PENGKAJIAN
PSIKOSOSIAL
I. Identitas Klien
II. Persepsi dan harapan klien /
keluarga
a.
Persepsi klien tentang masalah
Klien mengatakan bahwa bahwa klien merasa kesal dengan sudara-saudaranya,
klien dirumah kerjanya hanya bersih-bersih got sedangkan saudaranya enak-enak
saja. Setiap Klien bercerita ttg keadaan dirumahnya nada suaranya agak meninggi
dan menangis dan langsung berhenti menangis, klien mengatakan selalu ingin pulang.
b.
Persepsi keluarga tentang masalah
Keluarga mengatakan mungkin klien tidak
akan sembuh dan anggota keluarganya tidak ada yang sakit jiwa seperti klien.
c.
Harapan klien tentang pemecahan masalah
Klien ingin sembuh dari sakit, ingin
pulang seperti keluarganya yang lain, tidak dirumah sakit terus sehingga dapat
melakukan suatu kegiatan dirumah.
d.
Harapan keluarga tentang pemecahan masalah
Keluarga menginginkan klien ingin sembuh
dari sakitnya, tidak marah-marag, apalagi amuk, ingin seperti orang pada
umumnya. Keluarga kalau memang belum sembuh biar saja di rumah sakit dulu
karena keluarga tidak bisa mengatasi, dan prilaku klien membuat keluarga dan
lingkungannya terganggu.
III. Pengkajian Psikologis
a.
Status emosi
Ekspresi emosi sesuai dengan perasaanya
namun klien sulit dalam mengungkapkan perasaannya, klien suka marah-marah pada
klien lain dan merasa curiga, Katanya ada yang mengambil uangnya. Kalau melihat
orang yang belum pernah dikenalnya memperlihatkan kecurigaan.
b.
Kosep diri
à
Body image : Klien mengatakan malu
badannya kotor rambutnya gundul/ sedikit jadi jelek.
à
Ideal Diri : Klien mengatakan ingin
bisa bekerja tanpa orang lain mengejek, klien mengatakan ingin membantu
keluarganya .
à
Harga Diri : Klien merasa selama ini
dibuang oleh keluarganya, tidak diperhataikan , karena selama ini dianggap
selalu mengganggu.
à
Fungsi Peran : Klien merasa bahwa
dirinya selama ini tidak seperti orang lain atau orang lain, karena suka marah
-marah sehingga tidak ada yang mau dekat.
à
Identitas Diri : Klien menilai dirinya
tidak seperti oarang lain bebas kemana-mana sebagai wanita harus punya pasangan
dan keluarga.
c.
Gaya komunikasi
Secara Verbal : Bicara klien dapat ditangkap, tetapi
kadang melompat-lompat tidak sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan. Nada
suara klien setiap bicara agak tinggi.
Secara
Non Verbal : Kalu sedang bicara tangan selalu memperagakan, vena Jugularisnya
membesar, sering bicara sambil melotot.
d.
Pola interaksi
Klien memberi respon hanya pada orang yang sudah
dikenal. Klien lebih banyak berhubungan dengan wanita dari pada laki-laki.
Tempat tidurnya terpisah dengan klien lain. Klien sering masuk ke kamar lain
untuk mengontrol klien yang lain. Klien kenal dengan semua klien yang ada
diruang Melati tetapi tidak saling berinteraksi.
e.
Pola pertahanan
Upaya klien untuk mengatasi masalahnya : jalan-jalan
, mondar-mandir, nonton TV dan marah-marah untuk mengungkapkan kejengkelannya,
serta membersihkan lingkungan, misalmya : sampah, cuci piring membersihkan bak
mandi dan ngepel.
IV. Pengkajian sosial
a.
Pendidikan dan pekerjaan :
Pendidikan terakhir sebagai siswa SD tidak tamat
(klas IV). Selama ini belum pernah kerja mandiri dan dapat penghasilan, klien
pernah bekerja di toko keluarganya untuk membantu keluarganya. Pekerjaan
dirumah, bersih-bersih, masak, cuci pakaian.
b.
Hubungan sosial
Selama ini klien tidak punya teman dekat baik di
rumah maupun di rumah sakit klien tidak suka laki-laki karena anggapan klien,
laki-laki ( Dokter/ mantri membuat orang mati ). Klien jarang berhubungan
dengan orang lain, dirumah jarang juga berhubungan dengan keluarganya, habis
bersih-bersih tidur, dirumah sakit juga jarang ngomong-ngomong dengan klien
lain bila ketemu diam. Di rumah sakit klien
lebih senang sendiri ,kamarnyapun sendiri, klien sering ngontrol
kamar-kamar klien lain tapi tidak berinteraksi. Klien sering menyuruh klien
lain, dan klien lain ketakutan. Klien sering marah-marah pada klien lain
sehingga mereka jadi takut mendekat.
c.
Faktor sosial budaya
Klien beragama Budha , selama di rumah sakit tidak
pernah mengikuti kegiatan kerohaniaan. Selama di rumah sakit klien mendapat
kiriman untuk kebutuhannya dari keluarga. Klien bisa diajak komunikasi.
d.
Gaya hidup
Klien dulunya lahir dan tinggal di Medan,
selama di rumah klien menghabiskan waktu untuk sekolah dan membantu di toko
orang tuanya, saat ini keluarga klien tinggal di Jakarta, klien juga membantu
orangtuanya jualan di toko dan bersih-bersih di rumah.
V. Pengkajian Keluarga
Klien
adalah anak pertama dari delapan bersaudara, klien tinggal bersama orang
tuanya. Sumber pengasilan utama adalah adik-adiknya. Hubungan antara kakak
beradik tidak begitu hangat dan harmonis setelah klien dirawat di rumah sakit.
Klien merasa takut dengan mamanya, namun klien lebih dekat dengan mamanya dibanding
dengan saudara yang lain.
VI. Pengkajian Kesehatan Fisik
A.
Masalah kesehatan yang lalu dan sekarang
Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang
lalu
Pada
tahun 1977 klien pernah dirawat di rumah sakit jiwa bogor dengan diagnosa yang
sama. Pada tahun 1978 klien dirawat di RSCM selama Dua bulan dengan diagnosa
medis Schizoprenia disorder Paranoid . Untuk gangguan kesehatan fisik belum
pernah di rawat.
Penyakit sekarang.
Di
rumah sakit jiwa Grogol Jakarta pertama kali masuk th 1979 sampai sekarang
dengan diagnosa medis schizoprenia paranoid. Penyakit fisik tidak ada.
B.Kebiasaan kesehatan sekarang.
à
Penampilan
diri
Klien
tampak kurang bersih rambut kotor berketombe, baju jarang ganti, kadang-kadang
klien hanya mandi satu kali sehari tidak pernah pakai sabun meskipun sabunnya
ada, tetapi klien menggosok gigi.
Sikap
tubuh, klien berjalan tegap, kebiasaan suka tiduran di lantai ,kuku panjang dan
kotor, kulit bersisik banyak daki.
à
Rokok
: Klien merokok satu hari sampai satu bungkus
à
Minuman
keras : klien tidak pernah minum-minuman keras.
à
Pola
tudur : Tidur malam pukul 22.00 sampai 05.00 Wib. Tidur siang tidak
menentu. Kadang-kadang tidur pagi kalau
klien kecapaian. Saat klien lain tidur kurang lebih jam 12.00. klien malah
jalan-jalan nonton TV.
à
Pola
makan : Setiap hari klien dapat jatah makan dari rumah sakit, 3x
sehari. Setiap pukul 10.00 klien dapat
bubur kacang. Klien tidak mau makan bersama dengan klien lain, klien
makan sendiri di ruang tamu atau di kamarnya. Klien tidak sedang menjalankan
diit tertentu.
à
Pola
elimunasi : Bak 4 - 5 x perhari, Bab 1 x perhari pada pagi hari.
à
Tingkat
aktivitas : klien cukup aktip dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Misalnya ; bersih-bersih sampah , kamar mandi, cuci piring , membersihkan
tempat tidur, melakukan perawatan diri ( kadang-kadangmandi satu hari sekali
tanpa sabun
à
Tingkat
energi : Klien cukup energi jarang tiduran , jalan-jalan, melakukan
ADL.
VII. Status / Keadaan Mental
A. Kebenaran Data :
Dalam
memberikan informasi kadang membingungkan, kata-kata klien sering
melompat-lompat, tidak sesuai dengan pembicaraan yang sedang berlangsung. Validasi
data : Apa yang dikatakan klien dan keluarganya sama kacuali apa yang dikatakan
klien kalau lagi di rumah klien tidak marah-marah, sedangkan menurut
keluarganya bila klien di rumah selalu marah-marah. Klien memanipulasi data.
B. Status Sensori :
Klien
dalam berkomunikasi dengan perawat nada suaranya keras , Kadang-kadang klien
menanyakan kembali apa yang disampaikan perawat ( klien merasa kurang jelas ).
C. Status Persepsi
Tidak
ada halusinasi, namun tingkat kecurigaannya tinggi. Klien merasa orang lain
mengejek, menghina dan mengolok-olokkannya.
D. Status Motorik
Status
motorik baik : Bicara lancar dan mudah dimengerti, pergerakan anggota gerak
baik : berjalan, lari, membungkuk.
E. Afek
Bila
klien marah nada suara tinggi, wajah tegang, menyeringai, mata melotot. Kalau
melihat orang seperti menyelidik.
F. Orientasi
Klien
mengenal orang yang berada di sekitarnya, waktu ,hari, dan tanggal, bahkan
kalau pulang cuti ( Sabtu, Minggu ) klien pulang sendiri. Klien juga sadar
kalau dia berada di rumah sakit jiwa .
G. Ingatan
Klien
mudah ingat tentang suatu kejadian dan apa yang diinformasikan.
H. Daya Tilik Diri ( Insight )
Klien
belum mampu bereaksi sesui realita, klien beranggapan bahwa prilakunya
baik-baik aja (klien marah kalau ada yang menghina dan memojokkan). Klien belum
mengetahui apa penyebab prilakunya dengan keadaan realita.
VIII. A. Diagnosa Medik
Schzoprenia Paranoid
B.
Program Pengobatan Medik
Obat-obat yang didapat :
CPZ : 100 mg. 3 X perhari
THP : 3 X 2 mg perhari
Ceradol 3 X 5 mg
ANALISA
DATA
KLASIFIKASI DATA
|
MASALAH
|
10
April 1997
·
Klien marah-marah merebut barang
milik orang lain.
·
Jika bicara mata sering melotot
·
Sering tampak tegang
·
Kurang bersahabat, curiga pada klien
lain
·
Bicara kacau
·
Nada suara tinggi dan cepat
·
Vena jugularis menonjol,saat bicara.
·
Kalau lagi marah jalan-jalan dan
menghampiri klien lain.
·
Adanya curiga pada klien lain yaitu pada klien E ( disangka mengambil
uang dan membuat bajunya sobek).
·
Menyuruh klien lain membersihkan
ruangan.
·
Pernah bersitegang dengan klien lain
gara-gara tempat sampah yang ada didekat kamarnya diambil oleh klien lain.
11 April 1997
·
Klien tidak ganti baju. Baju yang
dipakai pada pertemuan tanggal 10 masih dipakai hari ini.
·
Gigi klien kuning.
·
Kulit agak bersisik.
·
Rambut kotor banyak ketombe.
·
Klien tidak rapi sering duduk di
lantai.
·
Klien menyatakan malas mandi.
·
Setiap kali berinteraksi dengan
Mahasiswa ,pk.10.00 WIB Klien belum mandi.
|
Þ Marah yang tidak konstruktif.
Þ Potensial melukai orang lain /Amuk.
Þ Penampilan diri kurang adekuat
Þ Kurang berminat dalam kebersihan.
|
Tanggal
17-4-97
·
Klien cuti,pulang ke rumah.
Tanggal
24-4- 97
·
Klien sering sendiri di ruangan
,tempat tidurnya .
·
Klien tidak pernah berinteraksi
dengan klien /orang lain.
·
Klien senang melamun dibawah tempat
tidur nya sambil merokok.
·
Klien selalu menyatakan orang lain
malas tidak pernah bersih-bersih,hanya dia sendiri yang bersih-bersih.
·
Klien mengatakan barangnya hilang
,bajunya sobek,klien lain yang mengambil dan merobek bajunya.
·
Kalau ada orang lain yang sedang
ngomong-ngomong,tingkahnya seperti menyelidik.
·
Klien selalu jalan-jalan ke kamar
klien lain ,melihat-lihat tanpa berinteraksi.
·
Ada klien M yang asyik duduk ,tiba-tiba klien
marah-marah dan memukul klien M.
|
Þ Gangguan hubungan sosial; menarik
diri
Þ Curiga.
|
Urutan Diagnosa Keperawatan sesuai prioritas.
1. Potensial
melukai orang lain /diri sendiri
sehubungan dengan ketidakmampuan klien dalam mengungkapkan marah secara
konstruktif.
2. Menarik
diri sehubungan curiga.
3. Penampilan
diri kurang sehubungan dengan kurang berminat dalam kebersihan diri.
RENCANA KEPERAWATAN JIWA
|
|||||
NO/
|
Diagnosa
|
|
Perencanaan
|
|
|
Tgl
|
Keperawatan
|
Tunjuan
|
Kriteria Evaluasi
|
Timdakan Keperawatan
|
Rasional
|
I
|
|
|
|
|
|
10-4-97
|
Potensial
melukai diri sendiri dan orang lain/amuk s/d Ketidak mampuan klien
mengungkapkan marah secara konstruktif.
DS
:
à Klien mengatakan
dirumah kerjanya bersihkan got, kelu-arga yang lain malah bikin kotor.
à Klien mengatakan
kesal sama orang-orang ditumah karena dia tidak pernah diberikan kerjaan yang
enak
à Klien mengatakan
kesal sama orang-orang di RS. Uangnya hilang ada yang mengambil.
à Klien mengatakan
kesal, orang-orang dirumah sakit bikin kotor saja, habis dibersihkan , kotor
lagi.
DO
:
à Jika bicara
dengan orang lain mata sering melotot.
à Kadang klien
tampak tegang.
à Jalan tanpa
tujuan.
à Klien sering
marah dengan suara keras.
à Bicara kacau.
à Sering membentak
orang.
|
Tupan : Tidak
melukai orang lain, diri sendiri dan mampu mengung-kapkan marah yang
konstruktif.
Tupen :
1. Klien dapat
membina hubu-ngan saling percaya dengan perawat
|
1.1.
Setellah dua kali pertemuan klien mau berinteraksi dengan perawat
à Membalas salam.
à Berjabat tangan.
à Berkomunikasi
verbal.
à Dapat menyebutkan
nama perawat.
|
1.1.1.
Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal
à Perkenalkan
diri.
à Jelaskan tujuan
pertemuan .
à Terima klien apa
adanya.
à Ciptakan suasana
tenang dan relaks.
à Hargai privasi
klien.
1.1.2.
Pertahankan sikap pera-wat secara konsisten.
à Menepati janji.
à Mempertahankan
kontak mata dan posisi yang terbuka.
à Hndari
komunikasi yang ber-sifat rahasia didepan klien .
à Perhatikan
kebutuhan klien .
|
Hubungan
saling percaya akan menurunkan rasa keterancaman klien terhadap stimulus yang
berasal dari perawat , sehingga tercipta hubungan terapeutik.
Sikap
yang konsisten akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat, dan
klien merasa bahwa perawat tahu akan kebutuhannya.
|
|
|
2. Klien dapat mengidentifikasi sumber marah
dan mengenal rasa marahnya.
|
2.1.
Setelah dua kali pertemuan klien dapat mengungkapkan apa yang membuat dia
marah.
à Mengatakan dalam
dalam situasi apa klien marah.
à Mengatakan
penyebab klien marah.
à Klien mengatakan
dan mengetahui bahwa dirinya sedang marah
|
2.1.1.
Beri respon pd klien dgn tenang dan tidak mengancam.
à Bicara perlahan
dan jelas
à Menggunakan
kalimat yang mudah dimengerti klien.
à Bersikap
terbuka.
2.1.2.
Dorong klien untuk meng-ungkapkan hal-hal yang menye-babkan marah.
à Tunjukkan
prilaku empati
Bicara mudah dimengerti
|
Memberi
respon pd klien menandakan perawat mene-rima kehadiran klien secara utuh,
hal ini merupakan lang-kah awal komunikasi yg terapeutik dan
mempermudah intervensi selanjutnya.
Dengan
bantuan perawat diharapkan klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya dan
klien dapat mengenal marahnya.
|
|
|
3. Klien dapat
mengidentifikasi tanda-tanda marah.
|
3.1.
Setelah Dua kali pertemuan klien mampu menyebutkan minimal 3 tanda-tanda
marah dari tanda-tanda fisik yang biasa terjadi.
à Wajah merah.
à Mata melotot.
à Tekanan darah
meningkat.
à Otot-otot
tegang/ menggetar.
à Tangan dikepal.
à Muka tegang.
à Nada suara
meninggi.
|
3.1.1
Dorong klien untuk meng-ungkapkan / mengenal tanda-tanda saat klien marah yg
diketahui klien.
3.1.2.
Diskusikan dgn klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pd orang marah.
|
Dgn
mampunya mengemu-kakan / mengenal tanda-tanda saat klien marah, klien dapat
mengidentifikasi tanda ma-rahnya.
Dgn
tahunya tanda-tanda marah bagi klien dapat mengidentifikasi diri sendiri dan
orang lain kalau kondisi spt itu
adalah sedang marah.
|
|
|
4. Klien dapat
mendemontrasikan koping yg biasa digunakan apabila klien marah.
|
4.1.
Setelah 4x pertemuan klien mampu mendemontrasikan cara-cara klien dalam
mengatasi marah yang selama ini dilakukan.
|
4.1.1
Dorong klien untuk menga-takan cara-cara yang dilakukan bila klien marah.
à Jangan
menyinggung klien
à Terima apapun
yang diungkap-kan klien.
à Fokusing dan
klarifikasi bila klien melantur.
4.1.2.
Perhatikan klien dan ber-sikap terbuka menerima saat klien sedang
mendemontrasikan koping-nya.
4.1.3.
Diskusikan bersama klien tentang aspek negatif bila mengekpresikan marah cara
tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang baiknya.
|
Dgn
mengetahui cara-cara yang telah dilakukan klien sebagai bahan untuk inter-vensi
selanjutnya, dan dgn menghargai upaya klien akan terbina hubungan saling
percaya antara perawat dan klien.
Perhatian
yang penuh akan memungkinkan klien untuk lebih percaya diri dalam
mengekpresikan prilakunya.
Pilihan
baik dan buruk sangat penting saat klien untuk mempertimbanglkan, sehingga
klien sendiri yang akan memutuskan.
|
|
|
5. Klien dapat
menilai koping/ cara mengatsi marah mana yang baik untuk dirinya atau yang
tidak baik ( mengungkapkan marah secara konstruktif ).
|
5.1.
Setelah 6x pertemuan, klien mampu menilai dan menjelaskan cara marah yang
konstruktif.
à Tidak
menyinggung perasaan orang lain.
à Tidak melukai
orang lain.
à Tidak merusak.
à Tidak membuat
takut suasa-na.
|
5.1.1.
Diskusikan dgn klien cara mengungkapkan marah yang konstruktif.
à Latihan Asertif;
bagaimana diri sebagai orang yg mengalami marah.Mengekplorasi diri untuk
mengungkapkan penyebab ma-rah.
à Menyalurkan
energi kemarahan secara kontruktif.
à Tehnik
relaksasi; Membaca, menggambar, mendengar mu-sik, nonton tv dll.
à Penyelesaian
masalah ; Menceritakan pada perawat atau orang lain yang dapat memberikan
jalan keluar.
à Aktivitas fisik
; olahraga, pekerjaan rumah tangga.
à Spiritual ;
berdoa.
à Bermain peran.
|
Membantu
klien untuk mema-hami atau meningkatkan pengetahuan klien tentang cara
mengungkapkan marah yang bisa diterima orang lain, tidak merugikan diri
sendiri dan orang lain.
|
|
|
|
|
5.12.
Dorong minat klien untuk belajar mengungkapkan marah secara konstruktif.
5.1,3.
Anjurkan dan dorong klien untuk memberi contoh marah yang konstruktif
|
Adanya
motivasi akan menimbulkan sikap yang konstruktif dlm mengeks presikan marah.
Menunjukkan
realita marah yang konstruktif.
|
|
|
6. Klien dapat
memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara-cara mengekpresikan marah yang
konstruktif.
|
6.1.
Setelah 6x pertemuan klien dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara
pengungkapan marah yang konstruktif.
à Expresi wajah
tyidak tegang.
à Nada suara tidak
ringgi.
à Mata tidak
melotot.
à Nafas tidak
cepat.
à Tidak
menggunakan kata-kata kasar.
à Prilaku tidak agresif.
|
6.1.1.Diskusikan
dgn klien tentang upaya untuk menciba menerapkan cara-cara yang telah
dipelajari dalam berhubungan dengan orang lain.
6.1.2.
Anjurkan pd klien untuk mengungkapkan
marah secara verbal yang dapat diterima orang lain.
6.1.3.
Ingatkan klien untuk berlatih terus cara mengungkapkan marah secara
konstruktif.
|
Menerapkan
hal yang telah dipelajari berarti klien belajar mengidentifikasikan dirinya
sendiri sehubungan dgn perkembangan di dalam proses berubah.
Tidak
membuat orang lain tersinggung berarti tidak menambah konflik baru.
Dgn
berlatih terus maka akan terpola dalam perilakunya.
|
|
|
7. Keluarga dapat
memiliki sikap yg mendukung atas keadaan perkembangan kesehatan klien
|
7.1.
Setelah satu kali pertemuan dgn keluarga dpt mengidentifi-kasi sikap-sikap
yang membuat klien marah.
|
7.1.1.
Anjurkan keluarga untuk mengidentifikasi sikap-sikap yang telah dilakukan
terhadap klien selama ini.
7.1.2.
Beri kesempatan pada keluarga untuk menilai sikap yang telah dilakukan
terhadap klien selama ini.
|
Kemampuan
keluarga dalam mengidentifikasi sikap, me-mungkinkan keluarga mampu melakukan
penilaian terhadap perlakuan yang membuat klien marah.
Penilaian
terhadap sikap sendiri akan meningkatkan kesadaran keluarga.
|
24-4-97
|
Gangguan
hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
DS
:
à
Klien selalu mengatakan , klien yang lain malas-malas.
à
Klien mengatakan barang-barang klien hilang, klien E yang
mengambil.
DO
:
à
Klien sering menyendiri di tempat tidurnya.
à
Klien tidak berinteraksi dengan klien lain.
à
Klien sering melamun dilantai disamping tempat tidurnya.
|
Tupan
:
Klien
dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tupen
:
1. Klien dapat
mengungkapkan perasaan dan persepsinya dengan rasa aman.
|
1.1.
Setelah 4x pertemuan klien mau menceritakan perasaan dan persepsinya secara
spontan.
1.2.
Ekspresi wajah klien tampak tenang.
|
1.1.1.
Bina hubungan saling perca-ya :
à
Tepati janji.
à
Jelaskan tujuan intrvensi.
à
Berlaku konsisten.
à
Perilaku bersahabat.
à
Empaty.
1.1.2.
Pelihara ketenangan ling-kungan , suasana hangat dan ber-sahabat.
1.2.1.
Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
(menggunakan perta-nyaan terbuka)
1.1.2.
Dengarkan klien dengan penuh rasa empaty.
|
Terbukanya
hubungan saling percaya antara klien dan perawat akan mempermudah klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
Suasana
lingkungan tenang dan hangat , bersahabat akan mendukung dalan komunikasi
terapeutik.
Dengan
pertanyaan terbuka memberikan kesempatan pd klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Akan
meningkatkan hubungan saling percaya.
|
|
|
2. Klien mengenal
curiganya.
|
2.1. Setelah 5 - 7 X pertemuan klien dapat
mengenal perasaan curiganya.
|
2.1.1.
Adakan kontak yang sering dan singkat
2.1.2.
Terima perasaan curiga sebagai hal yang nyata bagi klien tetapi tidak nyata
bagi perawat.
|
Untuk
menstimulus hal-hal yang konstruktif dan menghin-darkan persaan curiga
Menghargai
pendapat klien dan menjelaskan apa yang dirasakan dan dilihat, diharap-kan
hubungan saling percaya tetap terbina dan klien tidak terlena dengan kecurigaanya.
|
|
|
|
2.2.
Klien dapat mengungkapkan situasi apa yang membuat klien curiga setelah 5-7x
pertemuan.
|
2.2.1.
Diskusikan dengan klien tentang perasaan curiga.
|
Mengetahui
penyebab terjadi-nya curiga, sebagai bahan untuk intervensi selanjutnya.
|
|
|
|
2.3.
Klien dapat menyampaika n pada perawat saat terjadinya curiga.
|
2.3.1.
Tanyakan pada klien, dalam keadaan bagaimana curiga itu timbul.
|
Menigkatkan
kerja sama klien dan perawat dalam mengatasi curiganya.
|
|
|
3.
Klien dapat mengontrol curiganya.
|
3.1.
Setelah 5-7 kali pertemuan meningkatkan perhatian klien pd rangsangan
realita.
|
3.1.1.
Tingkatkan respon klien pd realita ; misalnya ajak klien untuk berinteraksi
diyakinkan bahwa ling-kungannya tidak mendukung tim-bulnya curiga.
|
Meningkatkan
kerja sama perawat- klien utk mengontrol curiganya dan lingkungan terapeutik
akan mengurangi perasaan curiga klien.
|
|
|
|
3.2.
Klien dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.
3.3.
Klien dapat memulai dan mempertahankan
hubungan dgn orang lain.
|
3.2.1.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang
disenangi.
3.2.2.
Puji klien apabila klien sudah mau ikut melakukan kegiatan sehari-hari.
3.31. Perkenalkan klien dgn klien lain dan
mengikutsertakan dalam kegiatan bersama seperti makan, memelihara kebersihan.
3.3.2.
Berikan stimulus yang konstruktif bahwa lingkungan cu-kup bersahabat.
3.3.3.
Dorong klien untuk ber-komunikasi dengan lingkungan secara bertahap.
3.3.4.
Lakukan terapi aktifitas kelompok yg bertujuan untuk membina hubungan sosial
dan interaksi dgn lingkungan.
|
Dgn
kegiatan sehari-hari fokus curiganya akan ber-kurang.
Reinforcement
positif sangat-lah penting dalam dalam meningkatkan kepercayaan klien.
Apabila
klien sudah bisa berinteraksi dan mengenal lingkungan yang tidak mem-buatnya
menjadi curiga, klien akan terhindar dari perasaan curiga.
Hal
ini akan mengurangi ke-curigaan klien yang sudah terpola.
Secara
bertahap disesuaikan dgn kemampuan interaksi klien.
Terapi
aktivitas kelompok dgn sosialisasi sangat berarti sekali untuk klien yg
menarik diri.
|
|
|
4.
Keluarga dapat berperan dalam mengontrol perasaan curiga klien.
5.
Klien dapat mengikuti program pengobatan.
|
4.1.
Setelah satu kali home visit keluarga dapat :
à
Menjelaskan proses terjadinya curiga.
à
Tanda-tanda curiga.
à
Cara mengontrol curiga.
4.2.
Keluarga dapat membantu menurunkan perasaan curiga klien.
5.1.
Kolaborasi; pemberian obat psikofarma.
|
4.1.1.
Diskusi dgn keluarga tentang ;
à
Kecurigaan yang terjadi pada klien.
à
Tanda-tanda curiga.
à
Cara mengontrol supaya tidak terjadi curiga.
4.2.1.
Berikan motivasi keluarga agar bersikap empati dan bersahabat serta tidak
membuat klien tambah curiga.
5.1.1.
Menjelaskan kepada klien tujuan pengobatan.
à
Awasi klien apakah obat dima-kan.
à
Jelaskan kepada klien tentang reaksi obat.
à
Perhatikan prinsip 5 benar pada pemberian obat.
à
Observasi reaksi setelah pem-berian obat.
|
Dengan
meningkatkan penge-tahuan keluarga tentang gangguan berhubungan curi-ga yang
terjadi pada klien akan membantu keluarga dalam memberi perawatan kepada
klien baik di rumah atau di rumah sakit.
Dukungan
keluarga sangat dibutuhkan sekali pd klien gangguan berhubungan dgn perilaku
curiga.
Hal
ini dilakukan untuk meng-hindari kecurigaan klien. Dengan perhatian perawat
dalam pengobatan maka terapi akan lebih tepat guna dan efektif sesuai
sasaran.
|
3.
24-4-97
|
Penampilan
diri kurang adekuat sehubungan dengan kurang minat dalam kebersihan diri.
D.O
:
à
Penampilan diri kurang rapih.
à
Baju yang dipakai itu-itu saja tampak kotor.
à
Gigi klien kuning,dan banyak yang tanggal.
à
Kulit agak bersisik.
à
Rambut kotor, banyak ketombe.
à
Setiap berinteraksi dgn mahasiswa klien belum mandi.
à
Kuku panjang dan hitam.
D.S.
à
Klien mengatakan malas mandi.
à
Klien mengatakan waktu pulang malas mandi karena takut
menghabiskan air.
|
Tupan
:
Penampilan
klien rapih dan bersih.
Tupen
:
1.
Klien mampu mengungkapkan pentingnya merawat kebersihan diri sendiri.
2.
Klien mampu meningkatkan kemampuan dalam merawat diri sendiri secara
bertahap.
3.
Keluarga dapat berperan dalam mengontrol dan memberikan dukungan terhadap
perewatan kebersihan diri sendiri.
4.
Klien dapat mengikuti kegiatan TAK
dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan, klien termotivasi
melakukan keber-sihan.
|
1.1.
Setelah dijelaskan tentang pentingnya perawatan diri sendiri, klien dapat
menyebutkan kembali tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri, dan cara
memelihara kebersihan diri yang benar.
2.1.
Selama klien di rawat.
à
Klien dapat mandi sendiri setiap hari dgn menggunakan
sabun mandi, gosok gigi pakai odol, klien tampak bersih.
à
Klien dapat mengganti baju tiap hari dan pakai pakaian
bersih.
à
Klien dapat memperlihatkan kebersihan rambut, wajah dan
kuku.
2.2.
Setelah 4x pertemuan klien dapat melakukan point 2.1
dengan
inisiatif sendiri.
3.1.
Setelah satu kali pertemuan home visit keluarga dapat mengerti tentang,
manfaat kebersihan bagi klien dapat memberikan dorongan bagi klien untuk
melakukan perawatan kebersihan diri.
4.1.
Setelah 4x pertemuan klien dapat mengikuti TAK . Cara me-rawat kebersihan,
memakai baju, membersihkan tempat tidur klien.
|
1.1.1.
Diskusikan dengan klien tentang tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri.
1.1.2.
Berikan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri.
2.1.1.
Dorong klien untuk mandi sendiri 2x sehari, menggunakan sabun mandi, ganti
baju, dan menggunakan yang bersih, serta memperhatikan kebersihan, badan
wajah, dan kukunya.
2.2.
Observasi tingkat kemajuan klien dalam merawat diri sendiri.
3.1.1.
Diskusikan dengan keluarga tentang konsep kebersihan/ self care pada klien
4.1.1.
Lakukan TAK mengenai merawat kebersihan diri, pakai baju yang rapih,
membersihkan tempat tidur.
|
Dengan
mengetahui hal ini klien akan kooperatif dalam merawat diri sendiri.
Motivasi
sebagai stimulus external yang dapat meng-gerakkan klien.
Dengan
dorongan dan mem-perhatikan kemampuan klien secara bertahap klien dapat
mandiri dalam merawat diri sendiri.
Klien
merasa dihargai dari apa yang selama ini dila-kukannya.
Dukungan
keluarga sangat diperlukan dalam rangka self care bagi klien.
Hal
ini dilakukan untuk mengingatkan dan membi-asakan klien dalam mela-kukan
perawatan kebersihan diri.
|
CATATAN KEPERAWATAN
No
|
Tanggal
|
Diagnosa
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
Keperawatan
|
Resspon Klien (S dan O)
|
Modifikasi
|
|||
1
|
10-4-97
|
Potensial
melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam puan klien mengungkap kan marah
secara kons truktif.
|
1.1.1.
membina hubungan saling percaya dengan klien.
à
Mengucapkan salam.
à
Memperkenalkan nama.
à
Berjabat tangan .
à
Kontak mata.
à
menyampaikan tujuan pertemuan.
|
Klien
menerima perknalan dengan mahasiswa.
à
Membalas salam.
à
Membalas jabat tangan.
à
Berrespon secara verbal.
|
Interaksi
tetap dipertahankan.
|
|
11-4-97
|
Potensial
melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam puan klien
mengungka kan marah secara kons truktif.
|
1.1.1.
Membina hubungan saling percaya dengan klien (melanjutkan ).
1.1.1.
Memelihara ketenangan lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.
|
Hubungan
saling percaya sudah terbina selama 3-5x pertemuan.
Klien
menerima kehadiran pera wat.
|
Dipertahankan.
Dipertahankan.
|
|
|
|
1.1.2.
Mempertahankan sikap perawat secara konsisten. Dalam setiap interaksi dengan
klien perawat selalu menepati janji dan berikan kontrak yang jelas, time out,
serta memperhatikan kebutuhan klien.
|
O.
Klien tampak senang setelah diberikan pujian terhadap apa yang sudah positif
pada dirinya.
S.
Waktu ditanya mengenai man di klien mengatakan sudah, dan ketika ditawarkan untuk perte muan lagi klien
mengatakan ya.
|
Dipertahankan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.1.2.
Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah
dengan pertanyaan terbuka, menanyakan pada klien apa yang membuat klien
marah.
|
O.
Klien tampak cemberut, tegang, matanya datar, vena jugularisnya tampak jelas,
nada suara agak tinggi pada saat mengungkapkan perasaannya.
S.
Klien mengatakan habis orang lain disini pada kotor, engga mau bersih-bersih,
ke marin aja uang saya hilang dicuri sama klien E.
|
Dilanjutkan
dan mengekplorasi lagi perasaan klien.
|
|
|
|
|
|
|
|
24-4-97.
|
Potensial
melukai diri sen diri atau orang lain/ amuk s/d. Ketidak mampuan
mengungkapkan marah secara konstruktif.
|
1.1.1.
Membina hubungan saling percaya, meng
ucapkan salam, menanyakan perasaannya hari ini, menanyakan tentang kabarnya
dirumah (karena klien habis cuti ) apa yang dilakukan klien di rumah, dan
menanyakan perasaan klien setelah pulang.
|
O.
Klien tampak senang diper hatikan., dan menerima kehadir an perawat.
S.
Klien menjawab salam , “ selamat pagi “, baik-baik saja.
|
Dipertahankan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.1.2.
Mempertahankan sikap perawat yang konsisten, menepati janji, kontrak yang
jelas setiap pertemuan, dan melakukan time out, serta mempertahankan
kebutuhan klien, dan memberikan pujian.
|
O.
Klien tampak senang, senyum -senyum, apabila diberikan puji an.
|
Dipertahankan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.1.2.
Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah
dengan pertanyaan terbuka.
|
O.
Klien tampak serius, berapi-api dalam mengungkapkan perasaannya.
S.
Klien menjawab apa yang membuat klien marah yaitu “ Habis orang-orang di sini
( klien) malas-malas tidak mau bantu kerja “.
|
Dipertahankan
dan dilanjutkan dgn explorasi yg lain.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.1.1.
Menanyakan pada klien , apa yang dilakukan klien bila klien marah.
|
O.
Tampak klien tidak terbuka dan menutupi
dan mengingkari apa yang sudah dilakukannya.
Klien
tampak cemberut dan tertunduk.
S.
Klien hanya mengatakan
|
Dipertahankan
dan perlu memo difikasi dengan memcari
waktu yg tenang bagi klien.
|
|
|
|
|
Tidak
tahu dan saya tidak ingin membuat masalah.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gangguan
hubungan sosial : menarik diri S/D curiga.
|
1.1.1.
Membina hubungan saling percaya, bersikap konsisten, dan memelihara
ketenangan lingkungan seperti Dx I.
1.1.2.
Mendengarkan setiap klien bercerita dengan empati.
|
O.
Klien tampak bersemangat untuk
bercerita, tapi kadang-kadang melantur.
|
Dipertahankan
dengan memper hatikan komu nikasi dengan fokusing.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.2.1.
Bersama klien mendiskukan tentang curiga pada klien.
|
O.
Klien tampak marah ketika menjawab yang membuat dia jengkel.
S.
Klien menjawab “Orang-orang bikin kesel”, kagak mau kerja, bisanya bikin
kotor, habis klien M sepertinya mengejek.
|
Dipertahankan
|
|
|
Penampilan
diri kurang adekuat s/d. kurang minat
dalam kebersihan diri.
|
1.1.1.
Membina hubungan saling percaya, bersikap empati, konsisten serta memelihara
ketenangan lingkungan. ( seperti Dx yang lain ).
1.1.1.
Mendiskusikan dengan klien tentang :
à
Manfaat kebersihan.
à
Cara memelihara kebersihan.
à
Tanda-tanda badan yang bersih.
à
Akibat dari tidak terpeliharanya kebersihan diri.
|
O.
Klien tampak tersenyum dan garuk-garuk kepala
S.
Klien mengatakan kalau mandi satu hari sekali dan kadang-kadang engga mandi.
Dan klien mengatakan alasan engga mau mandi “ habisnya malas “.
|
Dipertahankan
dan terus diberi kan stimulus.
|
|
|
|
|
|
|
|
25-4-97
|
Potnsial
melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam-puan mengungkapkan
marah secara konstruktif.
|
1.1.1.
Membina hubungan saling percaya sama seperti hari-hari sebelumnya.Tetap
bersikap konsisten.
7.
Mendiskusikan tentang keadaan keluarganya.
à
Bagaimana keadaan keluarga dalam menerima keadaan klien.
|
O.
Klien tampak terdiam , perasaan datar.
S.
Klien bercerira tentang keluarganya, bahwa sebenarnya ingin pulang kerumah
tapi keluarga tidak mengijinkan , hanya bilang entar-entar aja.
|
Diperthankan
dan direncanakan utk melakukan kunju ngan rumah. Utk memvalidasi data.
|
|
25-4-97
|
Gangguan
hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
|
1.2.1.
Mendorong klien untuk mengungkapkan apa saja yang membuat klien curiga.
|
O.
Tampak klien menutupi perasaannya, dan banyak diam.
S.
Klien hanya mengatakan tidak apa-apa.
|
dipertahankan
dan perlu memo difikasi dengan memberikan sti mulus yg kons truktif.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.1.1.
Meningkatkan respon klien terhadap realita dengan menginteraksikan klien
dengan klien lain, langsung pada saat klien sedang berkumpul, memberikan
pujian bila klien melakukan hal yang positif.
|
O
Klien tampak ketawa, tampak senang.
S.
Klien hanya ketawa “he..he..”
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penampilan
diri kurang adekuat s/d. kurang minat dalam kebersihan diri.
|
5.1.1.
Memberikan obat dan mengawasi respon klien, serta menjelaskan kepada klien .
1.1.2.
Pada saat mahasiswa datang, tampak klien habis ganti pakaian yang bersih dan
baru. langsung perawat memberikan pujian dan langsung mendiskusikan tentang
pentingnya kebersihan dan bagaimana caranya memelihara kebersihan , serta
menunjukkan kepada klien tanda-tanda kalau badan bersih, dan penampilan
bersih.
1.1.
Memperhatikan kebersihan klien setelah mandi dan memberikan pujian, serta
memberikan contoh langsung kalau tanda badan bersih.
|
O.Klien
tampak memakan obat yang diberikan,
S.
Klien mengatakan kalau selalu minum obat, bahkan kalu cuti klien selalu
membawa obat.
O.
Dengan pujian klien tampak senang, dan tersenyum-senyum, dan langsung
mengambil alat-alat mandi.
S.
Klien mengatakan saya belum mandi, kalau begitu mandi yah.
O.
Klien tampak tersenyum, dan merapihkan rambutnya yang masih basah.
S.
Klien mengatakan kalau habis mandi seger dan engga gatal.
|
Dipertahankan.
Dipertahankan.
Dipertahankan.
|
|
|
|
|
|
|
|
1-5-97.
|
Potensial
melukai diri sendiri atau orang lain/amuk s/d ketidakmampuan mengungkapkan
marah secara konstruktif.
|
1.1.1
Menciptakan suasana menerima klien.
à
Menjalin hubungan saling percaya.
à
Bersama klien menentukan tempat yang nyaman untuk
melakukan interaksi.
3.1.2.
Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang
yang sedang marah.
4.1.1.
Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilakukan bila klien marah.
à
Menanyakan kepada klien bagaimana perasaan klien setelah
marah.
à
Mendiskusikan bersama klien tentang aspek negatif bila
mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang
baik.
5.1.1.
Mendiskusikan dengan klien cara meng-ungkapkan marah yang konstruktif yaitu
melatih untuk relaksasi, memberikan pujian kepada klien atas keberhasilannya.
7.1.1.
Pada saat kunjungan Jam 19.00 WIB Menganjurkan kepada keluarga untuk meng
identifikasi yang sudah dilakukan keluarga pada saat klien marah.
Diskusikan
dengan keluarga penanganan klien marah.
|
O.
Klien tersenyum dan mem balas salam dari perawat. Klien menentukn sendiri
tempat untuk berkomunikasi, dan klien tampak senang.
S.
Klien mengatakan senang.
O.
Iklien tampak berantusias untuk menjawab
S.
Dengan suara tegas klien mengatakan kalau marah, cemberut, muka merah, dada
terasa sesak, tubuh gemetar.
O.
Klien tampak tegang.
S.
Klien mengatakan kalau marah, ngamuk, kadang-kadang pengen mukul orang,
banting pintu dan suara keras.Serta klien mengatakan kalau marah engga enak
cape.
O.
Klien mencontohkan tehnik relaksasi dengan menarik napas dalam, klien
tersenyum, dan menunduk.
S.
Klien mengatakan enak habis tarik napas.
O.
Keluarga tampak terbuka.
S.
Keluarga mengatakan kalau klin sedang marah keluarga diam.
|
Dipertahankan.
Dipertahankan
Dipertahankan
Dipertahankan
Dipertahankan
|
|
|
Gangguan
hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
Penampilan
diri kurang adekuat s/d kurang minat dalam kebersihan diri
|
1.1.1
Membina hubungan saling percaya seperti pada Dx. I.
2.3.1.
Bersama-sama klien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan curiga.
3.1.1.
Mendiskusikan dengan klien tentang pen-tingnya kebersihan diri. Mendorong
klien untuk mau mengurus kebersihan diri.Memberikan pujian pada klien dengan
niat untuk kebersihan diri.
|
O.
Klien tampak menunjukkan ketegangan.
S.
Klien mengatakan merasa kesal sama teman-teman klien lain karena mereka
malas-malas, klien mengatakan engga tahu.
O.
Klien tersenyum dan sambil garok-garok kepala.
S.
Klien mengatakan mau mandi. klien mengatakan malas mandi.
|
Dipertahankan.
Dipertahankan.
|
|
9-5-97
|
1.
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain/ amuk s/d ketidak mam puan
klien mengung kapkan marah secara konstruktif.
|
1.1.2.
Menciptakan suasana menerima klien :
à
menjalin hubungan saling percaya.
à
bersama klien menentukan tempat yang nyaman untuk
melakukan interaksi.
5.1.1.Mendiskusikan
dgn klien cara meng ungkapkan marah secara konstruktif misalnya dgn :
à
penyaluran energi dengan memfokuskan pada ADL
,brsih-bersih dll.
à
Teknik rrelaksasi
à
Ikut dalam kegiatan bermain dalam kelompok
à
Penyelesaian masalah dengan menceritakan kepada perawat
/orang ain yang dapat dipercaya.
|
O.
Klien tampak tersenyum, senang.
S:
“Selamat pagi”
“Ngobrol disana saja”
“Ya, kita bcara cara marah yang baik”
O:
Klien ikut dalam kegiatan Klien aktif dalam kegiatan TAK namun suaranya
kadang masih keras.
TAK
dalam rangka membuat selingan aktivitas
S:
“Kalau lgi marah saya ngamuk”
|
|
|
|
2.
Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga
|
1.1.1.
Membina hubungan saling percaya (sepert diagnosa no.1)
1.1.2.
Memelihara lingkungan yang hangat dan ersahabat
2.1.2.
menerima curuga sebagai hal yang nyata pada klien dan memberi penapat bahwa
situasi yang dilihat tidak membua perawat curuigadan tak membahayakan.
3.3.4.
Mengikut sertakan klien dalam TAK “Sosialisasi” dan menunjukkan pada klien
bahwa klien yang lain cukup bersahabat.
|
O:
Nada suara klien tidak tinggi S : “Saya senang tempat yang tenangtidak ramai”
S:
“Mereka malas semua ,tidak mau kerja”
O.
à
Tampak tegang,cemberut
à
Klien mau memperkenalkan diri dan mau menerima perkenalan
klien lain
O.
Klien dapat mengikuti TAK sosialisasi.
S.
Klien mengatakan senang mengikuti TAK.
|
Pertahankan
Pertahankan
|
|
|
3.
Penampilan diri kurang adekuat s/d kurang minat dalam merawat diri
|
1.1.2.
memberikan motivasi klien untuk melakukan perawtan diri
|
O:
-Klien mandi jam 11.00
- Ganti baju aru
S:”Kalua
tidak bersih gatal”
“Saya mau mandi 2x sehari”
|
Petahankan
|
No
|
Tgl.
|
Dx. Keperawatan
|
Perencanaan
|
Rasional
|
||
Tujuan
|
Kriteria Evaluasi
|
Tindakan Keperawatan
|
||||
1.
|
17/4/97
|
Potensial Halusinasi s/d peri-laku menarik diri.
Data Obyektif:
klien menyendiri dipojok
tidur telanjang dengan posisi fetus
tidak berespon terhadap sapan perawat
tidak berinteraksi dengan perawat dan klien lain
beranjak dari tempatnya
hanya waktu makan
Data Subyektif:
Ibu mengatakan, sejak mengalami gegar otak, klien lebih pendian
dan sering menyendiri di kamar
|
Klien tidak
mengalami halusinasi.
Tupen :
1.Klien dapat membina hubungan
saling percaya.
|
1.1. Sesudah 2 kali pertemuan, klien dapat berinteraksi
dengan perawat.
·
Klien mau membalas sapaan perawat.
·
Klien mau berkomunikasi dengan perawat.
|
1.1.1 Bina hubungan saling percaya :
·
sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
verbal,
·
Perkenalkan diri klien dengan menyebut nama
nama secara jelas.
·
Jelaskan maksud dan tujuan pertemuan.
·
Buat kontrak dan tepati janji
·
Selalu kontak mata selama interaksi
·
Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien
·
Terima klien apa adanya.
·
Mulai
interaksi dengan hal yang disukai
klien
|
Dengan terbinanya hubungan saling percaya dan berfokus
pada hal-hal yang disukai klien, diharapkan
klien merasa bahwa peawat memperhatikan, dan klien mau terbuka
sehingga memudahkan intervensi
|
|
|
|
|
|
1.1.2 Kontrol penampilan perawat
- selalu siap bila
dibutuhkan klien
- Jawab pertanyaan klien secara jujur
-perhatikan perilaku yang sesuai oleh semua tim kep.
seperti;sama-sama menggunakan komunikasi trapeutik dlm mendenkati klien.
- hindari pola komunikasi yang memaksa, bersikap rahasia
di dekat klien, sikap tidak menghargai klien.
|
Sikap perawat yang tidak tepat dapat menimbulkan rasa tidak
berharga pda klien dan merusak hubungan saling percaya.
|
|
|
|
2. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku
menarik diri dari lingkungan sosial.
|
2.1 Klien akan mengekspresikan perasaannya setelah
pertemuan 2 kali.
|
2.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
2.1.2 Gunakan tehnik komunikasi terapeutik .
2.1.3 Bersama-sama klien mengidentifikasi kerugian jika
klien tidak berhubungan dengan orang lain.
2.1.4 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
|
Dengan mengungkapkan perasaannya berarti klien dapat
mengungkapkan masalahnya sehingga klien mau /termotivasi untuk
mengidentifikasi kerugiannya jika tidak berhubungan dengan orang lain, dan
akan meningkatkan harga diri klien.
|
|
|
|
|
2.2 Klien akan menyatakan kepuasannya atas hubungan
dengan perawat sesudah 2 kali
pertemuan.
|
2.2.1 Dorong klien mengungkapkan perasaanya terhadap
hubungan dengan perawat.
|
Perasaan puas terhadap hubungan /interaksi dengan perawat memotivasi kli en untuk melanjutkan
tahap interaksi
|
|
|
|
3. Klien menunjukkan penurunan perilaku menarik diri
4. Keluarga dapat berpartisipasi diri dalam perawatan
klien
|
Setelah 5 kali pertemuan klien dapat berhubungan dengan
perawat dan klien lain yang ada di ruangan
Setelah 6-8 kali pertemuan klien dapat mengembangkan
hubungan melalui;
Keikutsertaan dalam
aktifitas di ruangan
Keikutsertaan dalam kelompok terapi
Inisiatip berinteraksi dengan orang lain
Keluarga dapat menyebutkan hal-hal yang harus dilakukan
selama klien di rawat di rumah sakit Menjenguk klien minmal satu kali
seminggu
Ikut terlibat dalam perawatan dan pengobatan
|
Secara bertahap libatkan klien dalam kelompok, misalnya
menghadirkan 1 - 2 orang dengan klien lain dalam berkomunikasi.
Usahakan pesan verbal dan non verbal secara singkat, jelas dan konsisten selama
komunikasi
Lakukan percakapan dan interaksi secara singkat dan sering
Beri reinforcement positif atas apa yang telah dicapai klien
Gunakan tehnik bermain peran untuk membantu klien mengenal
perasaan, pikiran, serta respon yang dialami dalam menghadapi situasi
berhubungan dengan orang lain
Motivasi klien untuk mengikuti aktivitas di ruangan;
membersihkan ruangan, menyapu, mengepel, membersihkan
kamar mandi
Beri penjelasan tentang tindakan dan beri reinforcement
positip atas keikutsertaan klien dalam kelompok
Beri penjelasan dari keikutsertaan klien dalam kelompok
dan diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu
luang
Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari
berhubungan dengan orang lain.
Diskusikan dengan anggota
keluarga :
perilaku klien menarik diri penyebab perilaku menarik diri
dan cara keluarga menghadapi klien yang menarik diri
|
Dengan mengikutsertakan satu atau dua perawat,
memungkinkan klien berkomunikasi secara bertahap.
Memudahkan klien untuk memahami komunikasi yang
disampaikan.
Menghindari kejenuhan klien
Meningkatkan harga diri klien.
Bermain peran merupakan salah satu curahan atau ekspresi
perasaan seseorang
Meningkatkan harga diri klien melalui pemenuhan kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain dan menurunkan kemungkinan menarik diri
Memperkembangkan hubungan dengan sesamanya dapat berlanjut
Menggali perasaan klien setelah berhubungan dengan orang
lain
Pengetahuan keluarga tentang perilksku menarik diri
merupakan bekal untuk berpartisipasi
dalam perawatan klien
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar