Dafter isi

t;

Kamis, 06 Juni 2013

SALPINGITIS

Definisi
Salpingitis adalah terjadinya inflamasi pada tuba fallopi. Tuba fallopi perpanjangan dari uterus, salpingitis adalah salahsatu penyebab umum terjadinya infertilitas pada wanita. Hal ini sering digunakan secara sinonim dengan penyakit radang panggul (PID), meskipun PID tidak memiliki definisi yang akurat dan dapat merujuk pada beberapa penyakit pada saluran kelamin bagian atas perempuan, seperti endometritis, ooforitis, myometritis, parametritis dan infeksi pada panggul peritoneum. Sebaliknya, salpingitis hanya merujuk infeksi dan peradangan di saluran tuba.
Ketika peradangan terjadi, ekstra cairan sekresi atau nanah terkumpul di dalam tabung tuba. Infeksi dari salah satu tabung tuba biasanya menyebabkan infeksi lain. Hal ini terjadi karena bakteri bermigrasi melalui pembuluh getah
bening di dekatnya.
Salpingitis adalah salah satu penyebab paling umum infertilitas wanita. Jika salpingitis tidak segera diobati, infeksi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada tuba falopi sehingga telur dilepaskan setiap siklus mestruasi tidak bisa bertemu dengan sperma.Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera,  maka infeksi iniakan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi secara permanen sehingga sel telur yang dikeluarkan dari ovarium tidakdapat bertemu dengan sperma. Tanpa penanganan yang cepat infeksi bisa terjadi secara permanen merusak tuba fallopisehingga sel telur yang dikeluarkan pada proses menstruasi tidak bisa bertemu dengan sperma
Ada dua jenis dari salpingitis :
1.      Salpingitis akut : pada salpingitis akut, tuba fallopi menjadi merah dan bengkak, dan keluar cairan berlebihsehingga bagian dalam dinding tuba sering menempel secara menyeluruh. Tuba bisa juga menempel padabagian intestinal yang terdekat.Kadang-kadang tuba fallopi penuh dengan pus. Hal yang jarang terjadi, tuba rupture dan menyebabkan infeksi yang sangat berbahaya pada kavum abdominal (Peritonitis).
2.      Salpingitis Kronis : Biasa nyamengikuti gejala akut. Infeksi terjadi ringan, dalam waktu yang panjang dantidak menunjukan banyak tanda dan gejala.
Salpingitis atau radang tuba fallopi merupakan bagian dari penyakit radang panggul atau pelviksitis. Sejarah salpingitis (radang tuba fallopi) adalah yang tertinggi terkait dengan relatif risiko ketidaksuburan. Kira-kira satu sampai tiga perempuan menunjukkan hasil evaluasi ketidaksuburan yang memperlihatkan tanda-tanda dan gejala bahwa masalah itu disebabkan berkenaan dgn kandungan atau tuba fallopi yang abnormal. Tuba fallopi yang mengalami penyumbatan atau menjadi rusak dapat mengurangi kesuburan dengan mencegah sperma mencapai telur atau mencegah telur mencapai rahim.
Ketidaksuburan pada tuba fallopi juga dapat timbul setelah terjadinya infeksi keguguran, infeksi pada saat melahirkan anak, radang selaput perut atau operasi. Kemandulan yang disebabkan oleh beberapa faktor-faktor ini sebagian dapat dicegah. Ketidaksuburan pada tuba fallopi kadang-kadang dapat ditindak dengan melakukan operasi, tetapi jika hal ini tidak memungkinkan, ataujika operasi ini gagal, IVF (In Vitro Fertilisation) atau program bayi tabung mungkin merupakan sebuah solusi. Operasi tuba fallopi merupakan prosedur yang melibatkan anestesi secara umum dan seringkali berlangsung selama beberapa jam. Operasi biasanya dilakukan dengan bantuan mikroskop. Keberhasilan dari operasi sekitar 45% kalau masalahnya ada pada akhir saluran tuba, tetapi hanya 20-25% bila masalahnya pada penyumbatan fimbrial di ujung saluran tuba fallopi, dekat dengan ovaries.
Salpingitis akut dapat segera didiagnosis jika semua tanda dan gejala objektif terdapat dan sesuai. Tetapi, sejumlah keadaan lain dapat menyerupai keseluruhan atau sebagian spektrummanifestasi yang biasa ditemui. Adalah kesalahan serius mendiagnosis selpingitis pada wanitayang sebenarnya tidak menderitanya. Hal ini tidak hanya menempatkan wanita pada regimen terapi antibiotik yang lama dengan resiko dan biayanya, terapi memperlambat penemuan diagnosis yang sebenarnya dan penatalaksanaanya. Selain itu, dokter cenderung menganggap tiap gangguan pelvis di masa mendatang disebabkan karena infeksi ini. Carilah riwayat pemaparan penyakit menular seksual yang terjadi sekarang atau di masa lampau terutama infeksi gonokokus atau klamidia, penyakit peradangan pelvis yang tercatat baik, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim atau infeksi pasca abortus atau pasca persalinan.
Insiden
Lebih dari satu juta kasus salpingitis akut dilaporkan setiap tahun di AS, namun jumlah insiden ini mungkin lebih besar, karena metode pelaporan tidak lengkap dan terlalu dini dan bahwa banyak kasus dilaporkan pertama ketika penyakit itu telah pergi begitu jauh bahwa mereka telah mengembangkan kronis komplikasi. Bagi wanita berusia 16-25, salpingitis adalah infeksi serius yang paling umum.Ini mempengaruhi sekitar 11% dari wanita usia reproduktif. Salpingitis memiliki insiden yang lebih tinggi di antara anggota kelas-kelas sosial ekonomi rendah. Namun, hal ini dianggap sebagai akibat dari debut seks sebelumnya, beberapa mitra dan kemampuan rendah untuk menerima perawatan kesehatan yang layak bukan karena faktor resiko independen untuk salpingitis. Sebagai akibat dari peningkatan risiko karena beberapa mitra, prevalensi salpingitis tertinggi untuk orang yang berusia 15-24 tahun. Penurunan kesadaran gejala dan kurang kemauan untuk menggunakan alat kontrasepsi juga umum dalam kelompok ini, meningkatkan terjadinya salpingitis.
Organisasi Kesehatan Dunia telah menerbitkan data tentang jumlah kasus tentang gonore dan klamidia di seluruh dunia tahun 1995. Pada tahun itu, sekitar 31 juta kasus infeksi gonore dan 22,5 juta kasus infeksi clamydia, merupakan organism penyebab utama salpingitis dan terjadi padawanita di seluruh dunia. Secara geografis sebagian besar kasus ini berada di Negara berkembang. Prevalensi tertinggi berada di sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara, dengan terendah di Asia Timur dan Pasifik. Selain itu, komplikasi penyakit menular seksual, termasuk salpingitis lebih umum di Negara-negara dengan sumber daya yang lebih miskin.
Etiologi
Kondisi ini tidak diketahui, kemungkinan penyebabnya adalah karena seperti proses pasca-inflamasi distorsi dan adenomiosis . Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan nodul tersebar kelenjar epitel tuba dikelilingi oleh area – area muskularis. Pada hysterosalpingography, diagnosis mungkin bingung dengan endometriosis tuba, bagaimanapun, adanya epitel tuba yang melapisi kelenjar pada aturan pemeriksaan histopatologi yang keluar adalah endometriosis .  hiperplasia endometrium kompleks terlihat pada kasus dapat yang dikaitkan dengan pengobatan hormonal yang digunakanuntuk infertilitas. Komplikasi salpingitis isthmica nodosa adalah infertilitas dan berulang kehamilan ektopik dan karenanya, salpingitis isthmica nodosa merupakan penyebab penting untuk dikesampingkan dalam kasus tersebut
Salpingitis disebabkan oleh bakteri penginfeksi. Jenis-jenis bakteri yang biasanya menyebabkan Salpingitis : Mycoplasma, staphylococcus, dan steptococus. Selain itu salpingitis bisa juga disebabkan penyakit menular seksualseperti gonorrhea,  Chlamydia, infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya biasa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (keroksn, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks . Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh Tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan ( laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks. Salpingitis adalah salah satu penyebab terjadinya infertilitas pada wanita. Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi sehingga sel telur rusak dan sperma tidak bisa membuahi sel telur. Radang tuba falopi dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah namaSalpingo-ooforitis atau Adneksitis untuk radang tersebut. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah dari jaringan-jaringan di sekitarnya.
Faktor Resiko
1.      Usia
Angka usia spesifik lebih tinggi pada remaja wanita anatar usia 15 sampai 19 tahun.
2.      Jumlah pasangan seksual
Wanita dengan banyak pasangan 4,6 kali cenderung lebih banyak terkena PID.
3.      Pasien PID sebelumnya
Pasien dengan PID 2,5 kali cenderung lebih banyak memiliki riwayat PID sebelumnya dari pasien tanpa PID.
4.      Remaja
Melakukan hubungan seksual pada usia muda
5.      Gonore pria
Pria yang tidak diobati merupakan sumber infeksi berulang dan infeksi baru.
6.      Faktor sosioekonomi yang rendah
Komplikasi
Komplikasi potensial yang dapat terjadi akibat salpingitis meliputi ooforitis, peritonitis, piosalping, abses tuboovarium, tromboflebitis septik, limfangitis, selulitis, perihepatitis, dan abses didalam ligamentum latum, Infertilitas dimasa depan, dan kehamilan ektopik akibat kerusakan tuba. Di antara sebab-sebab yang paling banyak terdapat ialah infeksi gonorea dan infeksi puerperal dan post abortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh teberkulosis. Selanjutnya bias timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (kerokan, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
-       Infeksi lebih lanjut - infeksi dapat menyebar ke struktur di dekatnya, seperti indung telur atau rahim.
-       Infeksi pasangan seks - mitra wanita atau mitra bisa mengontrak bakteri dan terinfeksi juga.
-  Tubo-ovarium abses - sekitar 15 persen dari wanita dengan salpingitis mengembangkan abses, yang membutuhkan rawat inap.
-     Kehamilan ektopik - tabung falopi diblokir mencegah telur dibuahi memasuki rahim. Embrio kemudian mulai tumbuh di dalam ruang terbatas dari tabung falopi. Risiko kehamilan ektopik untuk wanita dengan salpingitis sebelumnya atau bentuk lain dari penyakit radang panggul (PID) adalah sekitar satu dari 20.
-       Infertilitas - tabung tuba dapat menjadi cacat atau bekas luka sedemikian rupa bahwa telur dan sperma tidak dapat bertemu. Setelah satu serangan PID salpingitis atau lainnya, risiko seorang wanita infertilitas adalah sekitar 15 persen. Ini meningkat sampai 50 persen setelah tiga bulan.
Penanganan yang tidak serius, salpingitis bisa menyebabkan beberapa komplikasi meliputi :
1.   Kehamilan ektopik.
2.   Infeksi yang terjadi didaerah terdekat dengan tuba fallopi, seperti ovarium atau uterus.
3.   Infertilitas.
4.   Menginfeksi orang yang diajak berhubungan seksual.
Patofisiologi
Infeksi biasanya berawal pada bagian vagina, dan menyebar ke bagian tuba fallopi. Infeksi dapat menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi pada salah satu tuba fallopi biasanya menyebabkan infeksi yang lain. Pada beberapa kasus, salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Mycoplasma, Staphylococcus, dan Streptococcus. Selain itu salpingitis dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia.
Infeksi ini dapat terjadi sebagai berikut :
  • Naik dari cavum uteri
  • Menjalar dari alat yang berdekatan sepert dari apendiks yang meradang
Haematogen terutama salpingitis tuberculosa. Salpingitis biasanya bilateral.Bakteri dapat diperkenalkan dalam berbagai cara, termasuk:
  1. Hubungan seksual
  2. Penyisipan sebuah IUD (perangkat intra-uterus)
  3. Keguguran
  4. Aborsi
  5. Melahirkan
  6. Apendisitis
Salpingitis adalah salah satu penyebab terjadinya infertilitas pada wanita. Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi sehingga sel telur rusak dan sperma tidak bisa membuahi sel telur. Radang tuba falopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk radang tersebut. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah dari jaringan-jaringan di sekitarnya.
Tanda dan Gejala
Ada pun tanda dan gejala dari salpingitis adalah :
1.      Nyeri pada kedua sisi perut
2.      Demam
3.      Mual muntah
4.      Kelainan pada vagina seperti perubahan warna yang tidak seperti orang normal atau berbau.
5.      Nyeri selama ovulasi.
6.      Sering kencing
7.      Low Back Pain
8.      Disminorhoe
9.      Nyeri Abdomen : nyeri andomen bagian bawah merupakan gejala yang paling dapat dipercaya dari infeksi pelvis akut. Pada mulanya rasa nyeri unilateral, bilateral, atau suprapubik, dan sering berkembang sewaktu atau segera setelah suatu periode menstruasi. Keparahan meningkat secara bertahap setelah beberapa jam sampai beberapa hari, rasa nyeri cenderung menetap, bilateral pada abdomen bagian bawah, dan semakin berat dengan adanya pergerakan
10.  Perdarahan pervaginam atau sekret vagina : perdarahan antar menstruasi atau meningkatnya aliran menstruasi atau kedua-duanya dapat merupakan akibat langsung dari endometritis atau pengaruh tidak langsung dari perubahan – perubahan hormonal yang berkaitan dengan ooforitis. Sekret vagina dapat disebabkan oleh servitis.
11.  Gejala – gejala penyerta : menggigil dan demam lazim ditemukan. Anoreksia, nausea dan vomitus berkaitan dengan iritasi peritoneum. Disuria dan sering kencing menunjukkan adanya keterkaitan dengan uretritis dan sistitis. Nyeri bahu atau nyeri kuadrak kanan atas mungkin merupakan gejala dari peripheral gonokokus.
12.  Riwayat menstruasi : menstruasi dapat meningkat dalam jumlah dan lamanya, salpingitis dapat menjadi simptomatik pada hari keempat atau kelima dari siklus menstruasi.
13. Tanda-tanda perluasan infeksi:
  • Nyeri semakin hebat
  • Adanya peningkatan suhu tubuh
Tes Diagnostik
a)   Pemeriksaan umum
1.Suhu biasanya meningkat
2.Tekanan darah normal
3.Denyut nadi cepat
b)   Pemeriksaan abdomen
1.Nyeri perut bawah
2.Nyeri lepas
3.Rigiditas otot
4.Bising usus menurun
5.Distensi abdomen
c)   Pemeriksaan inspekulo
Tampak sekret purulen di ostium serviks
d)  Pemeriksaan laboratorium
Leukosit cenderung meningkat.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara cermat untuk membantu membedakan diantara beberapa keadaan yang berbeda yang diwakili oleh gambaran klinis. Tentukan dengan pemeriksaan abdomen apakah terdapat tanda-tanda peritonitis, termasuk difans muskular (infoluntary guarding), nyeri langsung, nyeri alih, dan nyeri lepas, tanda psoas yang positif, dan nyeri pada sudut kostovertebral. Lakukan pemeriksaan pelvis yang cermat dan hati-hati, termasuk pemeriksaan bimanual palpasi rektal dan vaginal, carilah informasi untuk mendapatkan lokasi yang tepat dan sifat proses penyakit, catatlah adanya rasa sakit pada palpasi juga dengan menggerakkam serviks ke satu sisi atau sisi lainnya. Tentukan adanya massa atau penebalan adneksa. Jika ditemukan massa dan konfirmasikan melalui pemeriksaan ultrasonografi, pasien harus diperiksa untuk abses tubo-ovarium dan ditangani dengan tepat.
Lakukan usaha untuk menunjukkan penyebab nyeri pelvis tentukan apakah polanya rekuren, progresif dan berhubungan dengan menstruasi, misalnya, sebagai kemungkinan tanda endometriosis, atau akut, intermiten dan disertai dengan nyeri pinggang dan disuria, yang menggambarkan pielitis, atau urolitiasis. Mungkin sulit untuk membedakan pielonefritis dari salpingitis karena dapat terjadi iritasi uriter jika tuba yang mengalami inflamasi terletak (atau menempel) pada tepi posterior ligamentum latum dimana menyilang uriter. Carilah penjelasan laboratories dengan melakukan sekurangnya hitung darah lengkap, hitung diferensial, laju endap darah, dan urinalisis. Ingatlah bahwa beberapa proses peradangan noninfeksius, seperti nekrosis jaringan avaskular yang berhubungan dengan torsio atau infark adneksa, dapat menyebabkan efek sistemik yang diketahui dari likositosis, pergeseran hitung diferensial, dan peningkatan laju endap darah. Ingatlah juga bahwa  petanda laboratorium untuk infeksi dapat timbul lebih lambat pada kasus salpingitis; petanda tersebut dapat timbul beberapa jam setelah gejala klinis (bahkan beberapa hari), sehingga memberikan banyak keraguan. Konsentrasi serum C-protein fase akut seringkali sangat menolong dalam keadaan ini. Perubahan menstruasi, tanda-tanda yang mengarahkan pada kehamilan, nyeri bahu, atau tenesmus memerlukan pertimbangan yang serius adanya kehamilan ektopik. Lakukan tes kehamilan, lebih disukai pengukuran human chronic gonadotropin (hCG) subunit-beta, dan pemeriksaan ultrasonografi jelas diperlukan pada keadaan ini.
Tes Laboratorium
1. Hitung darah lengkap dan Apusan darah: hitung leukosit cenderung meningkat dan dapat sampai 20.000 dengan peningkatan leukosit polimorfonuklear dan peningkatan rasio bentuk batang dengan segmen. Kadar hemoglobin dan hemokrit biasanya dalam batas-batas normal. Penigkatan kadarnya berkaitan dengan dehidrasis.
2. Urinalisis: biasanya normal.
Data diagnostic tambahan yang dapat dilakukan
Pewarnaan gram endoserviks dan biakan : diplokokus gram-negatif intraseluler pada asupan pewarnaan gram baik dari cairan serviks ataupun suatu AKDR dengan pasien dengan salphingitis simptomatik merupakan penyokong adanya infeksi neisseria yang memerlukan pengobatan. Biakan bakteriologi diperlukan untuk identifikasi positif neisseria gonorrhoeae.Laparoskopi untuk melihat langsung gambaran tuba fallopi.Pemeriksaan ini invasive sehingga bukan merupakan pemeriksaan rutin. Untuk mendiagnosis penyakit infeksi pelvis, bila antibiotik yang diberikan selama 48 jam tak memberi respon, maka dapat digunakan sebagai tindakan operatif.
Diagnosis banding
Kehamilan ektopik, tidak ada demam, KED tidak tinggi, dan leokositose tidak seberapa. Kalau test kehamilan positif, maka adneksitis dapat dikesampingkan, tapi kalau negatif keduanya mungkin.Apendiksitis : tempat nyeri tekan lebih tinggi (Mc burney) Salpingitis menjalar ke ovarium hingga terjadi oophoritis. Salpingitis dan oophoritis diberi nama adneksitis.

Pengobatan
Pngobatan penyakit salpingitis dilakukan dengan pemberian antibiotic (sesering mungkin sampai beberapa minggu).Antibiotik dipilih sesuai dengan mikroorganismenya yang menginfeksi. Pasangan yang diajak hubungan seksual harusdievaluasi, disekrining dan bila perlu dirawat,  untuk mencegah komplikasi sebaiknya tidak melakukan hubungan seksualselama masih menjalani perawatan untuk mencegah terjadinya infeksi kembali. Perawatan dapat dilakukan dengan beberapacara yaitu :
1.   Antibiotik untuk menghilangkan infeksi, dengan tingkat keberhasilan 85% dari kasus.
2.   Perawatan di rumah sakit memberikan obat antibiotic melalui intravena (infuse).
3.   Pembedahan dilakukan jika pengobatan dengan antibiotic menyebabkan terjadinya resistan pada bakteri
4.   Berobat jalan
Jika keadaan umum baik, tidak demam. Berikan antibiotic : Cefotaksitim 2 gr IM atau amoksisilin 3 gr peroral atau ampisilin 3,5 per os atau prokain ampisilin G dalam aqua 4,8 juta unit IM pada 2 tempat. Masing-masing disertai dengan pemberian probenesid 1gr per os, diikuti dengan dekoksisiklin 100 mg per os dua kali sehari selama 10-14 hari serta tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari (dekoksisilin dan tetrasiklin tidak digunakan untuk ibu hamil).
5.   Tirah baring
Kunjungan ulang 2-3 hari atau jika keadaan memburuk.
6.   Rawat inap : Jika terdapat keadaan-keadaan yang mengancam jiwa ibu.
Untuk menekan kerusakan permanen pada anatomi dan fungsi tuba, pasien dengan salpingitis akut harus diterapi secepat mungkin dan agresif dengan regimen antibiotika yang sesuai. Lakukan kultur terlebih dahulu, tetapi ketahuilah terdapat korelasi yang buruk antara organisme yang ditemukan dari kultur serviks dan yang terdapat serta aktif di dalam tuba. Salpingitis seringkali ditemukan berkaitan dengan organisme polimikroba aerobik dan anaerobik, kemungkinan sebagai patogen sekunder. Pemilihan antibiotik harus melihat hal tersebut. Diskusikan kemungkinan masalah yang terjadi di masa mendatang seperti infertilitas, kehamilan ektopik, nyeri pelvis kronis, rekurensi, dan pembentukan abses dengan tujuan memberitahukan pasien bahwa ia sangat berperan mengenai keadaannya dan prognosisnya. Dengan cara ini, pasien dapat melakukan tindakan untuk menghindarkan infeksi ulang dan mengetahui serta sadar tentang kemungkinan komplikasi.asien yang menderita salpingitis periodik akhirnya akan timbul kerusakan juga yang tidak dapat diperbaiki lagi dengan penutupan bagian distal dan proksimalnya, sehingga menyebabkan hidrosalping, piosalping, atau abses tubo-ovarium. Pasien perlu diberitahu mengenai keuntungan abstinensia seksual sebagai cara untuk membantu mengoptimalkan penyembuhan atau penggunaan kontrasepsi barier untuk menekan resiko infeksi ulang. Nyeri pelvis yang kronis terutama jika disertai dengan piosalping rekuren, memerlukan intervensi bedah untuk mengangkat organ yang rusak. Waktu yang terbaik untuk pembedahan adalah saat proses inflamasi menghilang secara maksimal di antara rekurensi.

1 komentar:

  1. terimakasih buat artikelnya... sangat bermanfaat sob...

    http://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-radang-panggul/

    BalasHapus