Dafter isi

t;

Senin, 18 Maret 2013

Askep Maladsorbsi


2.1Konsep Medis
Pengertian

Sindroma Malabsorbsi adalah kelainan-kelainan yang terjadi akibat penyerapan zat gizi yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam aliran darah.
Sindroma Malabsorbsi adalah kumpulan gejala dan tanda-tanda yang diakibatkan oleh absorbsi lemak non adekuat didalam usus halus. (Barbara C. Long, 1985).
2.1.2Klasifikasi
Malabsobsi karbohidrat
Malabsobsi karbohidrat yang utama adalah intoleransi laktosa.Karbohidrat dapat dibagi dalam Monosakarida (Glukosa,Galaktosa dan fruktosa), Disakarida (Laktosa atau gula susu,Sukrosa atau gula pasir dan Maltosa) serta Polisakarida (Glikogen,Amilum dan tepung).

Malabsobsi lemak
Gangguan absobsi lemak umumnya LCT (Long Chain Triglycerides) dapat terjadi dalam keadaan lipase tidak ada atau kurang,mukosa usus halus(vili) atrofi atau rusak,gangguan system limfe usus.
Keadaan ini menyebabkan diare dengan tinja berlemak (steatore) dan malabsorbsi lemak. Dalam keadaan sehat absorbsi LCT dari usus halus bergantung pada beberapa factor. Hidrolisis dari LCT menjadi asam lemak dan gliserida terjadi di usus halus bagian atas dengan mempengaruhi lifase pankreas dan conjugated bile salts yang ikut membentuk micelles yaitu bentuk lemak yang siap untuk diabsorbsi. Sesudah masuk kedalam usus halus terjadi re-esterifikiasi dari asam lemak hingga kemudian terbentuk kilomikron yang selanjutnya diangkut melalui pembuluh limfe.
Malabsorbsi lemak dapat terjadi pada kelainan sebagai berikut:
a.Penyebab pancreas: fibrosis kistik, insufisiensi lifase pancreas
b.Penyakit hati: hepatitis neonatal, atresia biliaris, sirosis hepatis
c.Penyakit usus halus : penyakit seliak dan malabsorbsi usus (karna kelainan mukosa usus atau atrofi ), reseksi usus halus yang ekstensif (pada atresia volvulus, infrak masentrium ), enteritis regional, abetalipoproteinemia (karna gangguan pembentukan kilomikron), yang tidak diketahui sebabnya, dsb
d.Kelainan limfe: limfangiektasis usus, gangguan limfe karna trauma, tuberculosis, kelainan congenital
e.Neonatus kurang bulan
Anak diduga menderita malabsobsi lemak bila tinja berlemak sehingga lembek, tidak berbentuk, bewarna coklat muda sampai kuning dan terlihat berminyak. Bertambahnya lemak didalam tinja atau disebut steatore dikatakan suatu hal yang pasti terjadi pada malabsorbsi lemak. Fese perlu diperiksa dilaboratorium.
Pengobatan ditujukan pada penyebab terjadinya malabsorbsi lemak. Untuk malabsorbsi lemaknya sendiri diberikan susu MCT (medium chain triglyceride).
Pada dasarnya pasien yang menderita diare karena faktor malabsorbsi adalah karena kepekaan atau alergi terhadap jenis atau zat makanan tertentu, seperti terhadap lemak, protein, dan pada seliak terhadap gandum. Perawatan selama diare seperti diare lainnya, tetapi yang penting penjelasan kepada orang tua agar tidak memberikan makanan atau susu tertentu yang menjadi penyebab diare.

2.1.3 Etiologi
a.Gangguan pencernaan dan absorbsi nutrient di dalam usus halus.
b.Kelainan yang berhubungan langsung dengan pencernaan makanan maupun karena kelainan yang secara langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan.
c.Penyakit-penyakit yang menyebabkan terhalangnya pencampuran yang tepat antara makanan dengan asam lambung dan enzim-enzim pencernaan
2.1.4 Patofisiologi
Malabsorbsi diakibatkan oleh tiga hal yaitu :
a.Gangguan fungsi percernaan (phase Intra Lumen)
Pada keadaan ini nutrient tidak dapat dipecahkan menjadi bentuk yang dapat diserap oleh villi-villi usus halus. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacharida glukosa. Protein diserap dalam bentuk asam amino. Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Gangguan ini terjadi bila :
1.Enzym lipase pancreas kurang.
2.Cairan lambung khususnya gasterin kurang.
3.Konjugasi garam empedu kurang.
Keadaan-keadaan ini dapat terjadi pada :
1.Sub total gastrectomy
2.Pankreatitis
3.Ca. Pankreas
4.Penyakit Lever
5.Obstruksi saluran empedu.
b.Gangguan Mukosa Usus Halus (Phase Mukosal).
Pada keadaan ini nutrient telah dibentuk menjadi bentuk-bentuk yang dapat diserap oleh villi-villi usus halus, namun bentuk-bentuk tidak dapat diserang oleh gangguan pada mukosa usus halus / villi-villi. Normalnya mukosa usus halus menghasilkan enzyme diantaranya enterokinase. Enzyme ini mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin, selanjutkan tripsin mengubah protein menjadi polypeptide. Mukosa usus menghasilkan enzyme disacharidase yaitu lactosa, maltosa dan sukrosa. Maltase mencegah maltose menjadi dua glukosa. Sukrose atau invertase memecah skrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Keadaan ini dapat terjadi pula pada :
1.Defisiensi Lactase
2.Celiac Disease, Tropical Sprue
3.Enteritis Alergic
4.Small Bowel Ischemic
5.Radiation Enteritis, Croh’s Disease
c.Gangguan pengangkutan Nutrien ke dalam pembuluh limpa dan pembuluh darah (Phase Transit).
Gangguan ini terjadi bila terdapat obstruksi limphatik seperti pada lymphoma dan gangguan supply darah seperti pada thrombus mesenteric superior.

2.1.5 Manifestasi Klinis
Berbagai macam tanda atau gejala pada Malabsorbsi, yaitu :
a.Feces tampak bercahaya, berminyak, licin dan terbatas, berbau (Steatorhoe)
b.Dalam air feces mengapung
c.Berat badan rendah
d.Pucat, lemas, badan lesu
e.Anorexia
f.Mudah terkena infeksi
g.Mudah berdarah (Echynosis,hematuria)
h.Nyeri otot / tulang
i. Tulang rapuh, mudah terkena fraktur
j. Kulit kasar dan kering, hyperfigmentasi
k.Flatulence
l. Hypokalsemia, anemi
m.Pheriperal, neuritis
n. Edema periper.

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi jangka panjang meliputi komplikasi nutrisi parentral:
a.Infeksi kateter sentral
b.Trombosis
c.Hepatotoksisitas
d.Batu empedu
e.Defisiensi vitamin B1

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
a.Pengukuran PH.
b.Penentuan kadar gula dalam tinja.
c.Laktosa loading test(tes toleransi),misalnya pasien puasa,diukur kadar gula darahmya kemudian diberi laktosa 2 gr/kg BB.Gula darah diperiksa setiap ½ jam sampai 2 jam lamanya.Hasil dianggap positif bila selama 2 jam didapat hasil kurang dari 25 mg%.
d.Barium meal lactoce.Pasien dipuasakan,pemeriksaan dilakukan dibagian radiologi.
e.Biopsi usus,hasil akan menunjukkan kelainan berupa atrofi mukosa usus berbagai derajat dan kelainan lainnya.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis
a.Diet
Tinggi kalori dan protein serta rendah lemak.Menghindarkan makanan makanan yang mengandung penyebab malabsorbsi seperti susu yang banyak mengandung lactose (Intoleranse Lactose).
b.Medikamentosa
Pada Malabsorbsi congenital,terapibersifat symptomatic seperti pemberian preparat besi dan vitamin pada klien anemi serta transpusi darah bila perlu.Terapi pada malabsorbsi yang didapat ditujukan pada etiologi seperti enteritis kronis yang menyebabkan kerusakan mukosa halus. Obstruksi pancreas yang menyebabkan enzyme-enzym pancreas tidak dapat masuk ke dalam usus halus.
c.Penyuluhan
Ditujukan kepada klien dan keluarga. Mencakup penyakit dan diet yang diperlukan. Perawatan membantu klien dalam mengatasi perubahan pola makan
                                                        
3.              ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA SINDROM MALABSORBSI

3.3.1 Pengkajian
Dilakukan secara sistematis yang berisikan informasi objektif dan subjektif yang meliputi :
a.Identitas diri yang berisikan nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, suku bangsa, agama, status perkawinan, nomor RM , tanggal masuk, alasan masuk, dll.
b.Riwayat kesehatan meliputi :
1.Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi riwayat yang pernah diderita, pengalaman riwayat di rumah sakit, penyakit lain yang pernah diderita.
2.Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi alasan masuk RS, keluhan utama yang dirasakan saat ini yang mliputi sakit tenggorokan dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, rasa tidak nyaman umum, dan keletihan.
3.Riwayat Kesehatan keluarga
Meliputi adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami hal seperti ini, riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular pada keluarga.
c.Pemeriksaan fisik :
1.Rambut dan Hygiene kepala
Rambut hitam,bau tidak ada, rambut tumbuh subur dan kulit kepala bersih
2.Mata
Meliputi keadaan konjunktiva anemis, mata cekung, dll
3.Hidung
Meliputi pemeriksaan septum hidung, sekret atau benda asing lainnya
4.Mulut
Meliputi pemerikasaan rongga mulut yang menandakan apakah bau mulut atau ada caries, kebersihan lidah dan tidak adanya peradangan
5.Leher
Meliputi kelenjar getah bening dan submandibular disekitar leher terjadi peradangan atau tidak
6.Thorax
Meliputi bentuk thorax, jenis pernafasan, frekuensi nafas yang cepat, dan dangkal dan suara nafas
7.Abdomen
Klien dengan biasanya yang diperiksa tidak terjadi pembesaran pada abdomen / auskultasi peristaltik usus 20 kali / l pada palpasi tidak terasa masa dan perut terasa tegang. Pada perkusi berbunyi timpani
8.Kulit
Meliputi kebersihan kulit, dan turgor kulit yang jelek
9.Genitalia
Meliputi kelengkapan genitalia
d.Aktivitas Sehari – hari :
1.Pola Eliminasi,
Pemeriksaan frekuensi BAK dan BAB
2.Pola Istirahat,
Kebutuhan istirahat klien terganggu karena sering kali nyeri sakit di tenggorokan
3.Pola Nutrisi,
Kebutuhan Nutrisi terganggu karena tidak nafsu makan diakibatkan sulit menelan dan sakit di tenggorokan
4.Personal Hygiene,
Kebersihan mulut terganggu diakibatkan sakit di tenggorokan
3.3.2 Diagnosa Keperawatan
a.Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
b.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
c.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.
3.3.3 Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Mandiri
§Kaji intake diet, Ukur pemasukan diit, timbang berat badan tiap minggu.
§Berikan makanan sedikit dan sering sesuai dengan diet.
§Tawarkan perawatan mulut (berkumur/gosok gigi) dengan larutan asetat 25 % sebelum makan.
§Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural.
§Motivasi pasien untuk menghabiskan diet, anjurkan makan-makanan lunak.
§Berikan bahan penganti garam pengganti garam yang tidak mengandung amonium.
§Berikan obat sesuai dengan indikasi : Tambahan vitamin, thiamin, besi, asam folat dan Enzim pencernaan.
Kolaborasi
§Pemberian antiemetik
§Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum, gejala uremik (mual, muntah, anoreksia, dan ganggguan rasa) dan pembatasan diet dapat mempengaruhi intake makanan, setiap kebutuhan nutrisi diperhitungan dengan tepat agar kebutuhan sesuai dengan kondisi pasien, berat badan ditimbang untuk mengetahui penambahan dan penuruanan berat badan secara periodik.
§Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik.
§Membran mukosa menjadi kering dan pecah. Perawatan mulut menyejukkan, dan membantu menyegarkan rasa mulut, yang sering tidak nyaman pada uremia dan pembatasan oral. Pencucian dengan asam asetat membantu menetralkan ammonia yang dibentuk oleh perubahan urea.
§Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, maka dapat meningkatkan nafsu makan pasien.
§Membantu proses pencernaan dan mudah dalam penyerapan makanan, karena pasien mengalami gangguan sistem pencernaan.
§Garam dapat meningkatkan tingkat absorsi dan retensi cairan, sehingga perlu mencari alternatif penganti garam yang tepat.
§Hati yang rusak tidak dapat menyimpan Vitamin A, B kompleks, D dan K, juga terjadi kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan anemia.
§Untuk menghilangkan mual / muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan terjadi peningkatan energi dan partisipasi klien dalam aktivitas.
Mandiri
§Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).
§Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.
§Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara bertahap.
§Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
§Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien.
§Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri.
3
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Integritas kulit klien dalam keadaan baik
Mandiri
§Batasi natrium seperti yang diresepkan.
§Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
§Ubah posisi tidur pasien dengan sering.
§Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.
§Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus.
§Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya.
§Meminimalkan pembentukan edema.
§Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma.
§Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.
§Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.
§Meningkatkan mobilisasi edema.
§Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar.


3.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
3.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi iniadalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatandengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1.Berhasil                         : perilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2.Tercapai sebagian         : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3.Belum tercapai.             : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan
tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar