SISTEM
SARAF OTONOM
Pada hakikatnya kehidupan
manusia berpegang kepada satu prinsip utama, suatu keseimbangan dinamis utama
dalam tubuh, yakni homeostasis. Banyak sistem yang mengatur terjadinya
homeostasis ini, mulai dari integumen, sistem endokrin, respirasi, sirkulasi,
pencernaan, imun, dan lainnya. Perubahan yang senantiasa terjadi dalam tubuh
mengisyaratkan perlunya suatu sistem pengaturan yang dinamis, yang
memungkinkan
penjagaan keadaan homeostasis. Penyelenggaran ini terutama merupakan peran dari
sistem saraf otonom (ANS = Autonomic Nervous System).
Sistem saraf
otonom bergantung pada sistem saraf pusat, dan antara keduanya dihubungkan oleh
urat-urat saraf aferen (membawa impuls dari reseptor menuju saraf pusat )dan
eferen (membawa impuls dari saraf pusat ke efektor) yang mempersarafi otot-otot
polos, otot jantung, dan berbagai kelenjar. Disebut juga susunan saraf tak
sadar karena berkenaan dengan pengendalian organ-organ dalam secara tidak sadar.
Sistem ini melakukan fungsi kontrol, semisal: tekanan arteri, motilitas dan
sekresi gastrointestinalis, pengeluaran urina, berkeringat, suhu tubuh, dll.
Susunan saraf
otonom terutama digiatkan oleh pusat-pusat yang terletak di dalam medula
spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Misalnya: medulla spinalis bertanggung
jawab untuk persarafan otonom yang memengaruhi sistem kardiovaskular dan
respirasi; hipotalamus berfungsi untuk mengintegrasikan persarafan otonom,
somatik, dan hormonal (endokrin) dan emosi serta tingkah laku (misal: seseorang
yang marah meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan laju respirasi).Di
samping itu, daerah asosiasi prefrontal memengaruhi eksprei emosional, seperti
wajah yhang menampakkan kesan kemerahan apabila seseorang merasa malu.
Refleks Visceral
Refleks visceral, sama seperti refleks somatik lainnya, terdiri
atas komponen reseptor, integrasi, dan efektor. Pembeda refleks visceral dengan
refleks somatik adalah informasi reseptor refleks visceral diterima secara
bawah-sadar (subconscious). Anda tidak akan pernah tahu kapan pembuluh
darah Anda melebar (kecuali ketika Anda melihat kulit yang kemerahan). Contoh
lain, Anda juga tidak akan pernah tahu kapan pupil mata Anda melebar, kecuali
Anda melihat ke cermin. Informasi-informasi seperti ini tidak diketahui secara
sadar, dan merupakan bagian dari refleks visceral.2 Meskipun demikian, reseptor
refleks ini tidak harus bersifat visceral.
Susunan saraf otonom sering bekerja melalui refleks otonom, yaitu
isyarat sensoris dari reseptor saraf tepi mengirimkan isyarat ke dalam
pusat-pusat medula spinalis, batang otak, atau hipotalamus, dan ini sebaliknya
mengirimkan respon refleks yang tepat kembali ke organ viseral atau jaringan
untuk mengatur kegiatan mereka.
Isyarat autonom dikirimkan ke tubuh melalui sub divisi utama yang
disebut sistem simpatis dan parasimpatis.
1.
Saraf simpatis
Saraf simpatik terdiri dari urat kembar yang bermuatan ganglion yang
terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang
belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek (serabut saraf yang yang
menuju ganglion)dan serabut post ganglion yang panjang (serabut saraf yang
keluar dari ganglion). Ganglion tersusun berpasangan dan disebar di
daerah:
·
Leher = tiga pasang ganglion servikal
·
Dada = sebelas pasang ganglion torakal
·
Pinggang = empat pasang ganglion lumbal
·
Pelvis = empat pasang ganglion sakral
·
Di depan koksigis = ganglion koksigeus
Ganglion
ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat melalui sumsum tulang belakang,
dengan mempergunakan cabang-cabang penghubung yang bergerak keluar dari sumsum
tulang belakang menuju ganglion, dan dari ganglion masuk menuju sumsum tulang
belakang.
Ganglion
simpatis lainnya berhubungan dengan dua rangkaian besar ganglia ini, dan
bersama serabut-serabutnya membentuk plexus-plexus simpatis.
·
Plexus kardiak – terletak dekat dasar jantung
serta mengarahkan cabang-cabangnya ke jantung dan paru-paru.
·
Plexus seliaka (coeliac) – terletak sebalah
belakang lambung, dan melayani organ-organ dalam rongga abdomen.
·
Plexus mesenterikus (hipogatiluus) – terletak
di depan sakrum dan melayani organ-organ dalam pelvis
Fungsi.
Serabut-serabut saraf simpatis mensarafi otot jantung, otot-otot tak sadar
semua pembuluh darah, serta semua alat-alat dalam seperti lambung, pankreas dan
usus. Melayani serabut motorik sekreotik pada kelenjar keringat,
serabut-serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit, serta mempertahankan
tonus semua otot, termasuk tonus otot sadar.
2.
Saraf parasimpatis
Disebut juga Saraf kranial otonom. Saraf parasimpatik
berupa susunan saraf yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh
tubuh. Saraf parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang panjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu dan serabut post-ganglion
pendek. Saraf ini adalah:
·
Saraf kranial ketiga -> saraf okulo-motorik
= serabut yang mencapai serabut otot sirkuler pada iris yang merangsang gerakan
yang menentukan ukuran pupil mata. Berjalan ke sfingter pupil dan muskulus
siliaris mata.
·
Saraf kranial ketujuh -> fasial = serabut
otot motorik sekretorik mencapai kelenjar ludah. Berjalan ke kelenjar
lakrimalis, nasal, dan submaksilaris.
·
Saraf kranial kesembilan -> glosofaringeus
= serabut otot motorik sekretorik mencapai kelenjar ludah. Berjalan ke kelenjar
parotis.
·
Saraf kranial kesepuluh -> saraf vagus
(merupakan serabut saraf otonom terbesar, layanannya luas, kira-kira 75 % dari
semua serabut saraf) = serabut-serabutnya menyebar di sejumlah besar kelenjar
dan organ, dan sejalan dengan penyebaran serabut simpatis
Nervus vagus
mensuplai saraf parasimpatis ke jantung, paru-paru, esofagus, lambung, usus
halus, separuh proksimal kolon, hati, kandung empedu, pankreas, dan bagian atas
ureter.
Saraf
parasimpatik sakral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah sakral.
Saraf ini membentuk urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf
simpatis membentuk plexus dan mendistribusikan serabut perifer mereka ke kolon
desenden, rektum, kandung kemih, dan bagian bawah ureter. Kelompok parasimpatis
juga mensuplai serabut-serabut ke genitalia eksterna untuk menyebabkan berbagai
reaksi seksual.
Neuron paraganglion sistem
simpatis, Neuron paraganglion sistem parasimpatis, serabut pascaganglion parasimpatis dan
beberapa ujung serabut pascaganglion simpatis disebut koligernik karena mereka
mensekresikan asetilkolin pada ujung saraf mereka. Sebagian besar ujung pascaganglin saraf
simpatis mensekresikan norepinefrin. Serabut ini disebut adrenergik.
Asetilkolin dan norepinefrin yang disekresikan
olehn serabut pascaganglion bekerja pada berbagai organ untuk menyebabkan efek
parasimpatis atau simpatis. Zat-zat ini disebut mediator parasimpatis atau
simpatis.
Norepinefrin dan epinefrin yang
disekresikan ke dalam darah oleh medula adrenal tetap aktif (10 – 30 detk)
sampai mereka berdifusi ke dalam beberapa jaringan tempat mereka dipecahkan
oleh enzim, terutama terjadi di dalam hati.
Asetikolin, norepinefrin, dan
epinefrin yang disekresikan oleh susunan saraf otonom semuanya merangsang organ
efektor dengan bereaksi dengan zat reseptor di dalam sel efektor tersebut.
Tabel:
perbedaan simpatis dan parasimpatis
Pembeda
|
Simpatis
|
Parasimpatis
|
Asal
serabut praganglion
|
Medulla spinalis bagian torakal dan lumbal
|
Batang otak
(saraf kranial) dan medulla spinalis bagian sakral
|
Asal
serabut pascaganglion
|
Ganglion
symphatetic chain; atau ganglion kolateral
(kira-kira di setengah jarak medulla spinalis dengan efektor)
|
Ganglion
terminal (berada dekat dengan organ efektor)
|
Panjang
Serabut*
|
Pre pendek, termielinasi; Post panjang, tak termielinasi
|
Pre
panjang; Post pendek
|
Organ Efektor
yang DIpersarafi
|
Otot
jantung, hampir semua otot polos, kebanyakan kelenjar eksokrin, beberapa
kelenjar endokrin
|
Otot
jantung, banyak otot polos, hamper semua kelenjar eksokrin, beberapa kelenjar
endokrin
|
Neurotransmiter*
|
Pre melepaskan ACh; Post melepaskan sebagian besar melepaskan
norepinefrin, sebagian kecil ACh)
|
Pre dan
post melepaskan ACh
|
Tipe
Reseptor untuk Neurotransmiter Pre dan Post*
|
Pre:
nikotinik; Post: adrenergik α1, β1, α2, β2
|
Pre:
nikotinik; Post: muskarinik
|
Peranan
|
Fight-or-Flight
|
General
Housekeeping
|
*Pre adalah serabut
preganglion; Post adalah serabut pascaganglion; ACh adalah
asetilkolin
Kegiatan
eksitasi dan inhibisi dari perangsangan simpatis dan parasimpatis
Saraf otonom
memberikan efek pada berbagai fungsi viseral tubuh yang disebabkan oleh
perangsangan saraf simpatis dan parasimpatis. Perangsangan simpatis menyebabkan
efek eksitasi di dalam beberapa organ tetapi efek inhibisi di dalam organ
lainnya. Perangsangan parasimpatis menyebabkan eksitasi dalam beberapa organ
tetapi inhibisi di dalam organ lainnya.
Kebanyakan
organ diatur secara dominan oleh salah satu diantara kedua sistem tersebut,
sehingga kedua sistem tidak bertentangan satu sama lain, kecuali dalam kasus
tertentu. Kadang, bila perangsangan simpatis merangsang suatu organ tertentu,
perangsangan parasimpatis menghambatnya. Ini melukiskan bahwa kadang kedua
sistem bekerja timbal balik.
Tabel:
Efek simpatis dan parasimpatis, pada organ tubuh:
Organ
|
Efek
stimuli simpatis
|
Efek
stimuli parasimpatis
|
Mata: pupil
è Muskulus siliaris
|
Dilatasi
Relaksasi
ringan
|
Kontriksi
Berkontraksi
|
Glandula
|
Vasokonstriksi dan sedikit sekresi
|
Stimulasi sekresi encer
|
Kelenjar
keringat
|
Berkeringat
hebat (kolinergik)
|
Tak ada
|
Kelenjar apokrin
|
Sekresi kental, odorifera
|
Tak ada
|
Jantung :
otot
|
Meningkatkan
kecepatan
Meningkatkan
kekuatan kontraksi
|
Melambatkan
kecepatan
Menurunkan
kekuatan kontraksi atrium
|
Paru-paru:
bronkus
è Pembuluh darah
|
Dilatasi
Konstriksi
ringan
|
Konstriksi
Dilatasi
|
Usus: Lumen
è Sfingter
|
Berkurangnya
peristaltik dan tonus
Meningkatkan
tonus
|
Meningkatnya
peristaltik dan tonus
Relaksasi
|
Hati
|
Melepaskan glukosa
|
Sedikit sintesis glikogen
|
Kandung empedu
|
Relaksasi
|
Kontraksi
|
Ginjal
|
Mengurangi pengeluaran
|
Tak ada
|
Kandung
kemih : otot detrusor
è Trigonum
|
Relaksasi
Terangsang
|
Terangsang
Relaksasi
|
Penis
|
Ejakulasi
|
Ereksi
|
Pembuluh darah sistemik:
è Abdominal
è Otot
|
Konstriksi
Konstriksi (adrenergik) dan dilatasi
(kolinergik)
|
Tak ada
Tak ada
|
Darah : Koagulasi
è Glukosa
|
Meningkat
Meningkat
|
Tak ada
Tak ada
|
Metabolisme basal
|
Meningkat sampai 100%
|
Tak ada
|
Sekresi korteks adrenalis
|
Meningkat
|
Tak ada
|
Aktivitas mental
|
Meningkat
|
Tak ada
|
Muskulus arektor pili
|
Terangsang
|
Tak ada
|
Otot-otot rangka
|
Meningkatkan glikogenolisis dan kekuatan
|
Tak ada
|
Sebagian besar susunan saraf simpatis sering
menjadi terangsang secara serempak, ini disebut pencetusan besar-besaran. Sifat kegiatan ini memungkinkan susunan
saraf simpat mengatur banyak jaringan tubuh, seperti seluruh pengaturan arteri
atau laju metabolik.
Tetapi dalam beberapa kasus kegiatan simpatis
memang terjadi dalam bagian sitem yang tersendiri. Yang terpenting diantaranya
adalah :
1.
Dalam proses pengaturan panas saraf simpatis
mengatur pengeluaran keringat dan aliran darah di dalam kulit tanpa
mempengaruhi organ lain yang dipersarafi oleh simpatis
2.
Selama kegiatan otot pada beberapa binatang
serabut vasodilatorcolinergik otot rangka dirangsang dari sistem simpatis
sisanya
3.
Banyak “refleks setempat” yang menyangkut
medula spinalis tetapi tidak pusat-pusat saraf yang lebih tinggi mempengaruhi
daerah setempat
Berbeda dengan simpatis kebanyakan refleks
sistem perasimpatis sangat spesifik misalnya reflek kardiovaskular parasimpatis
biasanya hanya bekerja pada jantung untuk meningkatkan kecepatan denyutannya.
Sering ada asosiasi diantara fungsi
parasimpatis yang berhubungan erat misalnya sekresi saliva dapat terjadi lepas
dari sekresi lambung namun dapat bekerja sama-sama seperti saat sekresi
pankreas. Juga, refleks pengososngan
rektum sering memulai suatu refleks pengosongan kandung kemih yang
menyebabkan pengosongan kandung kemih dan rektum pada saat yang bersamaan.
Pencetusan simpatis besar-besaran dalam banyak
hal meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan otot yang hebat yaitu
:
1.
Peningkatan kegiatan arteri
2.
Peningkatan aliran darah ke otot-otot aktif
yang berbarengan dengan penurunan aliran darahke organ yang tidak penting untuk
kegiatan cepat
3.
Peningkatan kegiatan metabolisme sel d seluruh
tubuh
4.
Peningakata konsentrasi glukosa darah
5.
Peningkatan glikolisis di dalam otot
6.
Pengingkatan kekuatan otot
7.
Peningkatan kegiatan mental
Jumlah efek ini menungkinkan orang tersebut
untuk melakukan kegiatan fisik yang jauh lebih berat daripada seandainya tidak
ada efek ini karena stress fisiklah yang biasanya merangsang sistem simpatis
yangs ering dikatakan bahwa tujuannya adalah untuk mengadakan penggiatan
tambahan dari tubuh dalam keadaan stres : ini disebut reaksi stres simpatis.
Sistem simpatis juga sangat digiatkan dalam
banyak keadan emosional, misal marah. Yang terutama ditimbulkan oleh
perangsangan hipotalamus, isyarat dikirimkan ke bawah melalui formasio
retikularis dan medula spinalis untuk menyebabkan pencetusan simpatis secara
besar-besaran, dan semua peristiwa simpatis yang dituliskan dalam daftar di
atas terjadi dengan segera. Ini disebut reaksi alarm simpatis.
Fungsi
medula adrenal
Rangsang saraf simpatis ke medula
adrenal menyebabkan sejumlah besar epinefrin dan norepinefrin dilepaskan ke
dalam darah yang bersikulasi, dan kedua hormon ini kemudian diangkut darah ke
semua jaringan tubuh.
Hormon yang bersikulasi mempunyai
efek yang hampir sama dengan rangsangan simpatis langsung, kecuali bahwa efek
tersebut tahan kira-kira 10 kali lamanya karena kedua hormon dikeluarkan dari
darah secara perlahan-lahan.
Epinefrin dan norepinefrin hampir
selalu dikeluarkan oleh medula adrenal saat berbagai organ sedang dirangsang
langsung oleh saraf simpatis. Jadi sebenarnya organ dirangsang secara serentak
oleh dua rangsangan yaitu secara langsung oleh saraf simpatis dan tidak
langsung oleh hormon medula. Dua cara perangsangan tersebut saling membantu, dan
salah satu bisa mengganti yang lainnya.
Manfaat lain dari medula adrenal
adalah kemampuan epinefrin dan norepinefrin untuk merangsang struktur-struktur
tubuh yang tidak dipersarafi oleh serabut simpatis. Misalnya laju metabolik
setiap sel tubuh
Tonus
Sistem simpatis dan parasimpatis
terus menerus aktif, dan kecepatan basalnya dikenal dengan tonus simpatis dan
tonus parasimpatis. Manfaatnya adalah ia memungkinkan satu sistem saraf tunggal
untuk meningkatkan atau menurunkan kegiatan suatu organ yang dirangsang.
Kelainan-kelainan
pada sistem saraf
Sistem saraf manusia dapat mengalami gangguan kerja berupa penyakit atau
kelainan lainnya. Contoh penyakit pada sistem saraf manusia:
1. Meningitis
Meningitis merupakan
peradangan selaput pembungkus otak yaitu meninges. Meningitis disebabkan oleh
virus, sehingga dapat menular.
2.
Multiple schlerosis (MS=Sklerosis Ganda atau
disseminated sclerosis)
MS merupakan penyakit
saraf kronis yang mempengaruhi sistem saraf pusat, sehingga dapat menyebabkan
gangguan organ seperti: rasa sakit, masalah penglihatan, berbicara, depresi,
gangguan koordinasi dan kelemahan pada otot sampai kelumpuhan.
3.
Nyeri saraf
Nyeri saraf dapat
terjadi karena adanya gangguan saraf sensorik maupun motorik. Gejala nyeri
saraf sering disertai dengan gejala lain seperti: kehilangan rasa, kebas. Urat
saraf kejepit dan penyakit urat saraf gangguan metabolik (seperti diabetic
neuropaty pada penderita penyakit kencing manis atau diabetes mellitus).
Gangguan motorik karena nyeri saraf dari yang ringan (seperti kram) sampai
gangguan berat (seperti kelumpuhan).
4.
Hidrocephalus
Tanda hidrocephalus
berupa pembengkakan kepala karena kelebihan cairan yang ada di sekitar otak.
Akibatnya, dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan gangguan organ tubuh.
5.
Penyakit urat saraf kejepit
Penyakit saraf kejepit
sering terjadi pada leher, pinggang dan telapak tangan.
6.
Parkinson / Paralis Agitans
Terjadi karena kerusakan substansi nigra yang tersebar
luas, sering disertai dengan lesi globus palidus dan daerah-daerah yang
berhubungan. Berhubungan dengan kurangnya neurotransmitter dopamin. Ditandai
dengan kekakuan otot, tangan dan kaki gemetaran, wajah seperti topeng.
7.
Gegar otak
terjadi karena otak
mengalami kerusakan.
8. Imsomnia atau lupa ingatan sementara.
9.
Gangguan organ dan fungsinya karena kerusakan saraf
tulang belakang.
10.
Trauma kepala
(konkusio, kontusio, laserasi)
11.
Stroke
12. Herpes
Menyerang cabang oftalmik akan berakibat parah bila
kornea ikut terserang. Dapat menimbulkan bekas-bekas goresan yang mengakibatkan
setengah buta atau buta sama sekali.
13.
Posherpetik
neuralgia
Menyerang salah satu atau ketiga cabang-cabang saraf
trigeminal. Rasa sakitnya akut dan persisten.
14.
Epilepsi
Terjadi bila tingkat basal eksitabilitas sistem sarafnya
(atau bagian lain yang peka terhadap keadaan epileptik) meningkat di atas suatu
ambang kritis tertentu.
15.
Poliomielitis
16.
Atetosis
Kerusakan terjadi pada bagian luar globus palidus atau di
dalamnya dan korpus striatum. Terjadi gangguan sirkuit umpan balik diantara
ganglia basalis, talamus, dan korteks serebri. Pada penyakit ini terus menerus
terjadi gerakan menggeliat lambat pada tangan, leher, wajah, lidah, atau
beberapa bagian tubuh lain.
17.
Disleksia / buta kata
Kerusakan pada daerah
asosiasi visual lobus oksipitalis di dalam hemisfer yang dominan, sedangkan
lobus temporalis dari area penafsiran utuh.
18.
Amnesia Retrogard
Ketaksanggupan
mengeluarkan ingatan jangka panjang walau diketahui ingatan ini masih ada. Terjadi
saat pengangkatan kedua hipokampusnya atau kerusakan pada beberapa
daerahtalamus.
19. Gangguan pada serebrum:
Penyakit atau kerusakan yang timbul setelah cedera atau yang menyusul
kecelakaan serebro-vaskuler pada otak, tergantung daerah mana yang diserang
·
Paralisa motorik
jenis spastik- hemiplegia : akibat dari neuron atas yang terkena cedera.
Gejalanya kaku otot dan refleks meninggi.
·
Paralisa sensorik :
cedera pada jalur sensorik. Gerak refleks tidak normal.
20. Neuritis
Gangguan
pada saraf tepi karena peradangan, keracunan atau tekanan.
21. Ensefalitis
Peradangan
pada jaringan otak, yang biasanya disebabkan infeksi virus
22.
Pengaruh Saraf Tulang
Belakang Terhadap Organ Tubuh
No.
|
Organ yang Dipengaruhi
|
Akibat yang Ditimbulkan
|
|
1C
|
Aliran Darah ke Otak, Kulit kepala, Tulang Muka,
Otak, Saraf Simpatetis Kronis, Empyema, Hidung
|
Insomnia, Darah Tinggi, Amnesia, Pusing-pusing,
Lemah Saraf, Kelelahan, Migrain.
|
|
3C
|
Pipi, Pangkal Telinga, Gigi, Tulang Muka
|
Nyeri Saraf, Radang Saraf, Jerawat, Eksim
|
|
4C
|
Hidung, Bibir, Mulut
|
Flu, Sakit Telinga, Radang Tenggorokan, Amandel
|
|
5C
|
Pita Suara
|
Pita Suara Bronkhitis
|
|
6C
|
Otot Leher, Pundak, Amandel
|
Nyeri Leher dan Pundak, Nyeri Lengan atas, Amandel,
Sesak Nafas, Batuk Kronis
|
|
7C
|
Kelenjar Gondok, Siku Tangan, Tulang Pundak
|
Demam
|
|
1T
|
Kerongkongan, Siku Pergelangan Tangan,
Jari,Tenggorokan |
Asma, Batuk, Sesak Nafas, Tangan Kesemutan
|
|
2T
|
Jantung dan Arteri Jantung
|
||
3T
|
Paru-paru, Trakea, Kantong Paru-paru
|
Sakit Mata, Radang Paru-paru, Radang Trakea, Demam
|
|
4T
|
Empedu
|
Sakit kuning, Herpes
|
|
5T
|
Lever Peredaran Darah
|
Demam, Masalah Tekanan Darah, Gangguan Peredaran
Darah, Radang Sendi
|
|
6T
|
Lambung
|
Gangguan Pencernaan
|
|
7T
|
Pankreas, Usus Dua Belas Jari
|
Radang Lambung
|
|
8T
|
Limpa
|
Daya Penyembuhan Alami Berkurang
|
|
9T
|
Kelenjar Adrenalin, Ginjal
|
Alergi, Penyakit Kulit
|
|
10T
|
Ginjal
|
Gangguan Ginjal, Lelah Kronis, Pengerasan Arteri,
Radang Ginjal
|
|
11T
|
Ginjal dan Ureter
|
Jerawat, Eksim, Sakit Kulit
|
|
12T
|
Usus Kecil, Sistem Peredaran Limpa
|
Rematik, Perut Kembung, Mandul
|
|
1L
|
Usus Besar
|
Sembelit, Radan Usus Besar, Diare
|
|
2L
|
Usus Buntu, Perut, Daerah Paha
|
Keram Otot, Sesak Nafas
|
|
3L
|
Organ Reproduksi, Rahim, Kantong Kencing, Lutut Kaki
|
Sakit Kandung Kemih, Nyeri Haid, Keringat Dingin
Waktu Tidur, Depresi, Keguguran, Encok Sendi
|
|
4L
|
Kelenjar Prostat, Encok Pinggul, Daerah Lutut
|
Encok Pinggul, Sakit Pinggang, Kencing Tidak Lancar,
Nyeri Punggung
|
|
5L
|
Bagian Luar Kaki, Nyeri Daerah Kaki Bawah atau
Engkel
|
Gangguan Peredaran Darah di Kaki (Dingin), Bengkak
Pergelangan Kaki, Nyeri Daerah Kaki
|
|
Tulang Pinggul
|
Reproduksi Rahim, Tulang Pinggul, Pantat
|
Penyakit Kelenjar, Prostat, Tulang Membengkak,
Penyakit Rahim, Wasir, Radang Anus, Nyeri Tulang Ekor Waktu Duduk
|
|
Tulang Ekor
|
Anus, Tulang Ekor
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar