BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Setiap orang memiliki kepribadian yang
berbeda-beda, sejak dilahirkan dengan ciri khas dan watak yang menjadikan
seseorang itu unik, mempunyai kekuatan dan kelemahan yang berbeda-beda.
Pengalaman-pengalaman
dalam kehidupan sangat mempengaruhi tiap kepribadian indivudu sehingga
menandai terbentuknya suatu kepribadian
( Pasaribu & Simandjutak, 1984:13).
Kepribadian
: Sikap dan perilaku yang menggambarkan diri individu secara utuh dan digunakan
untuk menanggapi, berhubungan dan berpikir tentang diri dan lingkungan dalam
konteks hubungan personal yg luas.
Gangguan
kepribadian dapat diidentifikasi dgn sikap dan perilaku yg tidak fleksibel, mal
adapatif, fungsi sosial dan pekerjaan terganggu.
Kepribadian sehat : sikap dan perilaku individu yang dapat
diterima oleh lingkungan tanpa mengganggu integritas dirinya
Gangguan ciri kepribadian : Suatu sikap dan perilaku yang
tidak fleksibel, mal adaptif yang dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan
Psikosis : suatu kondisi yang menunjukkan gangguan berat
dengan ditandai gangguan kemampuan daya nilai realitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Kepribadian
: Sikap dan perilaku yang menggambarkan diri individu secara utuh dan digunakan
untuk menanggapi, berhubungan dan berpikir tentang diri dan lingkungan dalam
konteks hubungan personal yang luas.
Gangguan
kepribadian dapat diidentifikasi dgn sikap dan perilaku yg tidak fleksibel, mal
adapatif, fungsi sosial dan pekerjaan terganggu.
B.Rentang Respon
Kepribadian sehat gangguan ciri
kepribadian psikologis
Kepribadian
sehat : sikap dan perilaku individu yang dapat diterima oleh lingkungan tanpa
mengganggu integritas dirinya.
Gangguan
ciri kepribadian : Suatu sikap dan perilaku yang tidak fleksibel, mal adaptif
yang dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan.
Psikosis
: suatu kondisi yang menunjukkan gangguan berat dengan ditandai gangguan
kemampuan daya nilai realitas.
Pembeda individu normal dengan
gangguan kepribadian yaitu :
1. Adaptasi yang tidak fleksibel
2. Lingkaran setan antara cara persepsi
3. Kemampuan yang lemah
C.Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
- Tumbuh kembang : gangguan dalam perkembangan persepsi,
berpikir dan hubungan dengan orang lain.
- Hubungan dalam keluarga : Pola
asuh dan interaksi dalam keluarga yang tidak mendukung proses tumbang.
2. Faktor Presipitasi
- Perpisahan/ kehilangan : orang
berarti dalam waktu sementara/ lama (perceraian, kematian atau dirawat di
RS
- Penyakit kronis dan kecacatan :
cenderung isolasi diri sehingga gangguan pola hubungan
- Sosial budaya : perubahan
status sosek ( perusahaan bangkrut tau tinggal di tempat baru )
D.Perilaku dan Mekanisme Koping
1. Jenis gangguan Skizoid : mekanisme
koping isolasi
2. Jenis gangguan Histerionik :
mekanisme koping disosiasi,menyerang dan mengingkari
3. Jenis gangguan Narsistik : mekanisme
koping manipulasi, intelektualisasi
4. Jenis gangguan Boderline : mekanisme
koping marah, krisis
5. Jenis gangguan Menarik diri :
mekanisme koping isolasi
7. Isolasi
8.
Disosiasi, menyerang, mengingkari
9. Manipulasi,
intelektualisasi
10.
Marah, krisis
11.
Ketergantungan
E.Perilaku Terkait Gangguan
Kepribadian
1.
Kepribadian histerionik
· Ciri pokok : sebagai suatu pola
pervasif dari emosional dan mencari perhatian yang berlebihan.
·
Gejala
: emosional tinggi, mendramatisasi diri, menarik perhatian, manipulatif,
toleransi rendah, tidak rasional, tempentantrum, manipulatif, reaksi berlebihan
pada stress.
2.
Kepribadian narsisitik
·
Tidak
hangat, tidak responsive, terikat pada aturan (tertib, rapi), perfeksionistik,
seriously (tidak dapat rileks, tertawa dan menangis ), hubungan sosial
terbatas.
3. Kepribadian borderline
- Sukar membina hubungan sosial
dan personal, depresi, mengeluh perasaan bosan dan hampa, tidak percaya
pada orang lain, perasaan sepi, sangat sensitif terhadap penolakan, tidak
mampu mengatasi cemas dan frustasi, kontrol diri kurang
4. Kepribadian tergantung
- Tidak mandiri, orang lain yang
mengambil keputusan tentang dirinya, kurang percaya diri, vitalitas dan
mobilitas kurang
5. Kepribadian Kompulsif
- Tidak hangat, tidak responsif,
terikat pada aturan (tertib,rapi ), perfeksionistik, seriusly ( tidak
dapat rileks, ketawa & amp; menangis), hubungan sosial terbatas
6.
Kepribadian menarik diri / menghindar
- Hiperaktif pada penolakan,
menghindari hubungan sosial kecuali dengan jaminan (diterima dan tidak
dikritik), menarik diri, temannya terbatas, harga diri rendah, gelisah dan
malu jika berbicara dengan orang lain, ingin dikasihani & amp;
diterima
7. Kepribadian pasif-agresif
- Menolak tuntutan untuk
berpenampilan adekuat (sosial, pekerjaan), penolakan tidak diungkapkan
dengan langsung (menangguhkan, buang2 waktu dan pelupa)
8. Kepribadian schizoid
- Emosi dingin dan tidak peduli,
tanpa kehangatan dan kelembutan, tidak dapat membedakan pujian, kritik
pada perasaan orang lain, menolak kontak mata, menghindari komunikasi
spontan, tidak tertarik dengan lawan jenis, pikiran paranoid, pikiran
magis & masalah komunikasi.
Tipe Gangguan Kepribadian Pervasive
1.
Gangguan kelompok A
Gangguan kepribadian paranoid : tidak percaya total pada orang lain
dimulai pada dewasa muda, diindikasikan dari kondisi berikut:
1.
Curiga, tanpa sebab, bahwa orang-orang
mengeksploitasi atau menipu.
2.
Sibuk dengan keraguan tak jelas tentang
kesetiaan atau kejujuran teman atau sejawat.
3.
Menemukan pelecahan tersembunyi atau
makna mengancam dari komentar atau kejadian sepele.
4.
Selalu sakit hati atau mengeluh.
5.
Mengaeali serangan (tak terlihat oleh
orang lain) pada karakter atau reputasi seseorang, diikuti oleh reaksi cepat
marah atau serangan balik.
6.
Curiga kambuhan tak jelas bahwa
pasangan atau teman seks-nya tak setia.
2.
Gangguan
kepribadian schizoid:
Pola keterpisahan
menetap dari hubungan sosial dan juga terbatasnya rentang ekspresi emosional
dalam hubungan interpersonal dimulai pada dewasa muda, diindikasikan dari gejala berikut:
1.
Kurangnya keinginan untuk atau
ketidakmampuan menikmati hubungan akrab termasuk dengan keluarganya sendiri.
2.
Pilhannya hampir selalu ekslusif untuk
aktifitas soliter.
3.
Sedikit, bila ada, perhatian untuk
mengalami pengalaman seksual dengan orang lain.
4.
Mengalami kesenangan dari sedikit bila ada aktifitas.
5.
Kurangnya teman akrab.
6.
Tak peduli terhadap pujian atau
kritikan.
7.
Emosi dingin dan efek datar.
3.
Gangguan
kepribadian schizotipal:
Pola defisit
sosial dan interpersonal menetap (ketidaknyamanan akut, dan berkurangnya
kapasitas untuk hubungan akrab, distorsi kognitif atau persepsi dan perilaku
egosentrisitas) dimulai pada dewasa muda, diindikasikan dari gejala berikut:
1.
Ideas
of reference (tidak termasuk rujukan waham).
2.
Keyakinan aneh atau berpikir magis yang
mempengaruhi perilaku.
3.
Pengalaman perceptual takbiasa (Ilusi
tubuh).
4.
Berpikir dan bicara aneh (tidak jelas, sirkumstansial,
metaforikal, elaborasi berlebihan, stereotipik /berulang-ulang).
5.
Berpikiran curiga atau paranoid.
6.
Afek tak wajar atau
terbatas.
7.
Perilaku atau penampilan aneh atau
eksentrik.
8.
Kurangnya teman akrab.
9.
Berlebihannya ansietas sosial yang
tidak berkurang dengan familiaritas dan biasanya termasuk pikiran paranoid.
4.
Gangguan kelompok B
v
Gangguan kepribadian antisosial
1.
Bukti gangguan perilaku sebelum usia 15
pada klien yang sedikitnya berusia 18 tahun.
2.
Pola menetap tidak menghargai dan melanggar hak orang
lain sejak usia 15, sebagaimana
diindikasikan dari kondisi
berikut :
(a) Gagal mematuhi norma sosial atau perilaku taat hukum.
(a) Gagal mematuhi norma sosial atau perilaku taat hukum.
3.
(b) Iritabilitas atau agresifitas.
4.
(c) Tidak bertanggung jawab dalam riwayat pekerjaan dan kewajiban
finansial.
5.
(d) Impulsif dan gagal membuat rencana kedepan.
6.
(e) Pengkhianat.
7.
(f) Tidak menghargai keamanan diri dan orang lain.
8.
(g) Kurangnya perasaan menyesal.
v Gangguan kepribadian borderline : pola
ketidakstabilan menetap dalam hubungan interpersonal, citra diri, afek, dan
kontrol impuls dimulai pada dewasa muda, diindikasikan oleh :
1.
Usaha gila-gilaan /histeris untuk
menghindari pengabaian (tidak termasuk usaha bunuh diri dan tindakan menyakiti
diri).
2.
Hubungan personal tak stabil dan kaku.
3.
Gangguan identitas menetap.
4.
Perilaku impulsif, ceroboh, pada
sedikitnya 2 dari area berikut : belanja, seks, penyalahgunaan zat,
ngutil, mengemudi, makan berlebihan.
5.
Perilaku atau tanda-tanda atau ancaman
bunuh diri atau menyakiti diri kambuhan / berulang.
6.
Manifetasi reaktifitas alam perasaan,
biasanya untuk periode singkat jarang melebihi beberapa hari.
7.
Perasaan hampa dan bosan kronik.
8.
Marah kaku, takwajar, kurangnya kendali
marah.
9.
Pikiran paranoid terkait dengan stress,
sementara atau gejala disosiataif berat.
v Gangguan kepribadian histrionik : pola menetap
berlebihannya emosional dan perilaku cari perhatian, dimulai pada dewasa muda
diindikasikan oleh gejala berikut :
1.
Merasa tidak nyaman bila tidak menjadi
pusat perhatian.
2. Perilaku atau
penampilan seksual merayu tak wajar.
3. Emosi labil.
4. Sangat peduli
(berlebihan) terhadap tampilan fisik, menggunakannya untuk menarik perhatian
terhadap diri.
5. Gaya bicara
yang impresionistik berlebihan dan kurangnya detil.
6. Dramatisasi
diri, ekpresi emosi berlebihan dan teatrikal.
7. Memaksa.
8. Keyakinan keliru bahwa
hubungannya dengan orang lain lebih intim dibandingkan kenyataan.
v Gangguan kepribadian Narsissistik: pola menetap kepura-puraan, kebutuhan
untuk dikagumi dan kurangnya empati, mulai pada dewasa muda diindikasikan dari
gejala berikut :
1.
Perasaan kuat pentingnya diri.
2.
Sibuk dengan pikiran akan keberhasilan,
kecantikan, kepintaran, kekuasan dan cinta tak terbatas.
3.
Yakin bahwa dia superrior (hebat) dan
hanya mau berhubungan dengan orang atau institusi yang hebat.
4.
Butuh dikagumi dan diperhatikan secara
berlebihan.
5.
Perasaan kuat bahwa berhak mendapat
perlakuan istimewa/khusus.
6.
Mengeksploitasi orang lain.
7.
Kurangnya empati.
8.
Iri akan orang lain atau yakin orang
lain iri padanya.
5.
Gangguan kelompok C
v Gangguan
kepribadian menghindar: pola menetap hambatan sosial, perasaan ketidakpadaan,
dan hipersensitif pada kritikan, dimulai pada masa dewasa, diindikasikan dari
gejala berikut :
1.
Menghindari aktifitas kerja termasuk
kontak interpersonal signifikan.
2.
Tidak mau risiko terlibat dalam
hubungan tanpa kepastian keberhasilan untuk disukai.
3.
Membatasi hubungan akrab.
4.
Sibuk dengan ketakutan ditolak atau
dikritik dalam situasi sosial.
5.
Malu dalam hubungan baru.
6.
Yakin bahwa tak mampu secara sosial,
secara personal tak menarik atau rendah terhadap orang lain.
7.
Tidak mau untuk resiko personal
atau terlibat dalam aktifitas baru.
v Gangguan kepribadian ketergantungan : Kebutuhan
menetap dan berlebihan untuk diperlakukan/dirawat, mengarah pada perilaku
submisif dan bergantung dan takut akan perpisahan. Mulai pada dewasa muda
diindikasikan dari gejala berikut :
1.
Ketidakmampuan untuk membuat keputusan
setiap harinya tanpa nasihat berlebihan dari orang lain.
2.
Perlu orang lain untuk mengambil alih
tanggung jawab dalam kehidupan.
3.
Enggan tidak sepakat dengan orang lain
karena takut ditolak.
4.
Sukar memulai projek dan melakukan
segala sesuatunya sendiri.
5.
Sangat berusaha untuk mendapat dukungan
emosional dari orang lain (sukarela melakukan hal tak menyenangkan.
6.
Merasa tak nyaman atau tak ada harapan
bila sendirian.
7.
Berusaha menemukan hubungan
ketergantungan baru bila hubungan akrab berakhir.
8.
Sibuk dengan ketakutan ditinggal
sendirri untuk merawat diri sendiri.
v Gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif : Pola menetap sibuk dengan
keteraturan, kesempurnaan dan kontrol mental dan interpersonal akan biaya
kelenturan, keterbukaan dan efisiensi, mulai pada dewasa muda diindikasikan
dari gejala berikut :
1.
Sibuk akan detil, aturan, daftar,
organisasi penjadualan, menyebabkan ketidak-mampuan fokus pada point utama dari
suatu kegiatan.
2.
Perfeksionis yang mengganggu
penyelesaian tugas.
3.
Setia berlebihan terhadap pekerjaan dan
produktifitas dengan meniadakan aktifitas senang-senang dan persahabatan.
4.
Sangat hati-hati, cermat dan tak lentur tentang
moralitas, etik dan nilai.
5.
Ketidak-mampuan membuang benda tak
berguna.
6.
Enggan mendelegasikan tugas kecuali
tugas akan dikerjakan sesuai dengan yang dikerjakannya.
7.
Pelit dengan uang.
8.
Keras kepala.
v
Gangguan kepribadian agresig-pasif
1.
Didaftar terpisah sebagai gangguan
kelompok C dalam DSM-III-R; pada SM –IV didaftar sebagai gangguan kepibadian
nonspesifik yang punya perilaku lebih dari 1 gangguan personalitas tetapi tidak
ada kriteria penuh untuk satupun gangguan personalitas
2.
Gejala umum perilaku agresif pasif
mempengaruhi interaksi sosial dan kerja.
3.
Procrastination / Suka menunda-nunda.
4.
Gagal melakukan tugas atau pekerjaanya
buruk bila melakukan yang tak mau dikerjakannya.
5.
Sakit hati akan anjuran tentang cara
memperbaiki kinerja.
6.
Gagal melakukan bagian tugas yang adil.
7.
Berlebihan mencemooh dan mengkritik atasan.
8.
Mengklaim bahwa tuntutan padanya
takwajar dan iritabel dan bertengkar bila diminta melakukan tugas.
F.
Penjelasan Teoritis Gangguan Kepribadian
1. Pengaruh
biologi
2. pengaruh sosial
dan lingkungan
3. pengaruh keluarga
4. pengutan
respons perilaku
Diagnosa Keperawatan
- Kerusakan interaksi sosial :
isolasi sosial
- Gangguan alam perasaan :
depresi
- Gangguan hubungan dengan orang
lain : dependent
- Gangguan hubungan dengan orang
lain : manipulatif
- Isolasi sosial
- Gangguan konsep diri : harga
diri rendah
- Resti amuk
- Resti merusak diri
Intervensi Keperawatan
Tujuan umum :
- Mencegah terjadinya gangguan
jiwa berat
- Membantu mengembangkan
kemampuan hubungan sosial
- Mendorong partisipasi keluarga
dalam merawat klien
Implementasi Keperawatan
1. Kepribadian Histerik
- Bekerja sama dengan klien dan
keluarga
- Terapi perilaku untuk membantu
pencapaian tumbang
- Bantu orang tua untuk
mendisiplinkan anak
- Bantu anak beradapatasi dalam
kelompok
- Respon perawat untuk
dipengaruhi gender
2. Kepribadian narsistik
- Bantu klien mengemembangkan harga
diri yang kuat
- Fasilitasi ledakan rasa marah
dan bermusuhan
- Tanggapi setiap perilaku klien
- Beri penjelasan singkat, jelas
dan terbatas
- Bantu klien menyadari perasaan,
kemampuan dan keterbatasannya
- Tetapkan harapan yang jelas,
konsisten & amp; mantap
- Bantu klien melepaskan diri
dari pengalaman yang menyakitkan
- Beri umpan balik perilaku klien
- Libatkan dalam terapi kelompok
- Lakukan terapi keluarga
3. Kepribadian Borderline
- Ciptakan lingkungan yang
terapeutik.
- Kerja sama dengan klien dan
keluarga.
- Lakukan kontrak dengan klien
dalam pencapaian tujuan.
- Hindari tawar menawar.
- Gunakan contoh peran, teknis re-inforcement.
- Konfrontasi perilaku klien yang
tidak sesuai.
- Identifikasi perilaku
destruktif & amp; pantau perilaku regresi penanganan segera.
- Identifikasi kebutuhan klien
yang membutuhkan.
- Libatkan dalam terapi kelompok.
- Berikan terapi dengan tepat.
4. Kepribadian Tergantung
- Rancang batasan usia yang
sesuai dan konsisten.
- Libatkan keluarga dan orang
terdekat.
- Hindari perilaku balas dendam
dan tekankan tanggung jawab terhadap perilaku, pikiran dan perasaan.
- Beri kesempatan untuk
mengontrol kehidupan perilakunya.
- Tunjukkan penerimaan/ pengakuan
terhadap keputusan klien.
- Tetap beri informasi tentang
kegiatan terapi.
- Arahkan klien pada pemikiran
rencana masa depan.
5. Kepribadian Kompulsif
- Ekspresif psikoterapi.
- Diskusikan efek stress dan beri
saran.
- Cegah ketidakjelasan.
- Beri penekanan pada kebutuhan
dengan contoh konkrit.
- Strategi perilaku dan kognitif
sangat berguna.
- Terapi kelompok untuk orang tua
dan keluarga.
6. Kepribadian Menghindar
- Bina hubungan saling percaya.
- Bantu klien menerima kritik
orang lain.
- Bantu klien mengkritik diri
sendiri.
- Bantu klien agar keluar dari
lingkaran kritik dengan mengkonfrontasi kesepiannya.
- Bantu klien untuk sosialisasi
dan mendapat teman.
- Beri re-inforcement akan kemampuan yang
telah dimiliki klien.
7. Kepribadian Pasif – Agresif
- Beri batasan perilaku dan
lingkungan.
- Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan secara konstruktif.
- Beri kesempatan berpengalaman
dalam kelompok.
- Tingkatkan hubungan social.
- Lakukan terapi perilaku.
8. Kepribadian Skizoid
- Lakukan kontrak P – K.
- Tingkatkan sosialisasi.
- Hindari isolasi dan perawatan
institusional.
- Libatkan dalam terapi okupasi
dan terapi kelompok.
Evaluasi
- Klien mampu berhubungan dengan
orang lain secara efektif.
- Perilaku klien merefleksikan
kemampuan dalam hubungan : percaya, terbuka dan kerja sama.
- Sumber koping.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepribadian
: Sikap dan perilaku yang menggambarkan diri individu secara utuh dan digunakan
untuk menanggapi, berhubungan dan berpikir tentang diri dan lingkungan dalam
konteks hubungan personal yg luas.
Gangguan
kepribadian dapat diidentifikasi dgn sikap dan perilaku yg tidak fleksibel, mal
adapatif, fungsi sosial dan pekerjaan terganggu.
Kepribadian sehat gangguan ciri
kepribadian psikologis :
Kepribadian sehat : sikap dan
perilaku individu yang dapat diterima oleh lingkungan tanpa mengganggu
integritas dirinya.
Gangguan ciri kepribadian : Suatu
sikap dan perilaku yang tidak fleksibel, mal adaptif yang dapat mengganggu
fungsi sosial dan pekerjaan.
Psikosis : suatu kondisi yang
menunjukkan gangguan berat dengan ditandai gangguan kemampuan daya nilai
realitas.
Pembeda individu normal dengan
gangguan kepribadian yaitu :
1.
Adaptasi yang tidak fleksibel.
2.
Lingkaran setan antara cara persepsi.
3.
Kemampuan yang lemah.
Saran
Bermutu
atau tidaknya pelayanan Keperawatan di suatu Rumah Sakit sangat bergantung pada
kerjasama antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu hubungan yang
baik antara sesama anggota dan klien maka akan sulit membangun kepercayaan
masyarakat dalam Asuhan Keperawatan yang diberikan. Agar kinerja dalam
keperawatan berjalan dengan efektif maka seorang perawat juga perlu memahami
setiap karakter yang berbeda dari setiap klien. Selain dapat memberikan hasil
kerja yang terbaik, dalam memberikan Asuhan Keperawatan juga dapat dilakukan
dengan lancar.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar