Dafter isi

t;

Rabu, 13 Maret 2013

Skizofrenia Simpleks


PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

I. Identitas Klien

Nama klien 
Umur
Jenis kelamin
Suku
Status
Pekerjaan
Agama
Alamat

MRS
Postur tubuh
Penampilan

Kebiasaan

Informasi
: Nn. M.
: 52 Tahun
: Perempuan
:
: Tidak bekerja
: Islam
: .
: Tahun 1978.
: Klien tampak kurus, TB: 156 cm, BB: 42 kg.
: Kulit bersisik, pakaian seadanya, banyak yang tanggal : rambut cukup bersih dan hitam,
: Sering menyendiri di tempat tidur, suka bersih-bersih (membersihkan halaman, ruangan), cuci piring.
: Klien, keluarga dan perawat ruangan serta status klien.



B. Data Informan
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Status
Alamat
Posisi

: Nn. W
: 46 tahun
: tidak bekerja.
: SMA.
: Belum Menikah
: sda.
: Sebagai adik klien


Yang didapatkan dari informan adalah data-data yang diberikan berdasarkan
pertanyaan yang berhubungan dengan riwayat keluarga khususnya pada klien M
yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Jakarta.
II. Persepsi dan harapan klien / keluarga
a. Persepsi klien tentang masalah
Klien menyadari bahwa selama ini berada di RSJ sedang  dirawat dan berkonsultasi tentang penyakitnya.
b. Persepsi keluarga tentang masalah
Keluarga mengatakan mungkin klien sulit untuk sembuh dan anggota keluarganya ada yang mengalami ggn seperti klien yaitu adiknya  E dan dapat berobat jalan hingga sekarang.
c. Harapan klien tentang pemecahan masalah
Klien ingin sembuh dari sakit, dengan mengatakan pikirannya sudah rusak apakah dapat sembuh, dan ingin kembali ke rumah.
d. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah
Keluarga menginginkan klien ingin sembuh dari sakitnya, ingin seperti orang pada umumnya.  kalau memang belum sembuh biar saja di rumah sakit dulu karena situasi keluarga yang tidak memungkinkan.

III. Pengkajian Psikologis
a. Status emosi
Ekspresi emosi sesuai dengan perasaanya namun klien sulit dalam mengungkapkan perasaannya, klien suka menyendiri. Kalau melihat orang tidak berani menatap muka  memperlihatkan kecurigaan dan sulit didekati.
b. Kosep diri
à    Body image : Klien mengatakan dirnya sudah rusak pikirannya terganggu.
à    Ideal Diri : Klien mengatakan bangga bahwa dirinya seorang sarjana kimia yang memiliki kaluaraga dengan 3 dan suami yang setia.
à    Harga Diri : Klien merasa pasrah dengan keadaan dan sadar kalau selalu merepotkan keluaraga.
à    Fungsi Peran : Klien merasa bahwa dirinya selama ini tidak seperti orang pada umumnya.
à    Identitas Diri : Klien menilai dirinya sedang sakit dan harus terus berkonsultasi di RSJP.
c. Gaya komunikasi
Secara Verbal : Bicara klien pelan dan agak sulit ditangkap (gigi ompong).informasi. jelas, kadang melompat-lompat tidak sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan.
Secara Non Verbal : Kalau sedang bicara tangan selalu memperagakan, vena Jugularisnya membesar, sering bicara dalam keadaan tegang dan melotot.
d. Pola interaksi
Klien memberi respon hanya pada orang yang sudah dikenal. Klien lebih banyak berhubungan dengan wanita dari pada laki-laki. Klien kenal dengan semua klien yang ada diruang Melati tetapi tidak saling berinteraksi.
e. Pola pertahanan
Upaya klien untuk mengatasi masalahnya : jalan-jalan , mondar-mandir, nonton TV dan  serta membersihkan lingkungan, misalmya : sampah, cuci piring membersihkan bak mandi dan ngepel.

IV. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan :
Pendidikan terakhir sebagai mahasiswa kimia tingkat 3. Selama ini belum pernah kerja mandiri dan dapat penghasilan, pekerjaan biasa dikerjakan dirumah, bersih-bersih, masak, cuci pakaian.
b. Hubungan sosial
Selama ini klien tidak punya teman dekat baik di rumah maupun di rumah sakit klien tidak suka laki-laki karena anggapan klien, laki-laki pernah menyakiti klien, klien jarang berhubungan dengan orang lain, dirumah dapat berhubungan dengan keluarganya,  dirumah sakit juga jarang ngomong-ngomong dengan klien lain bila ketemu diam. Di rumah sakit klien  lebih senang sendiri ,klien sering jalan-jalan ke kamar klien lain tapi tidak saling berinteraksi.
c. Faktor sosial budaya
Klien beragama islam , selama di rumah sakit tidak pernah mengikuti kegiatan kerohaniaan,  klien mendapat kiriman untuk kebutuhannya dari keluarga. Klien dapat diajak komunikasi.
d. Gaya hidup
Berdandan tidak sesuai, mengunankan pakaian seadanya.
V. Pengkajian Keluarga
Klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara, klien tinggal bersama keluerga adiknya. Sumber pengasilan utama adalah adik-adiknya. Hubungan antara kakak beradik tidak begitu hangat dan harmonis setelah klien dirawat di rumah sakit. Klien merasa takut dengan adiknya E , namun klien lebih dekat dengan adiknya W. dibanding dengan saudara yang lain.


 



                52                                         46           44
 

                                49           50     

 

                           17        15        13      



VI. Pengkajian Kesehatan Fisik
A. Masalah kesehatan yang lalu dan sekarang
 Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu
Klien dirawat di RSJ sejak tahun 1967 pernah pulang selama seminggu dan kembali lagi karena membenturkan kepala ke dinding, memeluk setiap lelaki yang lewat dan pernah memasukkan pulpen kedalam vaginanya. Klien selama dirawat menderita TB Paru dan sedang dalam proses pengobatan
Penyakit  sekarang.
Penyakit fisik TB paru dengan pengobatan :
Kanamicyn inj 2 hari 1x
INH 1 x 1 tab.

B.Kebiasaan kesehatan sekarang.
à    Penampilan diri
Klien tampak kurang bersih rambut tidak disisir rapi, baju jarang ganti, kadang-kadang klien hanya mandi satu kali sehari. klien menggosok gigi.
Sikap tubuh, klien berjalan tegap, kebiasaan suka tiduran di lantai , kuku panjang dan kotor, kulit bersih.
à    Rokok : Klien merokok satu hari sampai satu bungkus
à    Minuman keras : klien tidak pernah minum-minuman keras.
à    Pola tudur : Tidur malam pukul 22.00 sampai 05.00 Wib. Tidur siang tidak menentu. Kadang-kadang tidur pagi  kalau klien kecapaian. Saat klien lain tidur kurang lebih jam 12.00. klien malah jalan-jalan nonton TV.
à    Pola makan : Setiap hari klien dapat jatah makan dari rumah sakit, 3x sehari. Setiap pukul 10.00 klien dapat  bubur kacang. Klien mau makan bersama dengan klien lain, klien makan di ruang tamu atau di kamarnya. Klien tidak sedang menjalankan diit tertentu.
à    Pola elimunasi : Bak 4 - 5 x perhari, Bab 1 x perhari pada pagi hari.
à    Tingkat aktivitas : klien cukup aktip dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya ; bersih-bersih sampah , kamar mandi, cuci piring , membersihkan tempat tidur, melakukan perawatan diri
à    Tingkat energi : Klien cukup energi jarang tiduran , jalan-jalan, melakukan ADL.

VII. Status / Keadaan Mental

A. Kebenaran Data :
Dalam memberikan informasi kadang membingungkan, kata-kata klien sering melompat-lompat, tidak sesuai dengan pembicaraan yang sedang berlangsung. Validasi data : Apa yang dikatakan klien dan keluarganya berbeda terutama ttg ideal dirinya yang tidak tercapai, sedangkan menurut keluarganya klien sulit diduga dan prilakunya aneh-aneh mudah gelisah bila teringat trauma masa lalunya.
B. Status Sensori :
Klien dalam berkomunikasi dengan perawat nada suaranya pelan, Kadang-kadang klien menanyakan kembali apa yang disampaikan perawat ( klien merasa kurang jelas).
C. Status Persepsi
Ada halusinasi, namun belum dapat mengontrol, tingkat kecurigaan cukup tinggi, Klien merasa orang lain musuh yang mengejek, menghina dan mengolok-olokkannya.
D. Status Motorik
Status motorik baik : Bicara lancar agak sulit dimengerti, pergerakan anggota gerak baik : berjalan, lari, membungkuk.
E. Afek
klien  mudah panik dan gelisah nada suara pelan, wajah tegang, menyeringai, mata melotot. Kalau melihat orang tidak berani memandang langsung.

F. Orientasi
Klien mengenal orang yang berada di sekitarnya, waktu ,hari, dan tanggal, Klien juga sadar kalau dia berada di rumah sakit jiwa .
G. Ingatan
Klien mudah ingat tentang suatu kejadian dan apa yang diinformasikan.
H. Daya Tilik Diri ( Insight )
Klien merasa dirinya sedang sakit yaitu pikirannya yang rusak dan klien ingin dapat sembuh, klien mampu bereaksi sesuai realita.

VIII. A. Diagnosa Medik
            Schzoprenia Simplex

       B. Program Pengobatan Medik
           Obat-obat yang didapat :
            CPZ   : 100 mg. 3 X perhari
             THP  : 3 X 2 mg perhari
             Ceradol   3 X 5 mg

Chlorpromazine (largatil / pronactil)

Indikasi


Kontra indikasi


Efek samping

Digunakan untuk pengobatan psikosis; sebagai premedekasi  dalam anestesi untuk mengurangi gejala emesis.

Pada penderita koma, gangguan fungsi hepar, panas yang       tinggi, keadaan umum yang lemah (harus hati-hati).

· Gejala kardiovaskuler seperti; hipotensi ortostatis, aritmia   kordis dan takikardi.
· Gejala hematologi, organolositas dan tranpasitopenia.
· Gejala-gejala parkinson; seperti tremor dan jalan tak stabil.

THP (Artan)

Indikasi


Kontra indikasi




Efek samping
Keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik untuk psikosis serta mania.

· Tidak boleh diberikan pada orang koma
· Kelainan darah
· Gangguan hepar
· Gangguan sum-sum tulang

Menimbulkan gangguan ekstrapiramidal pada keadaan depresi (jadi harus hati-hati).

Peran Perawat dalam pemberian obat :
1.    Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat  serta efek samping yang timbul.
2.    Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
3.    Dampingi klien saat minum obat
4.    Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
5.    Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
6.    Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.





ANALISA DATA

KLASIFIKASI  DATA
MASALAH

11 April 1997
DS:
·  Klien mengatakan bila merasa kesal kepala pusing dan ingin mem-benturkan kepala kedinding.
·  Klien bila ada masalah lebih senang dipendam sendiri tidak perlu dibica-rakan dengan orang lain.
DS :
·  Klien marah-marah membenturkan kepala ke dinding.
·  Jika bicara mata  melotot
·  Bila ada masalah sedikit tampak tegang dan gelisah
·  Kurang bersahabat, curiga pada klien lain

Tanggal 17-4-97
DS:
·  Klien mengatakan bahwa dirinya seorang sarjana kimia.
·  Mengatakan bahwa klien memiliki keluarga (suami dan 3 orang anak).

DO:
·  Klien sering sendiri di ruangan ,tempat tidurnya .
·  Klien tidak pernah berinteraksi dengan klien /orang lain.
·  Klien senang melamun di tempat tidur nya sambil merokok.









Þ Tidak dapat mengungkapkan marah secara konstruktif.















Þ Gangguan hubungan sosial; menarik diri

.


Tanggal 24-4- 97

DS:
·  Ada anak-anak kecil yang sering datang mengolok dan melempari dengan batu.
·  Mengatakan ada orang laki-laki besar yang memaksa untuk ikut dengannya.
·  Klien mengatakan pikirannya terganggu.

DO:
·  Klien banyak tidur dan menyendiri di kamar.
·  Ada rasa curiga dengan klien lain.
·  Klien bicara dan ngomel-ngomel sendiri.
·  Klien belun bisa menggunakan waktu luangnya dengan baik.








Þ halusinasi










Urutan Diagnosa Keperawatan  sesuai prioritas.

1.    Potensial melukai orang lain /diri sendiri  sehubungan dengan ketidakmampuan klien dalam mengungkapkan marah secara konstruktif.
2.    Gangguan harga diri rendah s/d Ideal diri terlalu tinggi yang dimanifestasikan oleh perasaan depresi dan menarik diri dari aktifitas.
3.    Potensial marah/amuk sehubungan dengan halusinasi.


RENCANA KEPERAWATAN JIWA
NO/
Tgl
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Rasional
Tunjuan
Kriteria Evaluasi
Timdakan Keperawatan
I





10-4-97
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain/amuk s/d Ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.
DS :
à     Klien mengatakan dirumah kerjanya bersihkan got, kelu-arga yang lain malah bikin kotor.
à     Klien mengatakan kesal sama orang-orang ditumah karena dia tidak pernah diberikan kerjaan yang enak
à     Klien mengatakan kesal sama orang-orang di RS. Uangnya hilang ada yang mengambil.
à     Klien mengatakan kesal, orang-orang dirumah sakit bikin kotor saja, habis dibersihkan , kotor lagi.
DO :
à     Jika bicara dengan orang lain mata sering melotot.
à     Kadang klien tampak tegang.
à     Jalan tanpa tujuan.
à     Klien sering marah dengan suara keras.
à     Bicara kacau.
à     Sering membentak orang.
Tupan : Tidak melukai orang lain, diri sendiri dan mampu mengung-kapkan marah yang konstruktif.

Tupen :
1. Klien dapat membina hubu-ngan saling percaya dengan perawat






1.1. Setellah dua kali pertemuan klien mau berinteraksi dengan perawat
à     Membalas salam.
à     Berjabat tangan.
à     Berkomunikasi verbal.
à     Dapat menyebutkan nama perawat.










1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal
à     Perkenalkan diri.
à     Jelaskan tujuan pertemuan .
à     Terima klien apa adanya.
à     Ciptakan suasana tenang dan relaks.
à     Hargai privasi klien.

1.1.2. Pertahankan sikap pera-wat secara konsisten.
à     Menepati janji.
à     Mempertahankan kontak mata dan posisi yang terbuka.
à     Hndari komunikasi yang ber-sifat rahasia didepan klien .
à     Perhatikan kebutuhan klien .






Hubungan saling percaya akan menurunkan rasa keterancaman klien terhadap stimulus yang berasal dari perawat , sehingga tercipta hubungan terapeutik.





Sikap yang konsisten akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat, dan klien merasa bahwa perawat tahu akan kebutuhannya.







2.  Klien dapat mengidentifikasi sumber marah dan mengenal rasa marahnya.
2.1. Setelah dua kali pertemuan klien dapat mengungkapkan apa yang membuat dia marah.
à     Mengatakan dalam dalam situasi apa klien marah.
à     Mengatakan penyebab klien marah.
à     Klien mengatakan dan mengetahui bahwa dirinya sedang marah

2.1.1. Beri respon pd klien dgn tenang dan tidak mengancam.
à     Bicara perlahan dan jelas
à     Menggunakan kalimat yang mudah dimengerti klien.
à     Bersikap terbuka.



2.1.2. Dorong klien untuk meng-ungkapkan hal-hal yang menye-babkan marah.
à     Tunjukkan prilaku empati
 Bicara mudah dimengerti
Memberi respon pd klien menandakan perawat mene-rima kehadiran klien secara utuh, hal  ini merupakan  lang-kah awal komunikasi yg terapeutik dan mempermudah intervensi selanjutnya.


Dengan bantuan perawat diharapkan klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya dan klien dapat mengenal marahnya.


3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda marah.
3.1. Setelah Dua kali pertemuan klien mampu menyebutkan minimal 3 tanda-tanda marah dari tanda-tanda fisik yang biasa terjadi.
à     Wajah merah.
à     Mata melotot.
à     Tekanan darah meningkat.
à     Otot-otot tegang/ menggetar.
à     Tangan dikepal.
à     Muka tegang.
à     Nada suara meninggi.

3.1.1 Dorong klien untuk meng-ungkapkan / mengenal tanda-tanda saat klien marah yg diketahui klien.



3.1.2. Diskusikan dgn klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pd orang marah.

Dgn mampunya mengemu-kakan / mengenal tanda-tanda saat klien marah, klien dapat mengidentifikasi  tanda ma-rahnya.


Dgn tahunya tanda-tanda marah bagi klien dapat mengidentifikasi diri sendiri dan orang lain  kalau kondisi spt itu adalah sedang marah.



4. Klien dapat mendemontrasikan koping yg biasa digunakan apabila klien marah.
4.1. Setelah 4x pertemuan klien mampu mendemontrasikan cara-cara klien dalam mengatasi marah yang selama ini dilakukan.


4.1.1 Dorong klien untuk menga-takan cara-cara yang dilakukan bila klien marah.
à     Jangan menyinggung klien
à     Terima apapun yang diungkap-kan klien.
à     Fokusing dan klarifikasi bila klien melantur.


4.1.2. Perhatikan klien dan ber-sikap terbuka menerima saat klien sedang mendemontrasikan koping-nya.

4.1.3. Diskusikan bersama klien tentang aspek negatif bila mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang baiknya.

Dgn mengetahui cara-cara yang telah dilakukan klien sebagai bahan untuk inter-vensi selanjutnya, dan dgn menghargai upaya klien akan terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.


Perhatian yang penuh akan memungkinkan klien untuk lebih percaya diri dalam mengekpresikan prilakunya.

Pilihan baik dan buruk sangat penting saat klien untuk mempertimbanglkan, sehingga klien sendiri yang akan memutuskan.


5. Klien dapat menilai koping/ cara mengatsi marah mana yang baik untuk dirinya atau yang tidak baik ( mengungkapkan marah secara konstruktif ).
5.1. Setelah 6x pertemuan, klien mampu menilai dan menjelaskan cara marah yang konstruktif.
à     Tidak menyinggung perasaan orang lain.
à     Tidak melukai orang lain.
à     Tidak merusak.
à     Tidak membuat takut suasa-na.

5.1.1. Diskusikan dgn klien cara mengungkapkan marah yang konstruktif.
à     Latihan Asertif; bagaimana diri sebagai orang yg mengalami marah.Mengekplorasi diri untuk mengungkapkan penyebab ma-rah.
à     Menyalurkan energi kemarahan secara kontruktif.
à     Tehnik relaksasi; Membaca, menggambar, mendengar mu-sik, nonton tv dll.
à     Penyelesaian masalah ; Menceritakan pada perawat atau orang lain yang dapat memberikan jalan keluar.
à     Aktivitas fisik ; olahraga, pekerjaan rumah tangga.
à     Spiritual ; berdoa.
à     Bermain peran.
Membantu klien untuk mema-hami atau meningkatkan pengetahuan klien tentang cara mengungkapkan marah yang bisa diterima orang lain, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.






5.12. Dorong minat klien untuk belajar mengungkapkan marah secara konstruktif.



5.1,3. Anjurkan dan dorong klien untuk memberi contoh marah yang konstruktif



Adanya motivasi akan menimbulkan sikap yang konstruktif dlm mengeks presikan marah.


Menunjukkan realita marah yang konstruktif.



6. Klien dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara-cara mengekpresikan marah yang konstruktif.















6.1. Setelah 6x pertemuan klien dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara pengungkapan marah yang konstruktif.
à     Expresi wajah tyidak tegang.
à     Nada suara tidak ringgi.
à     Mata tidak melotot.
à     Nafas tidak cepat.
à     Tidak menggunakan kata-kata kasar.
à     Prilaku tidak agresif.

6.1.1.Diskusikan dgn klien tentang upaya untuk menciba menerapkan cara-cara yang telah dipelajari dalam berhubungan dengan orang lain.



6.1.2. Anjurkan pd klien untuk  mengungkapkan marah secara verbal yang dapat diterima orang lain.


6.1.3. Ingatkan klien untuk berlatih terus cara mengungkapkan marah secara konstruktif.

Menerapkan hal yang telah dipelajari berarti klien belajar mengidentifikasikan dirinya sendiri sehubungan dgn perkembangan di dalam proses berubah.


Tidak membuat orang lain tersinggung berarti tidak menambah konflik baru.



Dgn berlatih terus maka akan terpola dalam perilakunya.



7. Keluarga dapat memiliki sikap yg mendukung atas keadaan perkembangan kesehatan klien

7.1. Setelah satu kali pertemuan dgn keluarga dpt mengidentifi-kasi sikap-sikap yang membuat klien marah.

7.1.1. Anjurkan keluarga untuk mengidentifikasi sikap-sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.




7.1.2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menilai sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.

Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi sikap, me-mungkinkan keluarga mampu melakukan penilaian terhadap perlakuan yang membuat klien marah.


Penilaian terhadap sikap sendiri akan meningkatkan kesadaran keluarga.







2.





24-4-97
Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
DS :
à   Klien selalu mengatakan , klien yang lain malas-malas.
à   Klien mengatakan barang-barang klien hilang, klien E yang mengambil.
DO :
à   Klien sering menyendiri di tempat tidurnya.
à   Klien tidak berinteraksi dengan klien lain.
à   Klien sering melamun dilantai disamping tempat tidurnya.
Tupan :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tupen :
1. Klien dapat mengungkapkan perasaan dan persepsinya dengan rasa aman.





1.1. Setelah 4x pertemuan klien mau menceritakan perasaan dan persepsinya secara spontan.










1.2. Ekspresi wajah klien tampak tenang.





1.1.1. Bina hubungan saling perca-ya :
à   Tepati janji.
à   Jelaskan tujuan intrvensi.
à   Berlaku konsisten.
à   Perilaku bersahabat.
à   Empaty.

1.1.2. Pelihara ketenangan ling-kungan , suasana hangat dan ber-sahabat.


1.2.1. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya (menggunakan perta-nyaan terbuka)

1.1.2. Dengarkan klien dengan penuh rasa empaty.





Terbukanya hubungan saling percaya antara klien dan perawat akan mempermudah klien untuk mengungkapkan perasaannya.



Suasana lingkungan tenang dan hangat , bersahabat akan mendukung dalan komunikasi terapeutik.

Dengan pertanyaan terbuka memberikan kesempatan pd klien  untuk mengekspresikan perasaannya.

Akan meningkatkan hubungan saling percaya.



2. Klien mengenal curiganya.
2.1.  Setelah 5 - 7 X pertemuan klien dapat mengenal perasaan curiganya.
2.1.1. Adakan kontak yang sering dan singkat


2.1.2. Terima perasaan curiga sebagai hal yang nyata bagi klien tetapi tidak nyata bagi perawat.
Untuk menstimulus hal-hal yang konstruktif dan menghin-darkan persaan curiga

Menghargai pendapat klien dan menjelaskan apa yang dirasakan dan dilihat, diharap-kan hubungan saling percaya tetap terbina dan klien tidak terlena dengan kecurigaanya.




2.2. Klien dapat mengungkapkan situasi apa yang membuat klien curiga setelah 5-7x pertemuan.

2.2.1. Diskusikan dengan klien tentang perasaan curiga.
Mengetahui penyebab terjadi-nya curiga, sebagai bahan untuk intervensi selanjutnya.



2.3. Klien dapat menyampaika n pada perawat saat terjadinya curiga.
2.3.1. Tanyakan pada klien, dalam keadaan bagaimana curiga itu timbul.
Menigkatkan kerja sama klien dan perawat dalam mengatasi curiganya.



3. Klien dapat mengontrol curiganya.
3.1. Setelah 5-7 kali pertemuan meningkatkan perhatian klien pd rangsangan realita.

3.1.1. Tingkatkan respon klien pd realita ; misalnya ajak klien untuk berinteraksi diyakinkan bahwa ling-kungannya tidak mendukung tim-bulnya curiga.

Meningkatkan kerja sama perawat- klien utk mengontrol curiganya dan lingkungan terapeutik akan mengurangi perasaan curiga klien.



3.2. Klien dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.






3.3. Klien dapat memulai dan mempertahankan  hubungan dgn orang lain.

3.2.1. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.

3.2.2. Puji klien apabila klien sudah mau ikut melakukan kegiatan sehari-hari.


3.31.  Perkenalkan klien dgn klien lain dan mengikutsertakan dalam kegiatan bersama seperti makan, memelihara kebersihan.



3.3.2. Berikan stimulus yang konstruktif bahwa lingkungan cu-kup bersahabat.


3.3.3. Dorong klien untuk ber-komunikasi dengan lingkungan secara bertahap.


3.3.4. Lakukan terapi aktifitas kelompok yg bertujuan untuk membina hubungan sosial dan interaksi dgn lingkungan.

Dgn kegiatan sehari-hari fokus curiganya akan ber-kurang.

Reinforcement positif sangat-lah penting dalam dalam meningkatkan kepercayaan klien.

Apabila klien sudah bisa berinteraksi dan mengenal lingkungan yang tidak mem-buatnya menjadi curiga, klien akan terhindar dari perasaan curiga.

Hal ini akan mengurangi ke-curigaan klien yang sudah terpola.


Secara bertahap disesuaikan dgn kemampuan interaksi klien.


Terapi aktivitas kelompok dgn sosialisasi sangat berarti sekali untuk klien yg menarik diri.









4. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol perasaan curiga klien.












5. Klien dapat mengikuti program pengobatan.

4.1. Setelah satu kali home visit keluarga dapat :
à   Menjelaskan proses terjadinya curiga.
à   Tanda-tanda curiga.
à   Cara mengontrol curiga.



4.2. Keluarga dapat membantu menurunkan perasaan curiga klien.


5.1. Kolaborasi; pemberian obat psikofarma.

4.1.1. Diskusi dgn keluarga tentang ;
à   Kecurigaan yang terjadi pada klien.
à   Tanda-tanda curiga.
à   Cara mengontrol supaya tidak terjadi curiga.


4.2.1. Berikan motivasi keluarga agar bersikap empati dan bersahabat serta tidak membuat klien tambah curiga.

5.1.1. Menjelaskan kepada klien tujuan pengobatan.
à   Awasi klien apakah obat dima-kan.
à   Jelaskan kepada klien tentang reaksi obat.
à   Perhatikan prinsip 5 benar pada pemberian obat.
à   Observasi reaksi setelah pem-berian obat.

Dengan meningkatkan penge-tahuan keluarga tentang gangguan berhubungan curi-ga yang terjadi pada klien akan membantu keluarga dalam memberi perawatan kepada klien baik di rumah atau di rumah sakit.

Dukungan keluarga sangat dibutuhkan sekali pd klien gangguan berhubungan dgn perilaku curiga.

Hal ini dilakukan untuk meng-hindari kecurigaan klien. Dengan perhatian perawat dalam pengobatan maka terapi akan lebih tepat guna dan efektif sesuai sasaran.





3.
24-4-97
Penampilan diri kurang adekuat sehubungan dengan kurang minat dalam kebersihan diri.

D.O :
à   Penampilan diri kurang rapih.
à   Baju yang dipakai itu-itu saja tampak kotor.
à   Gigi klien kuning,dan banyak yang tanggal.
à   Kulit agak bersisik.
à   Rambut kotor, banyak ketombe.
à   Setiap berinteraksi dgn mahasiswa klien belum mandi.
à   Kuku panjang dan hitam.

D.S.
à   Klien mengatakan malas mandi.
à   Klien mengatakan waktu pulang malas mandi karena takut menghabiskan air.

Tupan :
Penampilan klien rapih dan bersih.

Tupen :

1. Klien mampu mengungkapkan pentingnya merawat kebersihan diri sendiri.





2. Klien mampu meningkatkan kemampuan dalam merawat diri sendiri secara bertahap.














3. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol dan memberikan dukungan terhadap perewatan kebersihan diri sendiri.




4. Klien dapat mengikuti kegiatan TAK  dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan, klien termotivasi melakukan keber-sihan.






1.1. Setelah dijelaskan tentang pentingnya perawatan diri sendiri, klien dapat menyebutkan kembali tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri, dan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

2.1. Selama klien di rawat.
à   Klien dapat mandi sendiri setiap hari dgn menggunakan sabun mandi, gosok gigi pakai odol, klien tampak bersih.
à   Klien dapat mengganti baju tiap hari dan pakai pakaian bersih.
à   Klien dapat memperlihatkan kebersihan rambut, wajah dan kuku.

2.2. Setelah 4x pertemuan klien dapat melakukan point 2.1
dengan inisiatif sendiri.


3.1. Setelah satu kali pertemuan home visit keluarga dapat mengerti tentang, manfaat kebersihan bagi klien dapat memberikan dorongan bagi klien untuk melakukan perawatan kebersihan diri.

4.1. Setelah 4x pertemuan klien dapat mengikuti TAK . Cara me-rawat kebersihan, memakai baju, membersihkan tempat tidur klien.






1.1.1. Diskusikan dengan klien tentang tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri.
1.1.2. Berikan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri.



2.1.1. Dorong klien untuk mandi sendiri 2x sehari, menggunakan sabun mandi, ganti baju, dan menggunakan yang bersih, serta memperhatikan kebersihan, badan wajah, dan kukunya.






2.2. Observasi tingkat kemajuan klien dalam merawat diri sendiri.



3.1.1. Diskusikan dengan keluarga tentang konsep kebersihan/ self care pada klien





4.1.1. Lakukan TAK mengenai merawat kebersihan diri, pakai baju yang rapih, membersihkan tempat tidur.







Dengan mengetahui hal ini klien akan kooperatif dalam merawat diri sendiri.
Motivasi sebagai stimulus external yang dapat meng-gerakkan klien.


Dengan dorongan dan mem-perhatikan kemampuan klien secara bertahap klien dapat mandiri dalam merawat diri sendiri.







Klien merasa dihargai dari apa yang selama ini dila-kukannya.


Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam rangka self care bagi klien.





Hal ini dilakukan untuk mengingatkan dan membi-asakan klien dalam mela-kukan perawatan kebersihan diri.

CATATAN  KEPERAWATAN


No
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Resspon Klien (S dan O)
Modifikasi
1
10-4-97
Potensial melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d  ketidakmam puan klien mengungkap kan marah secara kons truktif.
a.1.1. membina hubungan saling percaya dengan klien.
à   Mengucapkan salam.
à   Memperkenalkan nama.
à   Berjabat tangan .
à   Kontak mata.
à   menyampaikan tujuan pertemuan.

A.1.2. Bantu klien dalam mengungkapkan penga-laman marahnya.





A.2.1.Membantu klien untuk mengidentifikasi perubahan fisik saat  marah.




B.1.1.Menanyakan bagaimana perasaan klien saat marah.
Klien menerima perkenalan dengan mahasiswa.
à   Membalas salam.
à   Membalas jabat tangan.
à   Memberikan respon secara verbal.


S: klien bercerita kalau sedang   kesal kepalanya terasa pusing dan ingin membenturkan kepala ke dinding/tembok.
O: Tampak tersinggung bila di-ungkit masa lalunya.

S: Klien menyatakan bila ada masalah suka bingung dan gelisah, berkeringat.
O: klien bercerita dengan tenang dan selalu difokusing arah pem-bicaraannya.
S: Rasanya tidak enak, tetapi klien suka memendam kekesa-annya sampai tersa pusing.
O: klien dapat menceritakan

Interaksi tetap dipertahankan.






Dilanjutkan, hati-hati bila menaya-kan masa lalunya.




Dipertahankan.





Dipertahankan




11-4-97
Potensial melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam puan klien mengungka kan marah secara kons truktif.
a.1.1. Membina hubungan saling percaya dengan klien (melanjutkan ).


a.2.1. Memelihara ketenangan lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.

C.1.1.Menanyakan situasi bagaimana yang membuat klien marah.
Hubungan saling percaya sudah terbina selama 3x pertemuan.


Klien menerima kehadiran pera wat.

S:
Dipertahankan.



Dipertahankan.









a.1.2. Mempertahankan sikap perawat secara konsisten. Dalam setiap interaksi dengan klien perawat selalu menepati janji dan berikan kontrak yang jelas, time out, serta memperhatikan kebutuhan klien.
O. Klien tampak senang setelah diberikan pujian terhadap apa yang sudah positif pada dirinya.

S. Waktu ditanya mengenai man di klien mengatakan sudah, dan ketika  ditawarkan untuk perte muan lagi klien mengatakan ya.
Dipertahankan.









b.1.2. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah dengan pertanyaan terbuka, menanyakan pada klien apa yang membuat klien marah.
O. Klien tampak cemberut, tegang, matanya melotot, vena jugularisnya tampak jelas, nada suara agak tinggi pada saat mengungkapkan perasaannya.
S. Klien mengatakan habis orang lain disini pada kotor, engga mau bersih-bersih, ke marin aja uang saya hilang dicuri sama klien E.

Dilanjutkan dan mengekplorasi lagi perasaan klien.








17-4-97.
Potensial melukai diri sen diri atau orang lain/ amuk s/d. Ketidak mampuan mengungkapkan marah secara konstruktif.
a.1.1. Membina hubungan saling percaya, meng  ucapkan salam, menanyakan perasaannya hari ini, menanyakan tentang kabarnya dirumah (karena klien habis cuti ) apa yang dilakukan klien di rumah, dan menanyakan perasaan klien setelah pulang.
O. Klien tampak senang diper hatikan., dan menerima kehadir an perawat.
S. Klien menjawab salam , “ selamat pagi “, baik-baik saja.
Dipertahankan.









a.1.2. Mempertahankan sikap perawat yang konsisten, menepati janji, kontrak yang jelas setiap pertemuan, dan melakukan time out, serta mempertahankan kebutuhan klien, dan memberikan pujian.
O. Klien tampak senang, senyum -senyum, apabila diberikan puji an.
Dipertahankan.









b.1.2. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah dengan pertanyaan terbuka.
O. Klien tampak serius, berapi-api dalam mengungkapkan perasaannya.

S. Klien menjawab apa yang membuat klien marah yaitu “ Habis orang-orang di sini tidak ada yang bisa dipercaya
Dipertahankan dan dilanjutkan dgn explorasi yg lain.










e.1.1. Menanyakan pada klien , apa yang dilakukan klien bila klien marah.
O. Tampak klien tidak terbuka dan menutupi  dan mengingkari apa yang sudah dilakukannya.
Klien tampak cemberut dan tertunduk.

S. Klien hanya mengatakan
Dipertahankan dan perlu memo difikasi  dengan memcari waktu yg tenang bagi klien.





Tidak tahu dan saya tidak ingin membuat masalah.







2
17-4-97
Gangguan harga diri rendah s/d ideal diri terlalu tinggi yg dimanifestasikan dengan depresi dan menarik diri dari aktifitas
a.1.1. Membina hubungan saling percaya, bersikap konsisten, dan memelihara ketenangan lingkungan seperti Dx I.

a.1.2. Mendengarkan setiap klien bercerita dengan empati.




O. Klien tampak bersemangat  untuk bercerita, tapi kadang-kadang melantur.




Dipertahankan dengan memper hatikan komu nikasi dengan fokusing.









b.2.1. Bersama klien mendiskukan tentang hal yang membuat depresi pada klien.
O. Klien tampak marah ketika menjawab yang membuat dia tersinggung.

S. Klien menjawab “Orang-orang bikin kesel”, suka mencuri dan mengejek .
Dipertahankan















a.1.1. Membina hubungan saling percaya, bersikap empati, konsisten serta memelihara ketenangan lingkungan. ( seperti Dx yang lain ).

.1.1. Mendiskusikan dengan klien tentang :
à   Manfaat kebersihan.
à   Cara memelihara kebersihan.
à   Tanda-tanda badan yang bersih.
à   Akibat dari tidak terpeliharanya kebersihan diri.





O. Klien tampak tersenyum dan garuk-garuk kepala

S. Klien mengatakan kalau mandi satu hari sekali dan kadang-kadang engga mandi. Dan klien mengatakan alasan engga mau mandi “ habisnya malas “.




Dipertahankan dan terus diberi kan stimulus.













25-4-97
Potnsial melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam-puan mengungkapkan marah secara konstruktif.
1.1.1. Membina hubungan saling percaya sama seperti hari-hari sebelumnya.Tetap bersikap konsisten.


7. Mendiskusikan tentang keadaan keluarganya.
à   Bagaimana keadaan keluarga dalam menerima keadaan klien.

O. Klien tampak terdiam , perasaan datar.

S. Klien bercerira tentang keluarganya, bahwa sebenarnya ingin pulang kerumah tapi keluarga tidak mengijinkan , hanya bilang entar-entar aja.


Diperthankan dan direncanakan utk melakukan kunju ngan rumah. Utk memvalidasi data.




25-4-97
Gangguan Harga diri ren-dah s/d ideal diri terlalu tinggi yang dimanifestasi-kan oleh perasaan depre-si dan menarik diri dari aktifitas.
1.2.1. Mendorong klien untuk mengungkapkan apa saja yang membuat klien depresi.
O. Tampak klien menutupi perasaannya, dan banyak diam.

S. Klien hanya mengatakan tidak apa-apa.
dipertahankan dan perlu memo difikasi dengan memberikan sti mulus yg kons truktif.









3.1.1. Meningkatkan respon klien terhadap realita dengan menginteraksikan klien dengan klien lain, langsung pada saat klien sedang berkumpul, memberikan pujian bila klien melakukan hal yang positif.
O Klien tampak ketawa, tampak senang.

S. Klien hanya ketawa “he..he..”




















5.1.1. Memberikan obat dan mengawasi respon klien, serta menjelaskan kepada klien .






1.1.2. Pada saat mahasiswa datang, tampak klien habis ganti pakaian yang bersih dan baru. langsung perawat memberikan pujian dan langsung mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan dan bagaimana caranya memelihara kebersihan , serta menunjukkan kepada klien tanda-tanda kalau badan bersih, dan penampilan bersih.



1.1. Memperhatikan kebersihan klien setelah mandi dan memberikan pujian, serta memberikan contoh langsung kalau tanda badan bersih.
O.Klien tampak memakan obat yang diberikan,

S. Klien mengatakan kalau selalu minum obat, bahkan kalu cuti klien selalu membawa obat.



O. Dengan pujian klien tampak senang, dan tersenyum-senyum, dan langsung mengambil alat-alat mandi.

S. Klien mengatakan saya belum mandi, kalau begitu mandi yah.



O. Klien tampak tersenyum, dan merapihkan rambutnya yang masih basah.

S. Klien mengatakan kalau habis mandi seger dan engga gatal.
Dipertahankan.








Dipertahankan.









Dipertahankan.











1-5-97.
Potensial melukai diri sendiri atau orang lain/amuk s/d ketidakmampuan mengungkapkan marah secara konstruktif.











1.1.1 Menciptakan suasana menerima klien.
à   Menjalin hubungan saling percaya.
à   Bersama klien menentukan tempat yang nyaman untuk melakukan interaksi.




3.1.2. Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah.





4.1.1. Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilakukan bila klien marah.
à   Menanyakan kepada klien bagaimana perasaan klien setelah marah.
à   Mendiskusikan bersama klien tentang aspek negatif bila mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang baik.


5.1.1. Mendiskusikan dengan klien cara meng-ungkapkan marah yang konstruktif yaitu melatih untuk relaksasi, memberikan pujian kepada klien atas keberhasilannya.




7.1.1. Pada saat kunjungan Jam 19.00 WIB Menganjurkan kepada keluarga untuk meng identifikasi yang sudah dilakukan keluarga pada saat klien marah.
Diskusikan dengan keluarga penanganan klien marah.



O. Klien tersenyum dan mem balas salam dari perawat. Klien menentukn sendiri tempat untuk berkomunikasi, dan klien tampak senang.
S. Klien mengatakan senang.


O. Iklien tampak berantusias untuk menjawab
S. Dengan suara tegas klien mengatakan kalau marah, cemberut, muka merah, dada terasa sesak, tubuh gemetar.

O. Klien tampak tegang.

S. Klien mengatakan kalau marah, ngamuk, kadang-kadang pengen mukul orang, banting pintu dan suara keras.Serta klien mengatakan kalau marah engga enak cape.

O. Klien mencontohkan tehnik relaksasi dengan menarik napas dalam, klien tersenyum, dan menunduk.
S. Klien mengatakan enak habis tarik napas.


O. Keluarga tampak terbuka.
S. Keluarga mengatakan kalau klin sedang marah keluarga diam.



Dipertahankan.







Dipertahankan







Dipertahankan








Dipertahankan







Dipertahankan


Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.








Penampilan diri kurang adekuat s/d kurang minat dalam kebersihan diri
1.1.1 Membina hubungan saling percaya seperti pada Dx. I.


2.3.1. Bersama-sama klien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan curiga.





3.1.1. Mendiskusikan dengan klien tentang pen-tingnya kebersihan diri. Mendorong klien untuk mau mengurus kebersihan diri.Memberikan pujian pada klien dengan niat untuk kebersihan diri.




O. Klien tampak menunjukkan ketegangan.
S. Klien mengatakan merasa kesal sama teman-teman klien lain karena mereka malas-malas, klien mengatakan engga tahu.

O. Klien tersenyum dan sambil garok-garok kepala.
S. Klien mengatakan mau mandi. klien mengatakan malas mandi.





Dipertahankan.







Dipertahankan.



9-5-97
1. Potensial melukai diri sendiri dan orang lain/ amuk s/d ketidak mam puan klien mengung kapkan marah secara konstruktif.
1.1.2. Menciptakan suasana menerima klien :
à   menjalin hubungan saling percaya.
à   bersama klien menentukan tempat yang nyaman untuk melakukan interaksi.



5.1.1.Mendiskusikan dgn klien cara meng ungkapkan marah secara konstruktif misalnya dgn :
à   penyaluran energi dengan memfokuskan pada ADL ,brsih-bersih dll.
à   Teknik rrelaksasi
à   Ikut dalam kegiatan bermain dalam kelompok
à   Penyelesaian masalah dengan menceritakan kepada perawat /orang ain yang dapat dipercaya.
O. Klien tampak tersenyum, senang.
S: “Selamat pagi”
       “Ngobrol disana saja”
       “Ya, kita bcara cara marah    yang baik”

O: Klien ikut dalam kegiatan Klien aktif dalam kegiatan TAK namun suaranya kadang masih keras.
TAK dalam rangka membuat selingan aktivitas
S: “Kalau lgi marah saya ngamuk”





2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga
1.1.1. Membina hubungan saling percaya (sepert diagnosa no.1)
1.1.2. Memelihara lingkungan yang hangat dan ersahabat

2.1.2. menerima curuga sebagai hal yang nyata pada klien dan memberi penapat bahwa situasi yang dilihat tidak membua perawat curuigadan tak membahayakan.




3.3.4. Mengikut sertakan klien dalam TAK “Sosialisasi” dan menunjukkan pada klien bahwa klien yang lain cukup bersahabat.



O: Nada suara klien tidak tinggi S : “Saya senang tempat yang tenangtidak ramai”
S: “Mereka malas semua ,tidak mau kerja”
O.
à   Tampak tegang,cemberut
à   Klien mau memperkenalkan diri dan mau menerima perkenalan klien lain

O. Klien dapat mengikuti TAK sosialisasi.
S. Klien mengatakan senang mengikuti TAK.
Pertahankan







Pertahankan






3. Penampilan diri kurang adekuat s/d kurang minat dalam merawat diri

1.1.2. memberikan motivasi klien untuk melakukan perawtan diri

O: -Klien mandi jam 11.00
        - Ganti baju aru
S:”Kalua tidak bersih gatal”
     “Saya mau mandi 2x sehari”


Petahankan

No
Tgl.
Dx. Keperawatan
Perencanaan
Rasional
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Tindakan Keperawatan
1.
17/4/97
Potensial Halusinasi s/d peri-laku menarik diri.

Data Obyektif:       
klien menyendiri dipojok
tidur telanjang dengan posisi fetus
tidak berespon terhadap sapan perawat
tidak berinteraksi dengan perawat dan klien lain
beranjak dari tempatnya  hanya waktu makan

Data Subyektif:
Ibu mengatakan, sejak mengalami gegar otak, klien lebih pendian dan sering menyendiri di kamar

  Klien tidak mengalami halusinasi.
Tupen :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.



1.1. Sesudah 2 kali pertemuan, klien dapat berinteraksi dengan perawat.
·  Klien mau membalas sapaan perawat.
·  Klien mau berkomunikasi dengan perawat.



1.1.1 Bina hubungan saling percaya :
·  sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal,
·  Perkenalkan diri klien dengan menyebut nama nama secara jelas.
·  Jelaskan maksud dan tujuan pertemuan.
·  Buat kontrak dan tepati janji
·  Selalu kontak mata selama interaksi
·  Tunjukkan sikap empati dan   penuh perhatian pada klien
·  Terima klien apa adanya.
·   Mulai interaksi dengan hal  yang disukai klien




Dengan terbinanya hubungan saling percaya dan berfokus pada hal-hal yang disukai klien, diharapkan  klien merasa bahwa peawat memperhatikan, dan klien mau terbuka sehingga memudahkan intervensi






1.1.2 Kontrol penampilan perawat
 - selalu siap bila dibutuhkan klien
- Jawab pertanyaan klien secara jujur
-perhatikan perilaku yang sesuai oleh semua tim kep. seperti;sama-sama menggunakan komunikasi trapeutik dlm mendenkati klien.
- hindari pola komunikasi yang memaksa, bersikap rahasia di dekat klien, sikap tidak menghargai klien.    
      
Sikap perawat yang tidak tepat dapat menimbulkan rasa tidak berharga pda klien dan merusak hubungan saling percaya.




2. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.
2.1 Klien akan mengekspresikan perasaannya setelah pertemuan 2 kali.


2.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
2.1.2 Gunakan tehnik komunikasi terapeutik .
2.1.3 Bersama-sama klien mengidentifikasi kerugian jika klien tidak berhubungan dengan orang lain.
2.1.4 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

Dengan mengungkapkan perasaannya berarti klien dapat mengungkapkan masalahnya sehingga klien mau /termotivasi untuk mengidentifikasi kerugiannya jika tidak berhubungan dengan orang lain, dan akan meningkatkan harga diri klien.




2.2 Klien akan menyatakan kepuasannya atas hubungan dengan  perawat sesudah 2 kali pertemuan.
2.2.1 Dorong klien mengungkapkan perasaanya terhadap hubungan dengan perawat.
Perasaan puas terhadap hubungan /interaksi dengan  perawat memotivasi kli en untuk melanjutkan tahap interaksi












3. Klien menunjukkan penurunan perilaku menarik diri


















































4. Keluarga dapat berpartisipasi diri dalam perawatan klien

Setelah 5 kali pertemuan klien dapat berhubungan dengan perawat dan klien lain yang ada di ruangan
























Setelah 6-8 kali pertemuan klien dapat mengembangkan hubungan melalui;
 Keikutsertaan dalam aktifitas di ruangan
Keikutsertaan dalam kelompok terapi
Inisiatip berinteraksi dengan orang lain
















Keluarga dapat menyebutkan hal-hal yang harus dilakukan selama klien di rawat di rumah sakit Menjenguk klien minmal satu kali seminggu
Ikut terlibat dalam perawatan dan pengobatan
Secara bertahap libatkan klien dalam kelompok, misalnya menghadirkan 1 - 2 orang dengan klien lain dalam berkomunikasi.

Usahakan pesan verbal dan non verbal  secara singkat, jelas dan konsisten selama komunikasi

Lakukan percakapan dan interaksi secara singkat dan sering

Beri reinforcement positif atas apa yang telah dicapai klien

Gunakan tehnik bermain peran untuk membantu klien mengenal perasaan, pikiran, serta respon yang dialami dalam menghadapi situasi berhubungan dengan orang lain


Motivasi klien untuk mengikuti aktivitas di ruangan;
membersihkan ruangan, menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi

Beri penjelasan tentang tindakan dan beri reinforcement positip atas keikutsertaan klien dalam kelompok

Beri penjelasan dari keikutsertaan klien dalam kelompok dan diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang  

Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan dengan orang lain.

Diskusikan dengan anggota
keluarga :
perilaku klien menarik diri penyebab perilaku menarik diri dan cara keluarga menghadapi klien yang menarik diri
Dengan mengikutsertakan satu atau dua perawat, memungkinkan klien berkomunikasi secara bertahap.

Memudahkan klien untuk memahami komunikasi yang disampaikan.


Menghindari kejenuhan klien


Meningkatkan harga diri klien.


Bermain peran merupakan salah satu curahan atau ekspresi perasaan seseorang






Meningkatkan harga diri klien melalui pemenuhan kebutuhan berinteraksi dengan orang lain dan menurunkan kemungkinan menarik diri







Memperkembangkan hubungan dengan sesamanya dapat berlanjut




Menggali perasaan klien setelah berhubungan dengan orang lain


Pengetahuan keluarga tentang perilksku menarik diri merupakan  bekal untuk berpartisipasi dalam perawatan klien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar