraf kranial kesepuluh -> saraf vagus (merupakan serabut saraf otonom terbesar, layanannya luas, kira-kira 75 % dari semua serabut saraf) = serabut-serabutnya menyebar di sejumlah besar kelenjar dan organ, dan sejalan dengan penyebaran serabut simpatis
Nervus vagus mensuplai saraf parasimpatis ke jantung, paru-paru, esofagus, lambung, usus halus, separuh proksimal kolon, hati, kandung empedu, pankreas, dan bagian atas ureter.
          Saraf parasimpatik sakral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah sakral. Saraf ini membentuk urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf simpatis membentuk plexus dan mendistribusikan serabut perifer mereka ke kolon desenden, rektum, kandung kemih, dan bagian bawah ureter. Kelompok parasimpatis juga mensuplai serabut-serabut ke genitalia eksterna untuk menyebabkan berbagai reaksi seksual. 
Neuron paraganglion sistem simpatis, Neuron paraganglion sistem parasimpatis,  serabut pascaganglion parasimpatis dan beberapa ujung serabut pascaganglion simpatis disebut koligernik karena mereka mensekresikan asetilkolin pada ujung saraf mereka.  Sebagian besar ujung pascaganglin saraf simpatis mensekresikan norepinefrin. Serabut ini disebut adrenergik.
 Asetilkolin dan norepinefrin yang disekresikan olehn serabut pascaganglion bekerja pada berbagai organ untuk menyebabkan efek parasimpatis atau simpatis. Zat-zat ini disebut mediator parasimpatis atau simpatis. 
Norepinefrin dan epinefrin yang disekresikan ke dalam darah oleh medula adrenal tetap aktif (10 – 30 detk) sampai mereka berdifusi ke dalam beberapa jaringan tempat mereka dipecahkan oleh enzim, terutama terjadi di dalam hati.
Asetikolin, norepinefrin, dan epinefrin yang disekresikan oleh susunan saraf otonom semuanya merangsang organ efektor dengan bereaksi dengan zat reseptor di dalam sel efektor tersebut. 

Tabel: perbedaan simpatis dan parasimpatis
Pembeda
Simpatis
Parasimpatis
Asal serabut praganglion
Medulla spinalis bagian torakal dan lumbal
Batang otak (saraf kranial) dan medulla spinalis bagian sakral
Asal serabut pascaganglion
Ganglion symphatetic chain; atau ganglion kolateral (kira-kira di setengah jarak medulla spinalis dengan efektor)
Ganglion terminal (berada dekat dengan organ efektor)
Panjang Serabut*
Pre pendek, termielinasi; Post panjang, tak termielinasi
Pre panjang; Post pendek
Organ Efektor yang DIpersarafi
Otot jantung, hampir semua otot polos, kebanyakan kelenjar eksokrin, beberapa kelenjar endokrin
Otot jantung, banyak otot polos, hamper semua kelenjar eksokrin, beberapa kelenjar endokrin
Neurotransmiter*
Pre melepaskan ACh; Post melepaskan sebagian besar melepaskan norepinefrin, sebagian kecil ACh)
Pre dan post melepaskan ACh
Tipe Reseptor untuk Neurotransmiter Pre dan Post*
Pre: nikotinik; Post: adrenergik α1, β1, α2, β2
Pre: nikotinik; Post: muskarinik
Peranan
Fight-or-Flight
General Housekeeping
                         *Pre adalah serabut preganglion; Post adalah serabut pascaganglion; ACh adalah asetilkolin

Kegiatan eksitasi dan inhibisi dari perangsangan simpatis dan parasimpatis
Saraf otonom memberikan efek pada berbagai fungsi viseral tubuh yang disebabkan oleh perangsangan saraf simpatis dan parasimpatis. Perangsangan simpatis menyebabkan efek eksitasi di dalam beberapa organ tetapi efek inhibisi di dalam organ lainnya. Perangsangan parasimpatis menyebabkan eksitasi dalam beberapa organ tetapi inhibisi di dalam organ lainnya.
Kebanyakan organ diatur secara dominan oleh salah satu diantara kedua sistem tersebut, sehingga kedua sistem tidak bertentangan satu sama lain, kecuali dalam kasus tertentu. Kadang, bila perangsangan simpatis merangsang suatu organ tertentu, perangsangan parasimpatis menghambatnya. Ini melukiskan bahwa kadang kedua sistem bekerja timbal balik.
Tabel: Efek simpatis dan parasimpatis, pada organ tubuh:
Organ
Efek stimuli simpatis
Efek stimuli parasimpatis
Mata: pupil
è Muskulus siliaris
Dilatasi
Relaksasi ringan
Kontriksi
Berkontraksi
Glandula
Vasokonstriksi dan sedikit sekresi
Stimulasi sekresi encer
Kelenjar keringat
Berkeringat hebat (kolinergik)
Tak ada
Kelenjar apokrin
Sekresi kental, odorifera
Tak ada
Jantung : otot


Meningkatkan kecepatan
Meningkatkan kekuatan kontraksi
Melambatkan kecepatan
Menurunkan kekuatan kontraksi atrium
Paru-paru: bronkus
è Pembuluh darah
Dilatasi
Konstriksi ringan
Konstriksi
Dilatasi
Usus: Lumen

è Sfingter
Berkurangnya peristaltik dan tonus
Meningkatkan tonus
Meningkatnya peristaltik dan tonus
Relaksasi
Hati
Melepaskan glukosa
Sedikit sintesis glikogen
Kandung empedu
Relaksasi
Kontraksi
Ginjal
Mengurangi pengeluaran
Tak ada
Kandung kemih : otot detrusor
è Trigonum
Relaksasi
Terangsang
Terangsang
Relaksasi
Penis
Ejakulasi
Ereksi
Pembuluh darah sistemik:
è Abdominal
è Otot 

Konstriksi
Konstriksi (adrenergik) dan dilatasi (kolinergik)

Tak ada
Tak ada
Darah : Koagulasi
è Glukosa
Meningkat
Meningkat
Tak ada
Tak ada
Metabolisme basal
Meningkat sampai 100%
Tak ada
Sekresi korteks adrenalis
Meningkat
Tak ada
Aktivitas mental
Meningkat
Tak ada
Muskulus arektor pili
Terangsang
Tak ada
Otot-otot rangka
Meningkatkan glikogenolisis dan kekuatan
Tak ada


Sebagian besar susunan saraf simpatis sering menjadi terangsang secara serempak, ini disebut pencetusan besar-besaran. Sifat kegiatan ini memungkinkan susunan saraf simpat mengatur banyak jaringan tubuh, seperti seluruh pengaturan arteri atau laju metabolik.
Tetapi dalam beberapa kasus kegiatan simpatis memang terjadi dalam bagian sitem yang tersendiri. Yang terpenting diantaranya adalah :
1.       Dalam proses pengaturan panas saraf simpatis mengatur pengeluaran keringat dan aliran darah di dalam kulit tanpa mempengaruhi organ lain yang dipersarafi oleh simpatis
2.       Selama kegiatan otot pada beberapa binatang serabut vasodilatorcolinergik otot rangka dirangsang dari sistem simpatis sisanya
3.       Banyak “refleks setempat” yang menyangkut medula spinalis tetapi tidak pusat-pusat saraf yang lebih tinggi mempengaruhi daerah setempat
Berbeda dengan simpatis kebanyakan refleks sistem perasimpatis sangat spesifik misalnya reflek kardiovaskular parasimpatis biasanya hanya bekerja pada jantung untuk meningkatkan kecepatan denyutannya.
Sering ada asosiasi diantara fungsi parasimpatis yang berhubungan erat misalnya sekresi saliva dapat terjadi lepas dari sekresi lambung namun dapat bekerja sama-sama seperti saat sekresi pankreas. Juga, refleks pengososngan  rektum sering memulai suatu refleks pengosongan kandung kemih yang menyebabkan pengosongan kandung kemih dan rektum pada saat yang bersamaan.
Pencetusan simpatis besar-besaran dalam banyak hal meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan otot yang hebat yaitu :
1.       Peningkatan kegiatan arteri
2.       Peningkatan aliran darah ke otot-otot aktif yang berbarengan dengan penurunan aliran darahke organ yang tidak penting untuk kegiatan cepat
3.       Peningkatan kegiatan metabolisme sel d seluruh tubuh
4.       Peningakata konsentrasi glukosa darah
5.       Peningkatan glikolisis di dalam otot
6.       Pengingkatan kekuatan otot
7.       Peningkatan kegiatan mental
Jumlah efek ini menungkinkan orang tersebut untuk melakukan kegiatan fisik yang jauh lebih berat daripada seandainya tidak ada efek ini karena stress fisiklah yang biasanya merangsang sistem simpatis yangs ering dikatakan bahwa tujuannya adalah untuk mengadakan penggiatan tambahan dari tubuh dalam keadaan stres : ini disebut reaksi stres simpatis.
Sistem simpatis juga sangat digiatkan dalam banyak keadan emosional, misal marah. Yang terutama ditimbulkan oleh perangsangan hipotalamus, isyarat dikirimkan ke bawah melalui formasio retikularis dan medula spinalis untuk menyebabkan pencetusan simpatis secara besar-besaran, dan semua peristiwa simpatis yang dituliskan dalam daftar di atas terjadi dengan segera. Ini disebut reaksi alarm simpatis.

Fungsi medula adrenal
Rangsang saraf simpatis ke medula adrenal menyebabkan sejumlah besar epinefrin dan norepinefrin dilepaskan ke dalam darah yang bersikulasi, dan kedua hormon ini kemudian diangkut darah ke semua jaringan tubuh.
Hormon yang bersikulasi mempunyai efek yang hampir sama dengan rangsangan simpatis langsung, kecuali bahwa efek tersebut tahan kira-kira 10 kali lamanya karena kedua hormon dikeluarkan dari darah secara perlahan-lahan.
Epinefrin dan norepinefrin hampir selalu dikeluarkan oleh medula adrenal saat berbagai organ sedang dirangsang langsung oleh saraf simpatis. Jadi sebenarnya organ dirangsang secara serentak oleh dua rangsangan yaitu secara langsung oleh saraf simpatis dan tidak langsung oleh hormon medula. Dua cara perangsangan tersebut saling membantu, dan salah satu bisa mengganti yang lainnya.
Manfaat lain dari medula adrenal adalah kemampuan epinefrin dan norepinefrin untuk merangsang struktur-struktur tubuh yang tidak dipersarafi oleh serabut simpatis. Misalnya laju metabolik setiap sel tubuh

Tonus
Sistem simpatis dan parasimpatis terus menerus aktif, dan kecepatan basalnya dikenal dengan tonus simpatis dan tonus parasimpatis. Manfaatnya adalah ia memungkinkan satu sistem saraf tunggal untuk meningkatkan atau menurunkan kegiatan suatu organ yang dirangsang.

Kelainan-kelainan pada sistem saraf
Sistem saraf manusia dapat mengalami gangguan kerja berupa penyakit atau kelainan lainnya. Contoh penyakit pada sistem saraf manusia:
1.       Meningitis
Meningitis merupakan peradangan selaput pembungkus otak yaitu meninges. Meningitis disebabkan oleh virus, sehingga dapat menular.
2.       Multiple schlerosis (MS=Sklerosis Ganda atau disseminated sclerosis)
MS merupakan penyakit saraf kronis yang mempengaruhi sistem saraf pusat, sehingga dapat menyebabkan gangguan organ seperti: rasa sakit, masalah penglihatan, berbicara, depresi, gangguan koordinasi dan kelemahan pada otot sampai kelumpuhan.
3.       Nyeri saraf
Nyeri saraf dapat terjadi karena adanya gangguan saraf sensorik maupun motorik. Gejala nyeri saraf sering disertai dengan gejala lain seperti: kehilangan rasa, kebas. Urat saraf kejepit dan penyakit urat saraf gangguan metabolik (seperti diabetic neuropaty pada penderita penyakit kencing manis atau diabetes mellitus). Gangguan motorik karena nyeri saraf dari yang ringan (seperti kram) sampai gangguan berat (seperti kelumpuhan).
4.       Hidrocephalus
Tanda hidrocephalus berupa pembengkakan kepala karena kelebihan cairan yang ada di sekitar otak. Akibatnya, dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan gangguan organ tubuh.
5.       Penyakit urat saraf kejepit
Penyakit saraf kejepit sering terjadi pada leher, pinggang dan telapak tangan.
6.       Parkinson / Paralis Agitans
Terjadi karena kerusakan substansi nigra yang tersebar luas, sering disertai dengan lesi globus palidus dan daerah-daerah yang berhubungan. Berhubungan dengan kurangnya neurotransmitter dopamin. Ditandai dengan kekakuan otot, tangan dan kaki gemetaran, wajah seperti topeng.
7.       Gegar otak
terjadi karena otak mengalami kerusakan.
8.       Imsomnia atau lupa ingatan sementara.
9.       Gangguan organ dan fungsinya karena kerusakan saraf tulang belakang.
10.   Trauma kepala (konkusio, kontusio, laserasi)
11.   Stroke
12.   Herpes
Menyerang cabang oftalmik akan berakibat parah bila kornea ikut terserang. Dapat menimbulkan bekas-bekas goresan yang mengakibatkan setengah buta atau buta sama sekali.
13.   Posherpetik neuralgia
Menyerang salah satu atau ketiga cabang-cabang saraf trigeminal. Rasa sakitnya akut dan persisten.
14.   Epilepsi
Terjadi bila tingkat basal eksitabilitas sistem sarafnya (atau bagian lain yang peka terhadap keadaan epileptik) meningkat di atas suatu ambang kritis tertentu.
15.   Poliomielitis
16.   Atetosis
Kerusakan terjadi pada bagian luar globus palidus atau di dalamnya dan korpus striatum. Terjadi gangguan sirkuit umpan balik diantara ganglia basalis, talamus, dan korteks serebri. Pada penyakit ini terus menerus terjadi gerakan menggeliat lambat pada tangan, leher, wajah, lidah, atau beberapa bagian tubuh lain.
17.   Disleksia / buta kata
Kerusakan pada daerah asosiasi visual lobus oksipitalis di dalam hemisfer yang dominan, sedangkan lobus temporalis dari area penafsiran utuh.
18.   Amnesia Retrogard
Ketaksanggupan mengeluarkan ingatan jangka panjang walau diketahui ingatan ini masih ada. Terjadi saat pengangkatan kedua hipokampusnya atau kerusakan pada beberapa daerahtalamus.
19.   Gangguan pada serebrum:
Penyakit atau kerusakan yang timbul setelah cedera atau yang menyusul kecelakaan serebro-vaskuler pada otak, tergantung daerah mana yang diserang
·         Paralisa motorik jenis spastik- hemiplegia : akibat dari neuron atas yang terkena cedera. Gejalanya kaku otot dan refleks meninggi.
·         Paralisa sensorik : cedera pada jalur sensorik. Gerak refleks tidak normal.
20.   Neuritis
Gangguan pada saraf tepi karena peradangan, keracunan atau tekanan. 
21.   Ensefalitis
Peradangan pada jaringan otak, yang biasanya disebabkan infeksi virus
22.    
Pengaruh Saraf Tulang Belakang Terhadap Organ Tubuh
No.
Organ yang Dipengaruhi
Akibat yang Ditimbulkan
1C
Aliran Darah ke Otak, Kulit kepala, Tulang Muka, Otak, Saraf Simpatetis Kronis, Empyema, Hidung
Insomnia, Darah Tinggi, Amnesia, Pusing-pusing, Lemah Saraf, Kelelahan, Migrain.
3C
Pipi, Pangkal Telinga, Gigi, Tulang Muka
Nyeri Saraf, Radang Saraf, Jerawat, Eksim
4C
Hidung, Bibir, Mulut
Flu, Sakit Telinga, Radang Tenggorokan, Amandel
5C
Pita Suara
Pita Suara Bronkhitis
6C
Otot Leher, Pundak, Amandel
Nyeri Leher dan Pundak, Nyeri Lengan atas, Amandel, Sesak Nafas, Batuk Kronis
7C
Kelenjar Gondok, Siku Tangan, Tulang Pundak
Demam
1T
Kerongkongan, Siku Pergelangan Tangan,
Jari,Tenggorokan
Asma, Batuk, Sesak Nafas, Tangan Kesemutan
2T
Jantung dan Arteri Jantung
3T
Paru-paru, Trakea, Kantong Paru-paru
Sakit Mata, Radang Paru-paru, Radang Trakea, Demam
4T
Empedu
Sakit kuning, Herpes
5T
Lever Peredaran Darah
Demam, Masalah Tekanan Darah, Gangguan Peredaran Darah, Radang Sendi
6T
Lambung
Gangguan Pencernaan
7T
Pankreas, Usus Dua Belas Jari
Radang Lambung
8T
Limpa
Daya Penyembuhan Alami Berkurang
9T
Kelenjar Adrenalin, Ginjal
Alergi, Penyakit Kulit
10T
Ginjal
Gangguan Ginjal, Lelah Kronis, Pengerasan Arteri, Radang Ginjal
11T
Ginjal dan Ureter
Jerawat, Eksim, Sakit Kulit
12T
Usus Kecil, Sistem Peredaran Limpa
Rematik, Perut Kembung, Mandul
1L
Usus Besar
Sembelit, Radan Usus Besar, Diare
2L
Usus Buntu, Perut, Daerah Paha
Keram Otot, Sesak Nafas
3L
Organ Reproduksi, Rahim, Kantong Kencing, Lutut Kaki
Sakit Kandung Kemih, Nyeri Haid, Keringat Dingin Waktu Tidur, Depresi, Keguguran, Encok Sendi
4L
Kelenjar Prostat, Encok Pinggul, Daerah Lutut
Encok Pinggul, Sakit Pinggang, Kencing Tidak Lancar, Nyeri Punggung
5L
Bagian Luar Kaki, Nyeri Daerah Kaki Bawah atau Engkel
Gangguan Peredaran Darah di Kaki (Dingin), Bengkak Pergelangan Kaki, Nyeri Daerah Kaki
Tulang Pinggul
Reproduksi Rahim, Tulang Pinggul, Pantat
Penyakit Kelenjar, Prostat, Tulang Membengkak, Penyakit Rahim, Wasir, Radang Anus, Nyeri Tulang Ekor Waktu Duduk
Tulang Ekor
Anus, Tulang Ekor




Tidak ada komentar:

Posting Komentar