PEMBERIAN OBAT
-
Pemberian
obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat.
-
Obat
adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang
memiliki kesehatan
-
Perawat bertanggung jawab memehami kerja obat dan efek
samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat,memantau respons klien,
dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
-
Perawat harus memahami masalah klien saat ini dan
sebelumnya
-
Pertimbangan perawat penting dalam pemberian obat yang
tepat dan aman.
NOMENKLATUR DAN
BENTUK OBAT
Obat atau
medikasi adalah zat yang digunakan
dalam diagnosis , terapi,penyembuhan, penurunan atau pencegahan penyakit.
NAMA
Sebuah obat
memiliki empat nama berbeda.
-
Nama
kimia memberi gambaran pasti komposisi
obat.
-
Nama
generic diberikan oleh pabrik yang pertama kali memproduksi obat tersebut
-
Nama
resmi obat adalah nama obat yang terdaftar dalam publikasi resmi
-
Nama dagang,nama merek,atau nama pabrik adalah nama yang
digunakan pabrik dalam memasarkan obat.
Sebuah obat generic dapat memiliki nama dagang yang berbeda. Nama dagang
memiliki symbol ® disebelah kanan atas nama obat, yang mengindikasikan bahwa
obat terdaftar.
KLASIFIKASI
-
Klasifikasi obat mengindikasikan efek pada system
tubuh, gejala yang dihilangkan, atau efek yang diinginkan
-
Setiap
golongan berisi obat yang diprogramkan untuk jenis masalah kesehatan yang sama
-
Komposisi
fisik dan kimia obat dalam satu golongan tidak selalu sama
-
Perawat harus mengetahui karakteristik umum obat dalam
setiap golongan
-
Setiap golongan obat memiliki implikasi keperawatan
untuk pemberian dan pemantauan yang tepat
-
Implikasi keperawatan untuk semua obat dalam suatu golongan memandu perawat dalam memberikan
perawatan yang aman dan efektif.
BENTUK OBAT
-
Obat tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat,
bentuk obat menentukan rute pemberian obat.
-
Komposisi obat dibuat untuk meningkatkan absorbsi dan
metabolisme di dalam tubuh.
-
Ada
beberapa bentuk obat misalnya tablet, kapsul, eliksir dan supositoria. Ketika memberi obat, perawat harus yakin
bahwa ia memberikan obat dalam bentuk yang benar.
UNDANG-UNDANG DAN STANDAR OBAT
STANDAR OBAT
Dokter, Perawat dan ahli Farmasi menggunakan standar obat
untuk memastikan klien menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan
efektif. Standar yang diterima
masyarakat harus memenuhi criteria berikut
:
- Kemurnian. Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang diperbolehkan dalam produksi obat.
- Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat
obat memengaruhi kekuatan atau potensi obat.
- Bioavailability. Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan melarut, diabsorbsi , dan diangkut tubuh ketempat kerjanya disebut bioavailability.
- Kemanjuran. Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas obat.
- Keamanan. Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut.
UNDANG-UNDANG DAN
KONTROL
-
Perawat harus mengetahui peraturan yang memengaruhi
penatalaksanaan pengobatan di area praktik mereka.
-
Sebelum menerima tanggung jawab dalam memberi obat
intravena, perawat harus berhati-hati terhadap kebijakan administrative yang
berlaku di institusi tempat perawat tersebut bekerja. Karena suntikan intravena dapat menimbulkan
efek samping yang serius, perawat yang melaksanakan fungsi ini harus
berkualitas, telah mengikuti dan memiliki pendidikan dan pengalaman terkait.
-
Perawat bertanggung jawab mengikuti ketentuan
hokum saat memberikan zat terkontrol (obat yang memengaruhi pikiran atau
perilaku), yang hanya dapat dikeluarkan jika diresepkan. Pelanggaran terhadap Controlled Substances
Act dihukum dengan dikenakan denda, dipenjarakan dan ijinnya sebagai perawat
dicabut. Rumah sakit dan institusi perawatan kesehatan lain memiliki kebijakan tentang
penyimpanan dan pendistribusian zat terkontrol yang benar, termasuk narkotik.
PENGGUNAAN OBAT
NONTERAPEUTIK
-
Meskipun ada control hukum, beberapa orang menggunakan
obat bukan untuk tujuan yang benar.
Penggunaan obat secara tidak bijaksana menimbulkan masalah kesehatan
yang serius bagi pengguna, keluarga dan masyarakat. Masalah penyalahgunaan obat tidak terbatas
hanya pada heroin, kokain dan obat keras lain.
-
Perawat memiliki kewajiban etis dan hukum untuk
memahami masalah individu yang menyalahgunakan obat atau mengalami
ketergantungan obat, perawat harus menyadari nilai dan sikap mereka sendiri
terhadap penggunaan secara sengaja zat yang berpotensi berbahaya.
-
Kadang-kadang timbul masalah dimana professional
kesehatan keliru menggunakan obat. Stres
di tempat kerja, masalah pribadi dan keinginan kuat untuk bekerja dengan baik
adalah beberapa factor yang dapat membuat perawat bergantung kepada obat.
Pedoman Pemberian dan Kontrol Narkotik yang Aman
-
Simpan
semua narkotik di dalam lemari atau
kotak yang aman dan terkunci
-
Perawat bertanggung jawab membawa perangkat kunci.
-
Pergantian jadwal dinas harus benar-benar dilakukan
untuk perhitungan jumlah obat narkotik yang tersisa , dan disertai tanda tangan
oleh perawat yang bertanggung jawab pada saat itu.
-
Apabila
perhitungan jumlah narkotik tidak sesuai segera laporkan
-
Gunakan catatan
inventaris khusus setiap kali narkotik dikeluarkan
-
Catatan digunakan untuk mendokumentasi nama klien,
tanggal, waktu pemberian dan dosisi obat serta tanda tangan perawat yang
mengeluarkan obat.
-
Format
menjelaskan perhitungan akurat narkotik yang digunakan dan sisanya.
-
Adanya
saksi sewaktu salah satu perawat memberikan narkotik kepada klien, dan bila ada
sisa dosis, maka saksi tersebut yang mencatatnya.
Istilah yang
dikaitkan dengan Penggunaan Obat Nonterapeutik
Penyalahgunaan
Pola maladaptive penggunaan zat diindikasikan oleh
setidaknya salah satu hal berikut dalam periode 12 bulan :
-
Kembali menggunakan zat yang mengakibatkan kegagalan
dalam memenuhi kewajiban peran utama di tempat bekerja, disekolah atau dirumah.
-
Kembali menggunakan zat dalam situasi yang membahayakan
secara fisik
-
Terlibat kembali dalam masalah hokum
-
Tetap menggunakan zat walaupun terus memiliki masalah
interpersonal atau social yang diakibatkan atau diperburuk oleh efek zat
Ketergantungan
Sedikitnya tiga
dari pernyataan berikut terjadi dalam periode 12 bulan :
-
Zat
seringkali dikonsumsi dalam jumlah lebih besar selama periode waktu yang lebih
panjang daripada yang diinginkan individu tersebut.
-
Keinginan
kuat satu kali atau lebih berupaya mengurangi atau mengontrol penggunaan zat,
tetapi tidak berhasil
-
Meluangkan
banyak waktu untuk mendapatkan, menggunakan zat, atau menjadi pulih dari efek
zat.
-
Gejala
intoksikasi atau putus zat sering muncul ketika klien diharapkan dapat memenuhi
kewajiban peran utamaditempat kerja, disekolah atau dirumah.
-
Aktivitas
social, pekerjaan atau rekreasi yang penting tidak dilakukan atau berkurang
akibat penggunaan zat.
-
Terus
menggunakan zat walaupun ia sadar dirinya memiliki masalah social, psikologis
atau fisik yang tetap atau berulang, yang diakibatkan atau diperburuk oleh
penggunaan zat
-
Toleransi terhadap zat nyata, semakin meningkatkan
jumlah zat untuk mencapai intoksikasi atau efek yang diinginkan, atau pada
penggunaan berlanjut dalam jumlah sama, efek zat tidak timbul.
SIFAT KERJA OBAT
-
Obat bekerja menghasilkan efek teraupetik yang
bermanfaat
-
Sebuah obat tidak menciptakan suatu fungsi didalam
jaringan tubuh atau organ, tetapi mengubah fungsi fisiologis.
-
Obat dapat melindungi sel dari pengaruh agens kimia
lain, meningkatkan fungsi sel,
mempercepat atau memperlambat proses kerja sel
-
Obat dapat menggantikan zat tubuh yang hilang.(
insulin,hormone tiroid atau estrogen)
Mekanisme Kerja
-
Obat menghasilkan kerja dengan mengubah cairan tubuh
atau membrane sel atau dengan berinteraksi dengan tempat reseptor
-
Jel aluminium hidroksida obat mengubah zat kimia suatu
cairan tubuh (khususnya dengan menetralisir kadar asam lambung). Obat-obatan misalnya gas anastesi umum,
berinteraksi dengan membrane sel, setelah sifat
sel berubah, obat mengeluarkan pengaruhnya.
-
Mekanisme kerja obat yang paling umum ialah
terikat pada tempat reseptor sel.
-
Reseptor melokalisasi efek obat
-
Tempat reseptor berinteraksi dengan obat karena
memiliki bentuk kimia yang sama.
-
Obat
dan reseptor saling berikatan kuat, ketika ikatan terjadi maka efek terapeutik
dirasakan
Farmakokinetik
Adalah ilmu tentang cara obat masuk kedalam tubuh, mencapai
tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh. Dokter dan Perawat menggunakan pengetahuan
farmakokinetiknya ketika memberikan obat, memilih rute pemberian obat, menilai
resiko perubahan kerja obat, dan mengobservasi respons klien.
Absorpsi
Adalah cara molekul obat masuk kedalam darah. Kebanyakn obat, kecuali obat yang digunakan
secara topical untuk memperoleh efek local, harus masuk kedalam sirkulasi
sistemik untuk menghasilkan efek yang terapeutik.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain
:
-
Rute
pemberian obat, memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat, bergantung
pada struktur fisik jaringan. Kulit
relative tidak dapat ditembus zat kimia, sehingga absorpsi menjadi lambat. Membran mukosa dan saluran napas mempercepat
absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa dan permukaan kapiler
alveolar. Karena obat yang diberikan
peroral harus melewati system pencernaan untuk diabsorpsi, kecepatan absorpsi
secara keseluruhan melambat. Injeksi
Intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat karena dengan rute ini obat
dengan cepat masuk kedalam sirkulasi sistemik.
-
Daya
larut obat, yang diberikan peroral setelah diingesti sangat bergantung pada
bentuk atau preparat obat tersebut.
Larutan dan suspensi, yang tersedia dalam bentuk cair, lebih mudah
diabsorpsi daripada tablet atau kapsul.
Bentuk dosis padat harus dipecah terlebih dahulu untuk memajankan zat
kimia pada sekresi lambung dan usus halus.
Obat yang asam melewati mukosa lambung dengan cepat. Obat yang bersifat basa tidak terabsorpsi
sebelum mencapai usus halus.
-
Kondisi di tempat absorpsi mempengaruhi kemudahan obat masuk kedalam
sirkulasi sistemik.
-
Adanya edema pada membrane mukosa memperlambat absorpsi
obat karena obat membutuhkan waktu yang lama untuk berdifusi kedalam pembuluh
darah
-
Absorpsi
obat parenteral yang diberikan bergantung pada suplai darah dalam jaringan
-
Otot memiliki suplai darah yang lebih banyak daripada jaringan subkutan (SC),
obat yang diberikan per intramuskuler (melalui otot) diabsorpsi lebih cepat
daripada obat yang disuntikkan lewat per subkutan.
-
Pada beberapa kasus , absorpsi subkutan yang lambat
lebih dipilih karena menghasilkan efek yang dapat bertahan lama.
-
Apabila perfusi jaringan klien buruk, misalnya pada
kasus syok sirkulasi , rute pemberian obat yang terbaik adalah melalui
intravena.
-
Pemberian
obat intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat
-
Obat
oral lebih mudah diabsorpsi, jika diberikan diantara waktu makan. Saat lambung terisi makanan, isi lambung
secara perlahan diangkut keduodenum, sehingga absorpsi obat melambat.
-
Beberapa makanan dan antacid membuat obat
berikatan membentuk kompleks yang tidak dapat melewati lapisan saluran cerna,
contoh susu menghambat absorpsi zat besi dan tetrasiklin. Beberapa
obat hancur akibat peningkatan keasaman isi lambung dan pencernaan protein
selama makan.
-
Kecepatan
dan luas absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh makanan, misalnya zat besi dapat
mengiritasi saluran cerna dan harus diberikan bersama makanan atau segera
setelah makan.
DISTRIBUSI
-
Setelah diabsorpsi, obat didistribusikan di dalam tubuh
kejaringan dan organ tubuh dan akhirnya ketempat kerja obat tersebut. Laju dan luas distribusi bergantung pada
sifat fisik dan kimia obat dan struktur fisiologis individu yang menggunakannya
BERAT DAN KOMPOSISI
BADAN
-
Ada
hubungan langsung antara jumlah obat yang diberikan dan jumlah jaringan tubuh
tempat obat didistribusikan.
-
Kebanyakan obat diberikan berdasarkan berat dan
komposisi tubuh dewasa. Perubahan komposisi tubuh dapat mempengaruhi distribusi
obat secara bermakna, misalnya pada klien lansia.
-
Semakin kecil berat badan klien, semakin besar
konsentrasi obat di dalam jaringan tubuhnya, dan efek obat yang dihasilkan
makin kuat.
DINAMIKA SIRKULASI
-
Obat lebih mudah keluar dari ruang interstisial kedalam
ruang intravaskuler daripada di antara kompartemen tubuh.
-
Pembuluh darah dapat ditembus oleh kebanyakan zat yang
dapat larut, kecuali oleh partikel obat yang besar atau berikatan dengan
protein serum
-
Konsentrasi sebuah obat pada sebuah tempat tertentu
bergantung pada jumlah pembuluh darah dalam jaringan, tingkat vasodilatasi atau
vasokonstriksi local, dan kecepatan aliran darah kesebuah jaringan. Contoh, jika klien melakukan kompres hangat
pada tempat suntikan intra muskuler, akan terjadi vasodilatasi yang
meningkatkan distribusi obat.
-
Infeksi system saraf pusat perlu ditangani dengan
antibiotic yang langsung disuntikkan ke ruang subarakhnoid di medulla
spinalis. Klien lansia dapat menderita
efek samping (mis.konfusi) akibat perubahan permeabilitas barier darah otak
karena masuknya obat larut-lemak kedalam otak lebih mudah.
IKATAN PROTEIN
-
Derajat kekuatan ikatan obat dengan protein serum,
misalnya albumin, memengaruhi distribusi obat.
-
Kebanyakan obat terikat pada protein dalam tingkatan
tertentu.
-
Ketika
molekul obat terikat pada albumin, obat tidak dapat menghasilkan aktivitas
farmakologis. Obat yang tidak
berikatan atau “bebas” adalah bentuk aktif obat
-
Lansia mengalami penurunan kadar albumin dalam aliran
darah, kemungkinan disebabkan oleh perubahan
fungsi hati, akibatnya lansia dapat berisiko mengalami peningkatan
aktivitas obat, toksisitas obat, atau keduanya.
Metabolisme
-
Setelah mencapai tempat kerjanya, obat dimetabolisasi
menjadi bentuk tidak aktif, sehingga lebih mudah di eksresi
-
Sebagian besar biotransformasi berlangsung di bawah
pengaruh enzim yang mendetoksifikasi, mengurai (memecah), dan melepas zat kimia
aktif secara biologis.
-
Kebanyakan biotransformasi berlangsung di dalam hati,
walaupun paru-paru, ginjal, darah dan usus juga memetabolisasi obat.
-
Hati sangat penting karena strukturnya yang khusus
mengoksidasi dan mengubah banyak zat toksik
-
Hati mengurai banyak zat kimia berbahaya sebelum
didistribusi ke jaringan
-
Penurunan fungsi hati yang terjadi seiring penuaan atau
disertai penyakit hati mempengaruhi kecepatan eliminasi obat dari tubuh.
-
Perlambatan metabolisme yang dihasilkan membuat obat
terakumulasi di dalam tubuh, akibatnya klien lebih berisiko mengalami
toksisitas obat.
Eksresi
-
Setelah dimetabolisme, obat keluar dari tubuh melalui
ginjal, hati, usus dan kelenjar eksokrin.
-
Kelenjar eksokrin mengekskresi obat larut lemak, ketika
obat keluar melalui kelenjar keringat, kulit dapat mengalami iritasi
-
Perawat membantu klien melakukan praktik hygiene yang
baik untuk meningkatkan kebersihan dan intergritas kulit
-
Apabila obat keluar melalui kelenjar mamae, bayi yang
disusui dapat mengabsorpsi zat kimia obat tersebut, resiko pada bayi yang
menerima obat dan resiko pada ibu yang tidak mendapatkan obat harus
dipertimbangkan dengan cermat.
-
Saluran cerna adalah jalur lain eksresi obat. Banyak obat masuk kedalam sirkulasi hati
untuk dipecah oleh hati dan dieksresi kedalam empedu. Setelah zat kimia masuk kedalam usus melalui
saluran empedu, zat tersebut diabsorpsi kembali oleh usus
-
Faktor-faktor yang meningkatkan peristaltic, misalnya
laksatif dan enema, mempercepat eksresi obat melalui feses, sedangkan
factor-faktor yang memperlambat misalnya
tidak melakukan aktivitas atau diet yang tidak tepat akan memperpanjang efek
obat.
-
Ginjal adalah organ utama eksresi obat, apabila fungsi
ginjal menurun, yang merupakan perubahan yang umum terjadi dalam penuaan,
risiko toksisitas meningkat
-
Apabila ginjal tidak dapat mengeluarkan obat secara
adekuat dosis obat perlu dikurangi
-
Apabila
asupan cairan yang normal dipertahankan, obat akan dieliminasi dengan tepat.
Efek Terapeutik
-
Efek terapeutik merupakan respon fisiologis obat yang
diharapkan atau yang diperkirakan timbul.
-
Setiap obat yang diprogramkan memiliki efek terapeutik
yang diinginkan, contoh, perawat memberi kodein fosfat untuk menciptakan efek
analgesic dan memberi teofilin untuk mendilatasi bronkiolus pernapasan yang
menyempit
-
Pengobatan tunggal dapat menghasilkan banyak efek yang
terapeutik.
Efek Samping
-
Sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder
yang tidak diinginkan, efek samping ini mungkin tidak berbahaya atau bahkan
menimbulkan cidera.
-
Contoh penggunaan obat kodein fosfat dapat membuat
seorang klien mengalami konstipasi ini dianggap tidak berbahaya, namun digoksin
dapat mengakibatkan disaritmia jantung yang dapat menyebabkan kematian.
Efek Toksik
-
Umumnya efek toksik terjadi setelah klien meminum obat
berdosis tinggi dalam jangka waktu lama
-
Satu dosis obat dapat menimbulkan efek toksik pada
beberapa klien
-
Jumlah obat yang berlebihan didalam tubuh dapat menimbulkan
efek yang mematikan, bergantung pada kerja obat
Reaksi Idiosinkratik
-
Obat dapat menyebabkan timbulnya efek yang tidak
diperkirakan, misalnya reaksi idiosinkratik, yang meliputi klien bereaksi
berlebihan, tidak bereaksi atau bereaksi tidak normal terhadap obat
-
Contoh seorang anak yang menerima antihistamin menjadi
sangat gelisah atau sangat gembira, bukan mengantuk.
Reaksi Alergi
-
Reaksi alergi adalah respons lain yang tidak dapat
diperkirakan terhadap obat
-
Dari
seluruh reaksi obat 5 % sampai 10% merupakan reaksi alergi.
-
Apabila obat diberikan secara berulang kepada klien, ia
akan mengalami respons alergi terhadap obat, zat pengawet obat, atau
metabolitnya. Dalam hal ini obat atau
zat kimia bekerja sebagai antigen,
memicu pelepasan antibody.
-
Alergi
obat dapat bersifat ringan atau berat.
-
Gejala
alergi bervariasi, bergantung pada individu dan obat.
-
Gejala
alergi yang umum antara lain adalah urtikaria, ruam, pruritus,rhinitis
-
Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaksis di
tandai oleh konstriksi (pengecilan) otot bronkiolus, edema faring dan laring,
mengi berat dan sesak napas.
-
Klien
juga dapat mengalami hipotensi berat.
-
Klien yang memiliki riwayat alergi terhadap obat
tertentu harus menghindari penggunaan berulang obat tersebut.
Interaksi Obat
-
Apabila suatu obat memodifikasi kerja obat yang lain,
terjadi interaksi obat
-
Interaksi obat umumnya terjadi pada individu yang
menggunakan beberapa obat
-
Apabila dua obat diberikan secara bersamaan, kedua obat
tersebut dapat memiliki efek yang sinergis atau adiktif
-
Dengan efek sinergis, kerja fisiologis kombinasi kedua
obat tersebut lebih besar daripada efek obat bila diberikan terpisah.
-
Interaksi obat selalu diharapkan, seringkali seorang
dokter memprogramkan terapi obat guna mendapatkan keuntungan terapeutik. Contoh, klien yang menderita hipertensi berat
dapat menerima kombinasi terapi obat, misalnya diuretic dan vasodilator, yang
bekerja bersama menjaga tekanan darah pada kadar yang diinginkan.
Respons Dosis Obat
-
Tujuan suatu obat deprogram ialah untuk mencapai kadar
darah yang konstan dalam rentang terapeutik yang aman
-
Dosis berulang diperlukan untuk mencapai konsentrasi
terapeutik konstan suatu obat karena sebagian obat selalu dibuang
(diekskresi). Ketika absorpsi berhenti ,hanya
metabolisme, eksresi dan distribusi yang berlanjut
-
Konsentrasi serum tertinggi obat biasanya dicapai
sesaat sebelum obat terakhir diabsorpsi.
Setelah mencapai puncak, konsentrasi serum turun bertahap
-
Pada penginfusan obat intravena, konsentrasi puncak
dicapai dengan cepat, tetapi kadar serum juga mulai turun dengan cepat
-
Semua obat memiliki waktu paruh serum, yakni waktu yang
diperlukan proses eksresi untuk menurunkan konsentrasi serum sampai
setengahnya.
-
Klien dan perawat harus mengikuti penjadwalan dosis
yang teratur dan mematuhinya untuk menentukan dosis dan interval waktu
pemberian dosis. Dengan mengetahui
interval waktu kerja obat, perawat dapat mengantipasi efek suatu obat :
- Awitan kerja obat : Waktu yang dibutuhkan obat sampai suatu respons muncul setelah obat diberikan
- Kerja
puncak obat : Waktu yang dibutuhkan obat sampai
konsentrasi efektif tertinggi dicapai
- Durasi
kerja obat : Lama waktu obat terdapat dalam
konsentrasi yang cukup besar untuk menghasilkan suatu respons
- Plateau :
Konsentrasi serum darah dicapai dan dipertahankan setelah dosis
obat yang sama kembali diberikan
-
Cara ideal yang digunakan untuk mempertahankan kadar
obat yang terapeutik ialah melakukan penginfusan intravena secara kontinu.
Faktor Yang
Mempengaruhi Kerja Obat
- Perbedaan Genetik
-
Susunan genetic mempengaruhi biotransformasi obat
-
Pola metabolic dalam keluarga seringkali sama, factor
genetic menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami ada untuk membantu
penguraian obat, akibatnya anggota keluarga sensitive terhadap suatu obat.
- Variabel fisiologis
-
Perbedaan
hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu
-
Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi
karena kedua senyawa tersebut terurai dalam proses metabolic yang sama
-
Usia berdampak langsung pada kerja obat
-
Sejumlah perubahan fisiologis yang menyertai penuaan
memengaruhi respons terhadap terapi obat.
Pengaruh Kerja Obat Pada Lanjut Usia
Perubahan
Fisiologis
|
Kerja Obat/Respons
Kulit
|
Intervensi
Keperaweatan
|
Saluran cerna
Rongga Mulut
Elastisitas hilang pada mukosa mulut, sehingga menjadi
kering dan pecah-pecah
Esofagus
Bersihan esophagus lambat karena kontraksi melemah dan
sfingter esophagus bawah tidak bias relaksasi
Lambung
Penurunan
keasaman lambung dan peristaltic
Usus Besar
Tonus otot
kolon menurun, reflek defekasi hilang, aliran darah di usus menurun
Kulit Dan Sistem Pembuluh Darah
Penurunan
ketebalan lipatan kulit (subkutan) pada ektremitas (lemak tubuh lebih
sedikit), elastisitas kulit dan system vaskuler menurun
Hati
Penurunan
ukuran hati, menurunnya aliran darah hati
Ginjal
Filtrasi
glomelurus menurun, fungsi tubulus dan aliran darah ginjal menurun
|
Sulit menelan
tablet atau kapsul , sensitive terhadap obat yang membuat mulut kering,
rentan terhadap penyakit pada gusi dan gigi berlubang
Sulit menelan
tablet atau kapsul yang besar, pengikisan jaringan oleh obat
Meningkatkan
efek pengiritasi obat yang sangat asam, perubahan kemampuan larut obat
tertentu
Eksresi obat
melambat, klien menggunakan laksatif
secara berlebihan dan menyalahgunakannya, absorpsi obat melambat
Pembuluh darah
rapuh,klien rentan terhadap perdarahan setelah disuntik
Waktu
biotransformasi lebih panjang, durasi kerja obat lebih lama, resiko
sensitivitas dan toksisitas obat lebih
besar
Risiko
akumulasi obat dan toksisitas
|
Sering
kumur-kumur dengan air hangat jernih
Bersihkan gigi
dengan benang halus setiap hari
Sikat
gigi dan gusi dengan lembut
Posisikan
klien tegak
Gerus
tablet dan campur dengan makanan dan berikan cairan segelas penuh bersama
obat
Minta
klien minum satu gelas penuh air dan meminum obat dengan kudapan tidak
berlemak untuk mengurangi gangguan lambung
Beri
asupan cairan dalam jumlah normal, hindari obat yang menyebabkan konstipasi
Hindari
penggunaan vena ditangan sebagai tempat suntikan iv
Tekan tempat
injeksi setelah menyuntikkan obat
Observasi
perdarahan di tempat injeksi
Pantau tanda
kerusakan hati (ikterus,pruritus, urine gelap)
Tanyakan dosis
untuk klien yang menderita penyakit hati
Cegah retensi
urine (pertahankan kateter mengalir tanpa hambatan dan observasi haluaran urine dengan sering)
Pantau tanda
kerusakan ginjal
Tanyakan dosis
untuk klien yang menderita ginjal
|
- Kondisi Lingkungan
-
Stres fisik dan emosi yang berat
-
Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah
kecepatan aktivitas enzim
-
Panas dan dingin .
Klien hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan
darahnya. Pada cuaca panas, dosis perlu
dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. Cuaca dingin cenderung meningkatkan
vasokonstriksi, sehingga dosis perlu ditambah.
-
Klien yang dirawat di isolasi , dan diberi obat
analgesic memperoleh efek pereda nyeri lebih kecil disbanding klien yang
dirawat di ruang biasa
- Faktor psikologis
-
Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman
sebelumnya atau pengaruh keluarga, anak-anak yang sering melihat orang tuanya
minum obat akan cepat terpengaruh dengan kebiasaan orang tuanya tersebut.
-
Sebuah obat dapat digunakan untuk mengatasi rasa tidak
aman, pada situasi ini, klien bergantung pada obat sebagai media koping dalam
kehidupan. Sebaliknya jika klien
kesal terhadap kondisi fisik mereka,
rasa marah dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan
terhadap obat.
-
Obat seringkali memberi rasa aman. Penggunaan secara teratur obat tanpa resep
atau obat yang dijual bebas, misalnya vitamin, laksatif dll.
-
Perilaku perawat saat memberikan obat dapat berdampak
secara signifikan pada respons klien terhadap pengobatan.
- Diet
-
Interaksi obat dan nutrient dapat mengubah kerja obat atau efek
nutrient. Contoh, vitamin K (terkandung
dalam sayuran hijau berdaun), merupakan nutrient yang melawan efek warfarin
natrium (Coumadin), mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah. Minyak
mineral menurunkan absorpsi vitamin larut lemak
-
Klien membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengonsumsi
obat yang menurunkan efek nutrisi
-
Menahan
konsumsi nutrient tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat
RUTE PEMBERIAN OBAT
-
Pilihan rute pemberian obat bergantung pada kandungan
obat dan efek yang diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien
-
Perawat
sering terlibat dalam menentukan rute pemberian obat yang terbaik dengan
berkolaborasi dengan dokter.
Rute Oral
- Pemberian Oral
-
Paling
mudah dan paling umum digunakan
-
Obat
diberikan melalui mulut dan ditelan
-
Lebih murah
- Pemberian Sublingual
-
Dirancang supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan
kemudian larut, mudah di absorpsi
-
Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan
-
Bila
ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai
-
Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.
- Pemberian Bukal
-
Rute
bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membrane mukosa pipi sampai
obat larut
-
Klien
harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi kanan
dan kiri supaya mukosa tidak iritasi
-
Klien
juga diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air
bersama obat
-
Obat
bukal bereaksi secara local pada mukosa atau secara sistemik ketika obat
ditelan dalam saliva.
Keuntungan Pemberian
Obat Rute Oral, Bukal, Sublingual
-
Rute
ini cocok dan nyaman bagi klien
-
Ekonomis
-
Dapat
menimbulkan efek local atau sistemik
-
Jarang membuat klien cemas
Kerugian atau
kontraindikasi
-
Rute ini dihindari bila klien mengalami perubahan
fungsi saluran cerna, motilitas menurun dan reaksi bedah bagian saluran cerna
-
Beberapa
obat dihancurkan oleh sekresi lambung
-
Rute
oral dikontraindikasikan pada klien yang tidak mampu menelan (mis, klien yang
mengalami gangguan neuromuscular, striktur (penyempitan) esophagus, lesi pada
mulut.
-
Obat
oral tidak dapat diberikan kepada klien yang terpasang pengisap lambung dan
dikontraindikasikan pada klien yang akan menjalani pembedahan atau tes tertentu
-
Klien
tidak sadar atau bingung, sehingga tidak mampu menelan atau mempertahankan
dibawah lidah
-
Obat
oral dapat mengiritasi lapisan saluran cerna, mengubah warna gigi atau mengecup
rasa yang tidak enak.
Rute Parenteral
-
Adalah memberikan obat dengan menginjeksinya kedalam
jaringan tubuh, pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi
berikut :
- Subcutan(SC), injeksi kedalam jaringan tepat dibawah lapisan dermis kulit
- Intradermal (ID), injeksi kedalam drmis tepat dibawah epidermis
- Intramuskular (IM), injeksi kedalam otot tubuh.
- Intravena (IV), suntikan kedalam vena
Keuntungan dari rute
parenteral :
-
Digunakan jika rute oral di kontraindikasikan
-
Absorbsi lebih cepat
-
Memungkinkan pengantaran obat saat klien dalam kondisi
kritis atau terapi jangka panjang
-
Jika perfusi perifer buruk, rute IV lebih dipilih
Kerugian atau
kontraindikasi
-
Resiko infeksi dan obat mahal
-
Klien berulang kali disuntik
-
Rute
SC, IM, dan Intradermal dihindari pada klien yang cenderung mengalami
perdarahan
-
Risiko
kerusakan jaringan pada injeksi SC
-
Rute
IM dan IV berbahaya karena absorpsinya cepat
-
Rute
ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada banyak klien khususnya
anak-anak.
Beerapa obat diberikan kedalam rongga tubuh selain empat
tipe yang tertera diatas. Berikut adalah
pemberian obat yang canggih, dimana perawat memiliki tanggung jawab ;
- Epidural, obat diberikan di dalam ruang epidural via kateter yang telah dipasang oleh perawat anestesi atau ahli anestesi. Teknik pemberian obat ini paling sering digunakan untuk memberikan analgesic pasca operasi
- Intratekal, obat intratekal diberikan melalui sebuah kateter yang telah dipasang kedalam ruang subarakhnoid atau kedalam salah satu ventrikel otak. Pemberian intratekal seringkali berhubungan dengan pemberian obat jangka panjang melalui kateter yang dipasang melalui pembedahan
- Intraoseosa, metode pemberian obat ini dilakukan dengan memasukkan obat langsung kedalam sumsum tulang, metode ini paling sering digunakan pada bayi, sering digunakan pada kondisi kedaruratan dan akses IV yang tidak dapat dilakukan, dokter menginserasi jarum intraoseosa kedalam tulang tibia, sehingga perawat dapat memberikan obat.
- Intraperitoneal, obat diberikan kedalam rongga peritoneum, disini obat diabsorpsi kedalam sirkulasi. Kemoterapi dan antibiotic biasanya diberikan dengan cara ini
- Intrapleura, obat diberikan melalui dinding dada langsung kedalam ruang pleura
- Intraarteri, pada metode ini obat dimasukkan langsung kedalam arteri. Infusi intraarteri umum dilakukan pada klien yang di dalam arterinya terdapat bekuan
- Intrakardiak, injeksi langsung kedalam jaringan jantung dan intraartikular, injeksi obat kedalam sebuah sendi. Biasanya metode ini hanya dilakukan oleh dokter.
Pemberian Topikal
-
Obat
yang diberikan melalui kulit dan membrane mukosa
-
Menimbulkan efek local
-
Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya
disuatu daerah kulit, memasang balutan yang lembab, merendam bagian tubuh dalam
larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat
-
Efek sistemik timbul, jika kulit klien tipis,
konsentrasi obat tinggi, atau jika obat bersentuhan dengan kulit dalam jangka
waktu lama
-
Metode pengantaran obat ini menjamin klien menerima
kadar obat secara kontinu dalam darahnya, bukan kadar yang terputus-putus,
seperti yang terjadi pada pemberian obat dalam bentuk oral atau injeksi
-
Dapat
diberikan sekurang-kurangnya 24 jam sampai tujuh hari
-
Obat
juga dapat diberikan pada membrane mukosa, biasanya diabsorpsi lebih cepat.
-
Perawat
menggunakan metode dibawah ini dalam pemberian obat pada membrane mukosa :
- Pemberian cairan secara langsung (contoh, meminta klien berkumur, mengusap tenggorok)
- Insersi obat kedalam rongga tubuh (contoh, menempatkan supositoria pada rectum atau vagina, atau menginsersi paket obat kedalam vagina)
- Instilasi (pemasukan lambat) cairan kedalam rongga tubuh (contoh, memasukkan tetes telinga, tetes hidung, dan memasukkan cairan kedalam kandung kemih dan rectum)
- Irigasi (mencuci bersih) rongga tubuh (contoh, membilas mata, telinga, vagina, kandung kemih, atau rectum dengan obat cair)
- Penyemprotan (contoh, memasukkan obat kedalam hidung dan tenggorok)
Inhalasi
-
Saluran napas bagian dalam memungkinkan area permukaan
yang luas untuk absorpsi obat
-
Obat dapat diberikan melalui pasase nasal, pasase oral,
atau selang dipasang kedalam trakea
-
Dapat menimbulkan efek local
-
Obat, seperti oksigen dan anastesi umum menghasilkan
efek sistemik umum
- Inhalasi Nasal
-
Obat
diinhalasi melalui hidung menggunakan sebuah alat yang menghantar obat
-
Efek
dari obat yang disemprotkan antara lain vasokonstriksi jalan napas
-
Obat
lain yang diberikan dengan cara ini antara lain anestesi local, steroid dan oksigen
- Inhalasi Oral
-
Inhalasi oral paling sering digunakan untuk menghantar
obat ke sel target atau organisme di parenkim paru
-
Obat selalu dihantar oleh alat yang dipegang ditangan
klien, obat berbentuk inhaler dan disemprotkan lewat oral (aerosol, uap atau
bubuk yang masuk kesaluran udara diparu
-
Metered Dose Inhalers (MDI) memfasilitasi pengantaran
obat ke parenkim paru
-
Teknik yang digunakan klien pada pemberian obat
inhalasi oral perlu dipantau, khususnya pada bayi atau lansia
Pemberian Melalui
Endotrakea atau Trakea
-
Dalam situasi kedaruratan, jika klien tidak terpasang
selang intravena, beberapa obat darurat dapat diberikan melalui selang yang
telah ditempatkan kedalam trakea klien.
-
Perawat yang turut dalam melakukan resusitasi secara
khusus dilatih untuk memberikan obat dengan cara ini.
Intraokuler
-
Pemberian dilakukan dengan menginsersi obat berbentuk
cakram, yang mirip sebuah lensa kontak, kedalam mata klien
-
Obat mata berbentuk cakram ini memiliki dua lapisan
lunak luar yang didalamnya terdapat obat.
-
Cakram diinsersi kedalam mata klien, sangat mirip lensa
kontak
-
Cakram dapat tetap didalam mata klien selama satu
minggu
-
Pilokarpin, obat yang digunakan untuk mengobati
glaucoma, adalah cakram obat yang paling sering digunakan
Proses Keperawatan dan Obat
- Pengkajian
1. Riwayat
Medis
-
Memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap terapi
obat
-
Penyakit atau gangguan membuat klien berisiko terkena
efek samping yang merugikan
-
Masalah kesehatan jangka panjang, misalnya diabetes
atau arthritis, yang membutuhkan pengobatan, memberi perawat informasi tentang
tipe obat yang sedang klien gunakan
-
Riwayat pembedahan klien dapat mengindikasikan obat
yang digunakan, contoh, setelah tiroidektomi, seorang klien membutuhkan hormone
-
Dari riwayat ini, perawat dapat meminta supaya klien
dapat diresepkan obat yang rutin digunakannya
2. Riwayat
Alergi
-
Apabila klien memiliki riwayat alergi terhadap obat,
perawat harus menginformasikan anggota tim kesehatan lain
-
Alergi terhadap makan juga harus didokumentasikan,
karena banyak obat mengandung unsure yang terkandung dalam sumber makanan,
contoh adalah kerang.
-
Apabila
klien alergi terhadap kerang maka klien akan sensitive terhadap suatu produk
yang mengandung yodium
3. Data
Obat
-
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat,
termasuk kerja,tujuan,dosis normal,rute pemberian, efek samping dan implikasi
keperawatan dalam pemberian dan pengawasan obat.
4. Riwayat
Diet
-
Riwayat diet memberi keterangan tentang pola makan dan
pilihan makan klien.
-
Perawat dapat merencanakan penjadwalan dosis obat yang
lebih efektif dan menganjurkan klien menghindari makanan yang dapat
berinteraksi dengan obat.
5. Kondisi
Klien Terkini
-
Status fisik dan mental klien yang berkesinambungan
dapat menentukan apakah obat sebaiknya diberikan dan cara pemberian obat
-
Contoh perawat memeriksa tekanan darah sebelum memberi
obat antihipertensi,apabila klien mual,kemungkinan ia tidak dapat menelan
tablet.
6. Persepsi
Klien Atau Masalah Koordinasi
-
Klien yang fungsi persepsi dan koordinasinya terbatas
kemungkinan sulit menggunakan obat secara mandiri
-
Perawat harus mengkaji kemampuan klien dalam
mempersiapkan dosis dan menggunakan obat dengan benar.
7. Sikap
klien Terhadap Penggunaan Obat
-
Sikap klien terhadap obat menunjukkan tingkat
ketergantungannya pada obat
-
Klien sering enggan mengungkapkan perasaannya tentang
obat, khususnya jika ia mengalami ketergantungan obat
-
Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi
perilaku klien yang mendukung bukti ketergantuingan obat.
8. Pengetahuan
Klien Dan Pemahaman Tentang Terapi Obat
-
Untuk mengkaji pengetahuan klien tentang obat, perawat
perlu mengajukan beberapa pertanyaan, sebagai berikut :
- Apa guna obat tersebut ?
- Bagaimana dan kapan obat tersebut
digunakan ?
- Apa efek samping yang pernah timbul ?
- Apakah obat pernah dihentikan ?
- Apakah ada hal lain yang tidak dipahami tentang obat ?
-
Apabila tingkat kepatuhan klien rendah, perawat
sebaiknya juga memeriksa sumber yang dapat klien manfaatkan untuk membeli obat
9. Kebutuhan
Pembelajaran Klien
-
Dengan mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang sebuah
obat, perawat menetapkan instruksi yang klien perlukan
-
Perawat mungkin perlu menjelaskan kerja dan tujuan
obat, efek samping yang akan timbul, teknik pemberian obat yang benar, dan cara
mengingat jadwal obat
-
Apabila
klien diresepkan obat baru, instruksi tertentu harus diberikan.
- Diagnosa Keperawatan
-
Pengkajian memberi data tentang kondisi klien,
kemampuannya dalam menggunakan obat secara mandiri, dan pola penggunaan obat,
semua ini dapat digunakan untuk menentukan masalah actual atau potensial pada
terapi obat
-
Mengelompokkan batasan karakteristik untuk menegakkan
diagnosa keperawatan yang akurat.
Misalnya seorang klien mengakui lupa minum obat satu kali, ada bukti
bahwa obat tidak menghilangkan gejala, ada bukti bahwa klien tidak mengalami
kemajuan. Semua ini menunjukkan klien
tidak patuh terhadap program pengobatan
-
Untuk mengatasi ketidakpatuhan, perawat harus berpikir
kritis dalam menginterpretasi data pengkajian supaya dapat menegakkan diagnosa
yang benar.
Contoh Diagnosa Keperawatan Nanda untuk Terapi Obat
- Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan
-
Kurang informasi dan pengalaman
-
Keterbatasan kognitif
-
Tidak mengenal sumber informasi
- Ketidakpatuhan terhadap terapi obat yang berhubungan dengan :
-
Sumber ekonomi yang terbatas
-
Keyakinan tentang kesehatan
-
Pengaruh budaya
- Hambatan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan
-
Penurunan kekuatan
-
Nyeri dan ketidaknyamanan
- Perubahan sensori / persepsi yang berhubungan dengan
-
Pandangan kabur
- Ansietas yang berhubungan dengan
-
Status
kesehatan yang berubah atau terancam
-
Status
social ekonomi yang berubah atau terancam
-
Pola
interaksi yang berubah atau terancam
- Gangguan menelan yang berhubungan dengan :
-
Kerusakan neuromuskuler
-
Iritasi rongga mulut
-
Kesadaran yang terbatas
- Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif berhubungan dengan :
-
Terapi obat yang kompleks
-
Pengetahuan yang kurang.
Contoh Proses
Diagnosa Keperawatan untuk Terapi Obat
Aktivitas
Pengkajian
|
Batasan
Karakteristik
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanyakan apakah klien pernah menggunakan obat yang
diprogramkan
Periksa catatan
medis klien untuk melihat adanya instruksi baru
Observasi klien saat menelan obat
Tanya apakah klien mampu merasakan obat didalam mulut
|
Klien
menyangkal pernah menggunakan obat dan menanyakan tujuan penggunaan obat
Obat baru
diprogramkan pada pagi hari
Tidak memiliki
riwayat penggunaan obat yang saat ini diprogramkan
Batuk ketika
mencoba menelan kapsul
Makanan
tertahan didalam mulut setelah makan
Refleks muntah menurun
|
Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan
dengan obat yang baru diprogramkan.
Gangguan menelan yang berhubungan dengan paralysis otot
wajah sebelah kanan
|
- Perencanaan
-
Perawat
mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik pemberian obat aman.
-
Tergesa-gesa
dalam memberikan obat dapat memicu terjadinya kesalahan
-
Perawat
juga dapat merencanakan untuk menggunakan waktu selama memberikan obat, perawat
mengajarkan klien tentang obat yang digunakannya
-
Perawat dapat merencanakan penggunaan obat secara
mandiri, untuk klien , keluarga dan masyarakat,jika klien rencana dipulangkan.
Baik seorang klien mencoba
menggunakan obat secara mandiri maupun perawat bertanggung jawab memberikan
obat tersebut, sasaran yang harus dicapai
:
- Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan
- Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara kenyamanan klien tetap dipertahankan
- Klien dan keluarga memahami terapi obat
- Pemberian obat secara mandiri
dilakukan dengan aman.
- Implementasi
- Transkripsi yang benar dan mengkomunikasikan program
-
Intervensi keperawatan berfokus pada pemberian obat
yang aman dan efektif
-
Intervensi dilakukan dengan menyiapkan obat secara
cermat,memberikannya dengan benar, dan memberi penyuluhan
-
Perawat menulis program dokter dengan lengkap
-
Program yang ditranskripsi meliputi nama, kamar, dan
nomor tem[pat tidur klien, nama, dosis dan waktu pemberian obat, serta rute
pemberian obat.
-
Ketika mentranskripsi resep, perawat harus yakin bahwa
nama, dosis dan symbol obat dapat dibaca
-
Perawat harus menyalin kembali setiap transkripsi yang
tercoret atau yang tidak terbaca
-
Perawat terdaftar membandingkan semua program yang
ditranskripsi dengan program yang asli untuk memastikan keakuratan dan
kelengkapannya
-
Komponen resep obat
: Nama lengkap klien, tanggal,
nama obat, dosis, rute pemberian, waktu dan frekuensi pemberian, tanda tangan
dokter.
- Kalkulasi Dan Perhitungan dosis yang Akurat
-
Ketika mengukur obat cair, perawat menggunakan wadah
pengukur yang standar
-
Prosedur
perhitungan obat dilakukan dengan sistematis untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kesalahan
-
Ketika
mempersiapkan obat, perawat menghitung setiap dosis, memperhatikan kalkulasi
dengan cermat, dan menghindari gangguan dari aktivitas keperawatan lain
- Pemberian Dosis Yang Benar
-
Perawat menggunakan teknik aseptic dan prosedur yang
benar ketika menangani dan memberikan obat
-
Ketika obat tertentu diberikan, perawat perlu melakukan
pengkajian, misalnya mengkaji denyut nadi, tekanan darah, temperature dll.
- Mencatat Pemberian Obat
-
Perawat
mendokumentasikan obat yang diberikan, dikhawatirkan terjadi pemberian obat
ganda
-
Apabila
obat tersebut tidak diberikan, misalnya klien menolak atau ada kontraindikasi
terhadap obat tersebut, maka informasi ini dimasukkan kedalam catatan pengobatan.
-
Pencatatan
sebuah obat terdiri dari nama, dosis, rute pemberian obat, dan waktu pemberian
obat yang sebenarnya
-
Apabila
seorang klien menolak sebuah obat atau sedang menjalani pemeriksaan atau
prosedur yang membuat sebuah dosis terlewat, dalam catatan perawat, perawat
menuliskan alasan obat tersebut tidak diberikan.
-
Perawat
wajib melingkari dan menandatangani (inisial) waktu pemberian obat yang
diprogramkan pada catatan obat, ketika suatu dosis terlewat.
- Peningkatan Kesehatan Melalui
Penyuluhan Klien
-
Penyuluhan
kepada klien adalah peran perawat yang sangat penting
-
Penyuluhan
tentang obat adalah salah satu tipe penyuluhan kesehatan diberikan oleh perawat
-
Klien
Diabetes, memerlukan obat sepanjang hidupnya, perawat mengajarkan klien cara
memantau terapi dan melakukan injeksi insulin secara mandiri, komplikasi
diabetes diperkecil dengan diet dan latihan fisik, keduanya harus diajarkan
kepada klien yang baru didiagnosis diabetes.
-
Informasi
yang salah tentang pemberian obat, akan berakibat fatal terhadap klien
-
Informasi
yang diberikan perawat adalah tentang tujuan pengobatan, kerja obat, dan
efeknya.
-
Klien
harus mempelajari pedoman dasar berikut supaya dapat menggunakan obat dengan
aman di rumah :
- Simpan setiap obat di dalam wadah
aslinya yang berlabel.
- Pastikan label dapat dibaca
- Buang obat yang sudah kadaluarsa
- Selalu dihabiskan obat yang
diresepkan
- Buang obat kedalam sebuah bak cuci
piring atau ke toilet
- Jangan berikan obat yang diresepkan
kepada anggota keluarga atau teman
- Simpan obat yang perlu didinginkan di
lemari pendingin
- Mempertahankan Hak Klien
-
Karena
adanya risiko potensial yang berhubungan dengan pemberian obat, seorang klien
memiliki hak untuk :
- Mengetahui nama, tujuan, kerja obat,
dan efek potensial yang tidak diinginkan
- Menolak sebuah obat, tanpa
memperhatikan konsejuensinya
- Meminta perawat atau dokter
berkualitas untuk mengkaji riwayat obat, termasuk alergi
- Mendapat nasihat yang benar berkenaan
dengan sifat suatu terapi obat yang pernah muncul dan memberi persetujuan
untuk penggunaannya
- Menerima obat yang dilabel dengan
aman tanpa merasa tidak nyaman sesuai degan lima benar pemberian obat
- Menerima terapi pendukung yang
diperlukan terkait dengan terapi obat yang dijalani
- Tidak menerima obat yang tidak perlu.
- Evaluasi
-
Perawat
memantau respons klien terhadap obat secara berkesinambungan
-
Perawat
harus mengetahui kerja terapeutik dan efek samping yang umum muncul dari setiap
obat
-
Perubahan
kondisi klien dapat secara fisiologis berhubungan dengan status kesehatan
-
Perawat
harus mewaspadai reaksi yang akan timbul ketika klien mengonsumsi beberapa
obat.
-
Tujuan
pemberian obat yang aman dan efektif dicapai melalui evaluasi cermat teknik dan
respons klien terhadap terapi dan kemampuan klien mengemban tanggung jawab
merawat diri sendiri.
Langkah evaluasi untuk
menentukan bahwa tidak ada komplikasi yang terkait dengan rute pemberian
obat :
- Mengobservasi adanya memar,
inflamasi, nyeri setyempat, atau perdarahan di tempat injeksi
- Menanyakan klien tentang adanya rasa
baal atau rasa kesemutan di tempat injeksi
- Mengkaji adanya gangguan saluran
cerna, termasuk mual, muntah, dan diare pada klien
- Menginspeksi tempat IV untuk
mengetahui adanya flebitis, termasuk demam, pembengkakan dan nyeri tekan
setempat.
Langkah Evaluasi untuk menentukan apakah
terapeutik obat yang diprogramkan telah dicapai dengan aman :
- Menanyakan klien apakah ia mengalami
respons yang biasa timbul akibat penggunaan obat
- Memantau respons klien terhadap obat
(contoh, obat hipertensi/penurunan tekanan darah)
Langkah Evaluasi untuk mempertahankan keamanan dan
kenyamanan klien :
- Memantau efek samping atau toksik
yang potensial, reaksi alergi, atau interaksi obat
- Mengevaluasi klien selama 30 menit
setelah diberi obat untuk mengetahui adanya gejala ketidaknyamanan.
Langkah Evaluasi untuk memahami terapi obat :
- Meminta klien menjelaskan tujuan,
kerja, dosis, jadwal pemberian obat, dan efek samping yang mungkin
- Meminta klien menjelaskan waktu
setiap obat digunakan selama sehari
Langkah Evaluasi untuk menentukan kemampuan klien
menggunakan obat secara mandiri dan aman
:
- Mengobservasi klien saat
mempersiapkan dosis obat yang diprogramkan
- Mengobservasi klien yang memberi
dosis obat yang diprogramkan.
PEMBERIAN OBAT
-
Persiapan
dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat
-
Perawat
menggunakan ”lima benar” pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang
aman.
↔ Benar obat
↔ Benar dosis
↔ Benar Klien
↔ Benar rute pemberian
↔ Benar waktu
- Benar Obat
-
Apabila
obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan etiket obat atau format
pencatatan unit dosis dengan instruksi yang ditulis dokter.
-
Membandingkan
label pada wadah obat dengan format atau etiket obat
-
Perawat
melakukan ini sebanyak tiga kali, yaitu
:
- Sebelum memindahkan wadah obat dari
laci atau lemari
- Pada saat sejumlah obat yang
diprogramkan dipindahkan dari wadahnya
- Sebelum mengembalikan wadah obat
ketempat penyimpanan
-
Perawat
hanya memberikan obat yang dipersiapkannya
-
Jika
terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek
obat.
-
Upayakan
untuk tidak menyiapkan obat dari wadah tidak bertanda atau wadah yang labelnya
tidak terbaca.
-
Apabila
klien menolak obat, upayakan untuk tidak mengembalikan obat ke wadah aslinya
atau memindahkan obat tersebut ke wadah lain.
- Benar Dosis
-
Sistem
unit – dosis distribusi obat meminimalkan kesalahan karena kebanyakan obat
tersedia dalam dosis yang sesuai
-
Apabila
sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar
atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan
suatu sistem perhitumgan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli
farmasi, resiko kesalahan meningkat
-
Gelas
ukur, spuit dan sendok yang dirancang khusus dapat digunakan untuk menghitung
obat dengan akurat.
- Benar Klien
-
Langkah
penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut
diberikan pada klien yang benar
-
Perawat
bertanggung jawab dalam memberikan obat
terhadap banyak klien
-
Untuk
mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau laporan
pemberian obat yang dicocokkan dengan nama atau no rekam medik klien, atau meminta klien untuk menyebutkan namanya
sewaktu perawat memberikan obat.
-
Ketika
menanyakan nama klien, perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan
berasumsi bahwa respons klien menunjukkan bahwa klien adalah orang yang benar,
sebaiknya perawat meminta klien menyebutkan nama lengkapnya.
-
Klien
yang menggunakan obat secara mandiri di rumah harus diperingatkan untuk tidak
pernah memberi obatnya kepada anggota keluarga atau teman.
- Benar Rute
-
Apabila
sebuah instruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat
mengonsultasikannya kepada dokter
-
Bila
rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera
mengingatkan dokter.
- Benar Waktu
-
Perawat
harus mengetahui alasan sebuah obat di programkan untuk waktu tertentu dalam
satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah
-
Contoh
dua obat diberikan, satu q8h (setiap 8 jam) dan yang lain tid (3 kali
sehari). Kedua obat diberikan tiga kali
dalam 24 jam
-
Tujuan
diberikan obat q8h dalam hitungan jam adalah mempertahankan kadar terapeutik
obat. Perbedaannya, obat tidak diberikan
selam klien terjaga.
-
Setiap
institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang harus diberikan
dengan interval sering
-
Beberapa
obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu pemberian obat
yang tepat. Obat tidurpun harus
diberikan menjelang klien tidur, jika perawat menyadari bahwa sebuah prosedur
dapat mengganggu tidur klien, sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu
waktu dimana klien dapat memperoleh manfaat optimal obat
-
Perawat
mengkaji tingkat nyeri klien untuk menentukan tingkat ketidaknyamanan
-
Apabila
perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek analgesik mungkin
tidak cukup.
-
Untuk
klien yang sulit mengingat waktu minum obat, perawat dapat membuat bagan yang
memuat daftar waktu pemberian setiap obat.
KESALAHAN PENGOBATAN
-
Kesalahan
pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat yang
salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat
-
Kesalahan
pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan
resp, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat
-
Sistem
penyaluran obat di rumah sakit harus dirancang supaya ada sebuah sistem pemeriksaan
dan keseimbangan, hal ini akan membantu mengurangi kesalahan pengobatan.
-
Perawat
sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan status klien, harus ditulis obat
apa yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek
samping yang klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan, dan
upaya yang dilakukan untuk menetralkan obat.
-
Perawat
bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut
-
Laporan
insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk
memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif
tentang apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan
institusi untuk memantau kejadian semacam ini.
Laporan kejadian membantu komite interdisiplin mengidentifikasi
kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit yang mengakibatkan
terjadinya kesalahan.
Cara Mencegah Kesalahan
Pemberian Obat
Kewaspadaan
|
Rasional
|
- Baca label obat dengan teliti
- Pertanyakan pemberian banyak
tablet
atau vial untuk dosis tunggal
- Waspadai obat-obatan bernama
sama
- Cermati angka dibelakang koma
- Pertanyakan peningkatan dosis yang
tiba-tiba dan berlebihan
- Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak
lazim diprogramkan, konsultasikan kepada sumbernya
- Jangan beri obat yang diprogramkan dengan
nama pendek atau singkatan yang tidak resmi
- Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan
tulisan yang tidak dapat dibaca
- Kenali klien yang memiliki nama akhir sama
. Juga, minta klien menyebutkan nama
lengkapnya, cermati nama yang tertera pada tanda pengenal
- Cermati ekuivalen
|
- Banyak produk tersedia dalam kotak, warna dan bentuk yang sama
- Kebanyakan dosis terdiri dari
satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Interpretasi yang salah terhadap program
obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi yang berlebihan
-
Banyak
nama obat terdengar sama (mis,
digoksin dan digitoksin)
-
Beberapa
obat tersedia dalam jumlah yang merupakan perkalian satu sama lain (contoh,
tablet Coumadin dalam tablet 2,5 dan 25 mg)
-
Kebanyakan
dosis diprogramkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek
terapeutik dan responsnya.
-
Jika
dokter juga tidak lazim dengan obat tersebut maka risiko pemberian dosis yang
tidak akurat menjadi lebih besar.
-
Banyak
dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat yang
sering diprogramkan. Apabila perawat
atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan tersebut, obat yang diberikan atau
dikeluarkan bisa salah.
-
Apabila
ragu tanya dokter. Kesempatan
terjadinya salah interpretasi besar, kecuali perawat mempertanyakan program
obat yang sulit dibaca.
-
Seringkali
satu atau dua orang klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip. Label khusus pada kardeks atau buku obat
dapat memberi peringatan tentang masalah yang potensial
-
Saat
tergesa-gesa, salah baca ekuivalen mudah terjadi (contoh, dibaca miligram,
padahal mililiter)
|
PERTIMBANGAN KHUSUS PEMBERIAN
OBAT PADA KELOMPOK USIA TERTENTU
-
Tingkat
perkembangan klien adalah faktor yang menentukan cara perawat memberikan obat.
-
Pengetahuan
tentang perkembangan klien membantu perawat mengantisipasi respons klien
terhadap terapi obat.
- Bayi dan Anak
-
Usia,
berat badan,, area permukaan tubuh, dan kemampuan mengabsorbsi, dan mengekresi
obat pada anak berbeda-beda.
-
Dosis
untuk anak lebih rendah daripada dosis pada dewasa, sehingga perhatian khusus
perlu diberikan dalam menyiapkan obat untuk anak.
-
Obat
biasanya tidak disiapkan dan dikemas dalam rentang dosis yang standarisasi
untuk anak.
-
Orang
tua adalah sumber yang berharga dalam mempelajari cara terbaik pemberian obat
pada anak
-
Semua
anak memerlukan persiapan psikologis khusus sebelum menerima obat.
-
Supaya
anak kooperatif, perawatan diperlukan yang suportif.
-
Perawat
menjelaskan prosedur kepada anak, menggunakan kata-kata yang pendek dan bahasa
yang sederhana, yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak
-
Anak
kecil yang menolak bekerjasama dan terus menolak , walaupun telah dijelaskan
dan didorong mungkin perlu dipaksa secara fisik, apabila hal ini terjadi,
lakukan dengan cepat dan hati-hati.
-
Jika
anak dan orang tuanya dapat dilibatkan, perawat kemungkinan akan lebih berhasil
dalam memberikan obat.
-
Ijinkan
anak menetapkan pilihan
-
Jangan
pernah memberikan anak pilihan untuk tidak meminum obatnya
-
Setelah
obat diberikan, perawat dapat memberi pujian kepada anak atau menawarkan hadiah
kecil.
Tips Pemberian Obat Pada
Anak
- Obat Oral
-
Bentuk
cair lebih aman ditelan untuk mencegah aspirasi
-
Jus,
minuman ringan atau jus yang dibekukan dapat ditawarkan setelah sebuah obat
ditelan
-
Minuman
berkarbornasi yang dituang ketas serutan es halus mengurangi mual
-
Apabila
mencampur obat dengan perencah (rasa), misalnya sirup atau madu, gunakan dalam
jumlah kecil
-
Spuit
plastik sekali pakai adalah alat yang paling akurat untuk menyiapkan dosis
cairan, khususnya spuit berukuran kurang dari 10 ml
-
Pada
saat memberikan obat cair, sendok, cangkir plastik, dan spuit oral (tanpa
jarum) akan bermanfaat.
2.Injeksi
-
Perawat
bersikap sangat hati-hati saat menyeleksi tempat injeksi IM. Otot pada bayi dan anak kecil belum
berkembang
-
Anak
dapat menjadi tidak kooperatif dan tidak bisa diprediksi. Harus ada seseorang untuk merestrein anak,
jika diperlukan.
-
Perawat
selalu membangunkan anak yang sedang tidur sebelum menginjeksinya
-
Mengalihkan
perhatian anak dengan bercakap-cakap dan menggunakan mainan dapat menurunkan
persepsi nyeri.
-
Perawat
memberi injeksi dengan cepat dan tidak bertengkar dengan anak.
- Lansia
-
Pemberian
obat pada lansia juga membutuhkan pertimbangan khusus
-
Perubahan
fisiologis penuaan, faktor tingkah laku dan ekonomi juga mempengaruhi
penggunaan obat pada lansia
-
Individu
berusia lebih dari 65 tahun merupakan pengguna obat terbanyak (Eberson,Hess,2994)
-
Perawat
yang memberi obat kepada lansia harus mencermati lima pola penggunaan obat oleh klien lansia
-
Menurut
Ebersole dan Hess (1994), mengidentifikasi pola penggunaan obat pada
lansia :
- Polifarmasi, artinya klien
menggunakan banyak obat, yang diprogramkan atau tidak, sebagai upaya
mengatasi beberapa gangguan secara bersamaan. Apabila ini terjadi, ada risiko
interaksi obat dengan obat lain dan makanan, klien juga memiliki risiko
lebih besar untuk mengalami reaksi yang merugikan terhadap pengobatan.
- Meresepkan obat sendiri. Berbagai gejala dapat dialami oleh
klien lansia, misalnya nyeri, konstipasi, insomnia dan ketidakmampuan
mencerna. Lansia seringkali
berupaya mencari pereda gangguan yang mereka alami dengan menggunakan
preparat yang dijual bebas, obat-obatan rakyat dan jamu-jamuan.
- Obat yang dijual bebas , obat yang
dijual bebas digunakan oleh 75 % lansia untuk meredakan gejala
- Penggunaan obat yang salah
- Ketidakpatuhan, diartikan penggunaan
obat yang salah secara disengaja. Dari semua populasi lansia, 75% diantaranya tidak
mematuhi program pengobatan secara sengaja dengan mengubah dosis obat
karena obat dirasa tidak efektif atau efek samping obat membuat lansia
tidak nyaman.
Prinsip Gerontologis Untuk Pemberian Obat
-
Kaji
riwayat pengobatan lengkap, meliputi : obata-obatan yang lalu, obat-obatan saat
ini, alergi terhadap apapun, pemahaman klien tentang obat yang digunakan
-
Atur
jarak pemberian obat oral
-
Anjurkan
klien minum sedikit cairan sebelum minum obat oral
-
Dorong
klien minum paling sedikit 150 sampai 180 cc cairan setelah minum obatnya
-
Jangan
secara rutin memberi analgesik setiap empat jam
-
Apabila
klien mengalami kesulitan menelan kapsul atau tablet berukuran besar, minta
dokter menggantinya dengan obat cair
-
Ajarkan
alternatif pengobatan, misalnya diet yang sesuai, latihan fisik, kudapan
menjelang tidur, menurunkan berat badan.
PEMBERIAN OBAT ORAL
-
Cara pemberian
obat yang paling aman
-
Paling
mudah diberikan, kecuali klien ada gangguan fungsi cerna dan tidak mampu
menelan
-
Kebanyakan
tablet dan kapsul harus diberikan bersama cairan dalam jumlah yang adekuat,
-
Untuk
klien yang terpasang selang nasogastrik, obat-obatan cair lebih dipilih
-
Jika
tablet atau kapsul dibuka terlebih dahulu dan dicampur dengan air
-
Pada
saat memberikan obat oral, perawat harus melindungi klien dari kemungkinan
aspirasi
-
Posisi
duduk atau berbaring miring akan
mencegah akumulasi obat cair atau padat di belakang tenggorok
-
Klien
yang menelan dengan lambat sebaiknya tidak dipaksa untuk minum banyak cairan
setiap kali menelan.
-
Apabila
klien mulai batuk ketika minum obat, perawat harus menunda pemberian sisa obat
sampai klien dapat bernapas dengan mudah
-
Apabila
klien sulit menelan tablet, bentuk obat lain dapat dipertimbangkan, misalnya
supositoria.
Beberapa Langkah Pemberian Obat Oral
Langkah
|
Rasional
|
-
Kaji
adanya kontraindikasi pada klien yang menerima obat oral, meliputi sulit
menelan, mual atau muntah, kesadaran menurun , dll
-
Tetapkan
pilihan klien dan toleransinya terhadap cairan
-
Siapkan
suplai dan peralatan yang dibutuhkan, misalnya kartu, format catatan, segelas
air, jus, atau cairan yang dipilih, dll
-
Periksa
keakuratan dan kelengkapan setiap kartu, format
-
Siapkan
obat
-
Berikan
obat
-
Catat
waktu aktual setiap obat diberikan
-
Kembali
dalam waktu 30 menit untuk mengevaluasi respons terhadap pengobatan
|
-
Perubahan fungsi saluran cerna mempengaruhi
distribusi, absorbsi, dan eksresi obat
-
Menawarkan
cairan dapat menngkatkan asupan cairan, kecuali jika dikontraindikasikan oleh
penyakit jantung, paru atau ginjal
-
Digunakan
untuk menghancurkan tablet pada klien yang sulit menelan
-
Program
dokter adalah sumber yang paling dapat dipercaya dan merupakan satu-satunya
catatan resmi obat yang akan diterima klien
-
Dokumentasi
cepat mencegah kesalahan
-
Digunakan
untuk mengkaji manfaat terapeutik obat dan mendeteksi awitan efek samping
atau reaksi alergi
|
PEMBERIAN INJEKSI
-
Pemberian
injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan
tekhnik steril
-
Setelah
jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi
-
Rute
yang diberikan perawat adalah rute SC, IM, ID dan IV
-
Setiap
tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat
mencapai lokasi yang tepat
-
Efek
obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantng
pada kecepatan absorbsi obat
-
Perawat
mengobservasi respons klien dengan ketat.
Peralatan
- Spuit
-
Spuit
terdiri dari tabung berbentuk silinder dengan bagian ujung didesain tepat
berpasangan dengan jarum hipodermis dan alat pengisap yang tepat menempati
rongga spuit.
-
Secara
umum diklasifikasikan sebagai Luer-lok atau non Luer-lok
-
Spuit
Luer-lok memerlukan jarum khusus, yang melilit naik ke ujung spuit dan terkunci
aman di tempat, desain ini mencegah jarum terlepas karena kurang hati-hati
-
Spuit
nonLuer-lok, memerlukan jarum yang dapat langsung terpasang ke ujung spuit
-
Kebanyakan
institusi pelayanan kesehatan menggunakan spuit plastik, sekali pakai yang
tidak mahal dan mudah dimanipulasi
-
Spuit
dibungkus terpisah, dengan atau tanpa jarum steril dalam sebuah bungkus kertas
atau wadah plastik yang kaku.
-
Perawat
mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara
ujung jarum tetap terendam didalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar badan spuit dan
pegangan pengisap.
-
Spuit
terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml
-
Untuk
injeksi IM atau IV tidak lazim dipakai spuit yang berukuran lebih dari 5 ml
-
Spuit
hipodermik memiliki dua skala pada badan spuit.
Satu skala dibagi menjadi ukuran-ukuran kecil dan skala lain menjadi
sepersepuluh mililiter.
-
Spuit
tuberkulin memiliki badan yang panjang dan tipis dengan jarum tipis yang
sebelumnya telah dipasang, spuit tuberkulin digunakan untuk menyiapkan dosis
yang kecil dan tepat untuk bayi dan anak kecil.
- Jarum
-
Kebanyakan
jarum terbuat dari stenless steel dan hanya digunakan satu kali.
-
Jarum
memiliki tiga bagian : hub,
yang tepat terpasang pada ujung sebuah
spuit; batang jarum (shaft), yang
terhubung dengan bagian pusat dan bevel
yakni bagian ujung yang miring.
-
Setiap
jarum memiliki tiga karakteristik utama;
kemiringan bevel, panjang batang jarum dan ukuran atau diameter jarum
-
Bevel yang
panjang lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa tidak nyaman akibat injeksi SC
dan IM
-
Panjang
jarum bervariasi dari 1/4 sampai 5 inci
-
Panjang
jarum yang dipilih berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh
yang akan diinjeksi
-
Seorang
anak atau dewasa yang kurus umumnya memerlukan jarum yang lebih pendek (biasanya 1 sampai 1 ½ inci), untuk injeksi
IM dan jarum yang lebih pendek (biasanya 3/8 sampai 5/8 inci ) untuk injeksi SC
-
Semakin
kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya
-
Seleksi
ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau
diinfuskan
-
Injeksi
IM biasanya memerlukan jarum berukuran 19 sampai 23, bergantung pada viskositas
obat
-
Injeksi
SC membutuhkan jarum yang diameternya lebih kecil, misal jarum berukuran 25
-
Untuk
injeksi ID membutuhkan jarum berukuran 26
Langkah - Langkah Mencegah Infeksi Selama Injeksi
-
Untuk
mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat, jangan biarkan
ampul dalam keadaan terbuka
-
Untuk
mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi
(mis, sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum dll)
-
Untuk
mencegah kontaminasi spuit , jangan sentuh badan pengisap atau bagian dalam
karet. Jaga ujung spuit tetap tertutup
penutup atau jarum
-
Untuk
menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kotoran, drainase atau feses
dengan sabun dan air lalu keringkan.
-
Lakukan
gerakan mengusap dan melingkar ketika membersihkan luka menggunakan swab
antiseptik. Usap dari tengah dan
bergerak keluar dalam jarak dua inci.
Unit Injeksi Sekali Pakai
-
Spuit
sekali pakai , dosis tunggal yang telah diisi tersedia untuk banyak obat
-
Perawat
harus berhati-hati mengecek obat dan konsentrasinya karena semua spuit yang
diisi tampak miring
-
Sistem
injeksi Tubex dan Carpuject memanfaatkan mekanisme plastik yang dapat dipakai
kembali, yang memiliki unit jarum – peluru steril, sekali pakai dan sebelumnya
sudah diisi.
-
Perawat
memasukkan peluru kedalam sistem tersebut, mengamankannya (sesuai petunjuk
kemasan) dan memeriksa adanya gelembung pada spuit
-
Perawat
mendorong pengisap untuk mengeluarkan obat seperti pada spuit reguler
-
Sistem
ini didesain untuk menurunkan peluang terjadinya cedera tertusuk jarum, jika
digunakan sesuai dengan anjuran pabrik
Menyiapkan Injeksi Dari Sebuah Ampul
-
Ampul
berisi obat dosis tunggal dalam bentuk cairan dan tersedia dalam beberapa
ukuran, dari 1 ml sampai 10 ml atau lebih
-
Ampul
terbuat dari bahan gelas dengan bagian leher mengecil, yang harus dipatahkan
supaya memungkinkan akses ke obat
-
Sebuah
lingkaran berwarna disekeliling leher ampul mengindikasikan tempat ampul dapat
dipecah dengan mudah
-
Untuk
mengaspirasi obat kedalam spuit, perawat perlu menggunakan jarum penyaring
Menyiapkan Injeksi Dari Vial
-
Vial
merupakan wadah gelas berisi obat dosis tunggal atau multidosis yang memiliki
penyekat karet dibagian atasnya
-
Tutup
logam atau plastik melindungi penyekat sampai vial siap digunakan
-
Vial
berisi larutan dan atau bentuk obat yang kering
-
Obat
yang tidak stabil dalam larutan dikemas dalam bentuk kering
-
Lebel
vial menerangkan larutan (pelarut) yang digunakan untuk melarutkan obat dan
jumlah pelarut yang diperlukan untuk menyiapkan konsentrasi obat yang diinginkan
-
Salin
normal dan aquades steril adalah larutan yang biasa digunakan untuk melarutkan
obat
-
Vial
merupakan sebuah sistem tertutup, dan udara harus diinjeksi kedalam vial supaya
larutan mudah diisap
-
Jika
didalam vial terdapat ruang hampa udara, maka akan mempersulit pengisapan
larutan
-
Supaya
obat bubuk larut, vial dikocok atau digulir perlahan diantara tangan
-
Jarum
kembali diinsersi untuk mengisap obat yang larut.
Mencampur Obat
- Mencampur obat dari dua vial
-
Hanya satu spuit dibutuhkan untuk mencampur
obat dari dua vial
-
Perawat
mengambil sebuah spuit dan mengaspirasi volume udara yang ekuivalen dengan
dosis obat pertama (vial A)
-
Perawat
menginjeksi udara kedalam vial A sambil
memastikan jarum tidak menyentuh larutan
-
Perawat
menarik jarum, mengisap udara yang ekuivalen dengan dosis obat kedua (vial B),
kemudian menginjeksi volume udara
kedalam vial B
-
Perawat
segera mengisap obat yang dibutuhkan dario vial B kedalam spuit. Pada saat ini obat dari vial A belum
mengontaminasi vial B
-
Perawat
memasang jarum baru yang steril pada spuit dan menginsersinya kedalam vial A,
berhati-hati supaya tidak mendorong pengisap spuit dan mengeluarkan obat
didalam spuit kedalam vial
-
Perawat
kemudian mengisap jumlah obat yang diinginkan dari vial A kedalam spuit
Beberapa prinsip
ketika mencampur obat dari dua vial :
-
Jangan
mengontaminasi satu obat dengan obat lain
-
Pastikan
bahwa dosis yang terakhir akurat
-
Pertahankan
teknik aseptik
- Mencampur obat dari satu vial dan satu ampul
-
Mencampur
obat dari sebuah ampul dan sebuah vial merupakan hal yang sederhana karena
tidak perlu menambahkan udara untuk mengisap obat dari sebuah ampul.
-
Perawat
mula-mula menyiapkan obat dari vial dan kemudian , dengan menggunakan spuit dan
jarum yang sama, isap obat dari ampul, teknik ini mencegah kontaminasi larutan
dari jarum
Meyiapkan Insulin
-
Insulin
adalah hormon yang digunakan untuk mengobati Diabetes
-
Obat
harus diberikan melalui injeksi karena obat tersebut merupakan protein dan,
dengan demikian akandicerna dan dihancurkan dalam saluran cerna.
-
Kebanyakan
klien penderita diabetes perlu belajar untuk menginjeksi insulinnya secara
mandiri
-
Insulin
diklasifikasi berdasarkan kecepatan kerjanya yang terdiri dari kerja
cepat,sedang dan lama, setiap tipe memiliki awitan, puncak dan durasi kerja
yang berbeda-beda
-
Seorang
klien penderita diabetes memerlukan lebih dari satu tipe insulin
-
Kadar
glukosa darah seorang klien dikontrol secara berkesinambungan selama periode 24
jam
-
Insulin
reguler yang tidak dimodifikasi merupakan larutan jernih yang dapat diberikan
secara subcutan atau intravena
-
Tipe
lain insulin merupakan larutan keruh akibat adanya tambahan protein yang
memperlambat absorbsi, kerja tipe insulin modifikasi yang lebih lambat ini
hanya dapat diberikan persubcutan.
-
Insulin
dapat disimpan dengan aman selama sekitar satu bulan pada temperatur ruangan,
tetapi perlu didinginkan selama jangka waktu yang lebih lama
-
Obat
tidak boleh langsung diberikan, harus dibiarkan sampai suhunya sama dengan suhu
ruangan.
-
Sebelum
mencampur tipe insulin yang berbeda, setiap vial harus digulir diantara kedua
tangan selama sekurang-kurangnya satu menit, hal ini akan menangguhkan kembali
pem,berian insulin modifikasi dan membantu menghangatkan obat, vial insulin
tidak boleh dikocok. Bila dikocok, akan
terbentuk busa dan gelembung udara yang membuat partikel insulin terperangkap
dan mengubah dosis
-
Insulin
diprogramkan dalam dosis tertentu pada waktu yang telah ditetapkan atau
berdasarkan sliding scale (skala perhitungan dimana angka dapat digeser sesuai
keadaan), hanya insulin reguler yang digunakan untuk sliding scale
-
Dengan
program sliding scale , dokter memprogramkan dosis insulin yang berbeda
berdasarkan kadar glukosa darah klien
-
Contoh
program Insulin Sliding Scale
Berikan insulin reguler per SC
-
2 U untuk nilai glukosa 200 – 240
-
4 U untuk nilai glukosa 241 – 250
-
6 U untuk nilai glukosa 251 – 300
-
Untuk glukosa ≥ 300 hubungi dokter
-
Dosis
yang berbeda-beda tersebut dapat diberikan dalam satu hari
Beberapa langkah
menyiapkan insulin dari dua vial :
- Dengan sebuah spuit dan jarum,
injeksi udara yang setara dengan dosisinsulin yang akan diisap kedalam
vial yang berisi insulin modifikasi (NPH) / vial yang keruh, jangan
menyentuhkan ujung jarum kedalam larutan
- Pindahkan spuit dari vial berisi
insulin modifikasi
- Dengan spuit yang sama, injeksi udara
yang setara dengan dosis insulin yang akan diisap kedalam vial berisi
insulin bukan modifikasi (insulin reguler) ( vial jernih), kemudian isap
dosis yang benar
- Pindahkan spuit dari insulin yang
reguler, buang gelembung udara dari spuit dengan hati-hati
- Kembali ke vial berisi insulin
modifikasi (NPH) kemudian isap dosis yang benar
- Berikan campuran insulin dalam lima
menit setelah disiapkan. Insulin
reguler berikatan dengan insulin yang modifikasi (NPH), dan kerja insu;lin
reguler menurun
- Usahakan untuk selalu menyiapkan
insulin bukan modifikasi (reguler) lebih dahulu, hal ini mencegah
penambahan insulin modifikasi ke vial insulin reguler
Melakukan Injeksi
-
Karakteristik
jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat
-
Sebelum
menyuntikkan sebuah obat, volume obat yang akan diberikan harus diketahui
terlebih dahulu
-
Konsekuensi
yang serius dapat terjadi, jika injeksi
diberikan tidak tepat
-
Kegagalan
dalam memilih tempat injeksi yang tepat, dapat menyebabkan kerusakan syaraf atau tulang selama insersi jarum
-
Menginjeksi
obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan
nyeri hebat dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan setempat
Beberapa upaya
untuk meminimalkan rasa tidak nyaman pada waktu penyuntikan :
- Gunakan jarum yang tajam dan memiliki
bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil, tetapi sesuai
- Atur posisi senyaman mungkin untuk
mengurangi ketegangan otot
- Pilih tempat injeksi yang tepat
dengan menggunakan penanda anatomis tubuh
- Kompres tempat injeksi dengan es
untuk menciptakan anastesi lokal, sebelum jarum diinsersi
- Alihkan perhatian klien
- Insersi jarum dengan perlahan dan
cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
- Pegang spuit dengan mantap selama
jarum berada dalam jaringan
- Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama bebrapa detik, kecuali dikontraindikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar