Dafter isi

t;

Minggu, 09 Juni 2013

AMENNORHEA

A. DEFINISI
Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. (kamus istilah kedokteran ) Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita.Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause.Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat (lihat artikel menstruasi
Amenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Amenorrhea fisiologik
Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi dan sesudah menopause.
2. Amenorrhea Patologik
a) Amenorrhea Primer
Wanita umur 18 tahun keatas pernah haid.
Penyebab : kelainan congenital dan kelainan genetic.
b) Amenorrhea Sekunder

Penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi.
Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi, metabolism, tumor, penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan stress psikologis.
  Pembagian berdasarkan penyebabnya sesuai dengan fisiologi haid, maka ada empat kompartemen yang mengalami gangguan sehingga terjadi amenorea, yaitu :
I.                   Kompartemen IV susunan saraf pusat
a. Amenorea hipotalamik
Adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan amenorea, hipoestrogenisme dan serum gonadotropin normal atau rendah.. Kelainan ini ditandai dengan pola sekresi berdenyut GnRH endogen yang abnormal oleh karena gangguan fungsional mekanisme saraf (sistim neurotransmiter pusat). Neurotransmiter yang turut mempengaruhi sekresi GnRH adalah opioid endogen seperti beta endorphin. Selama siklus menstruasi yang normal terbukti terjadi peningkatan kadar beta endorphin mencapai maksimal pada saat pre ovulasi dan akan mengalami penurunan segera setelah terjadi ovulasi. Peningkatan sekresi opioid diduga menyebabkan terjadi amenorea hipotalamik pada beberapa wanita, karena blokade pada reseptor opiat terbukti meningkatkan frekuensi dan amplituda sekresi LH. Penelitian dengan immortalized human GnRH-secreting neuron cell lines menunjukkan sel neuron yang mensekresi GnRH memiliki reseptor opiat dan penelitian lain pada hewan coba menunjukkan bahwa blokade pada reseptor tersebut dapat merangsang terjadinya amenorea.  Timbulnya amenorea hipotalamik yang ditandai dengan perubahan sekresi LH yang berfluktuasi  tersebut menggambarkan hipersensitivitas neuron yang mensekresi GnRH terhadap perubahan kadar opioid. Pada wanita dengan amenorea hipotalamik, sekresi  LH yang berfluktuasi tersebut tidak cukup untuk merangsang terjadinya ovulasi maupun folikulogenesis.. Sekresi GnRH dipengaruhi juga oleh norepinephrine. Diduga opiat endogen menekan rangsangan norepinephrine pada neuron hipotalamus untuk mensekresi GnRH.
Gaya hidup yang sering dihubungkan dengan terjadinya amenorea hipotalamik seperti olah raga, stres dan penurunan berat badan terbukti merangsang perubahan kadar beta endorphin plasma yang akan mempengaruhi neuron yang mensekresi GnRH pada hipotalamus. Di Amerika Serikat amenorea hipotalamik ini diperkirakan 48% sebagai penyebab amenorea sekunder dan mempunyai makna klinis yang penting karena hipoestrogenisme yang terjadi dihubungkan dengan penurunan densitas tulang atau osteoporosis.
Penanganan amenorea hipotalamik tergantung dari faktor penyebab yang mendasarinya. Penyebab organik diobati  dengan mengkoreksi penyebabnya, sedangkan kelainan fungsional dapat diobati dengan konseling, psikoterapi, misalnya dengan miminimalkan stresor lingkungan dan mengubah gaya hidup serta penggunaan obat-obat psikofarmaka. Pemberian estrogen dan progesteron siklik dapat diberikan agar wanita tersebut tetap berfungsi sebagai wanita.
b.      Anoreksia Nervosa
Suatu gangguan tingkah laku yang berat dimana terjadi perubahan endokrin sekunder sebagai akibat gangguan psikologis dan gizi, ditandai oleh malnutrisi yang berat dan hipogonadotropisme. Penanganan psikiatrik dengan psikoterapi dan obat-obatan antidepresan serta perawatan di rumah sakit.
c.       Amenorea pada atlet
Amenorea terjadi oleh karena aktifitas fisik yang berat dan terjadi kehilangan berat badan. Umumnya kelainan menstruasi ini akan hilang dengan mengurangi aktifitas fisik dan kembali keberat badan alami.
II. Kompartemen III Hipofisis (Amenorea hipofisis)
     Kecurigaan adanya gangguan pada kompartemen III terlebih dahulu harus difokuskan pada adanya tumor hipofise. Kecurigaan adanya tumor hipofise meningkat bila dalam pemeriksaan dijumpai tanda klinis akromegali (karena sekresi hormon pertumbuhan yang berlebihan) dan penyakit Cushing’s (karena sekresi ACTH yang berlebihan). Amenorea dan atau galaktorea dapat mengawali tanda klinis akromegali dan penyakit Cushing’s. Sebagian besar penderita denganadenoma hipofise mengalami penurunan kadar gonadotropin karena tekanan tumor pada hipofise dan peningkatan sekresi prolaktin (akibat ketidakmampuan dopamin mencapai hipofiseanterior).
      Penyebab lain amenorea hipofisis adalah adanya guma, tuberkuloma dan deposit lemak pada hipofise, serta insufisiensi hipofise akibat iskemia dan infark karena perdarahan (sindroma Sheehan).
Adenoma Hipofisis yg Mensekresi Prolaktin
            Merupakan adenoma hipofise yang paling seringditemukan.  Hanya 1/3 wanita dengan kadar prolaktin tingi akan mengalami galaktorea. Amenorea karena kadar prolaktin yang tinggi terjadi karena hambatan sekresi pulsatil GnRH  oleh prolaktin. Terapi yang diberikan adalah pengangkatan tumor atau supresi sekresi prolaktin dengan pemberian dopamin agonis (bromokriptin). Bromokriptin akan berikatan dengan reseptor dopamin dan akan bekerja menyerupai fungsi dopamin menghambat sekresi prolaktin.
             Penanganan amenorea hupofisis dengan memberikan hormon  yang kurang dan pemberian steroid seks secara siklik.
Sindroma Amenore Galaktore
            Merupakan kumpulan gejala klinis berupa amenorea dengan atau tanpa galaktorea sebagai akibat peningkatan kadar prolaktin. Prolaktin dihasilkan di anterior hipofisis dan pengeluaranya dipengaruhi oleh prolactin inhibiting factor (PIF).  Hiperprolaktinemia terajadi karena PIF tidak berfungsi pada keadaan-keadaan sebagai berikut : sekresi PIF berkurang karena gangguan hipotalamus, obat-obatan yang menghambat kerja PIF (fenotiazin, transquilizer atau psikofarmaka lain), estrogen, domperidone, simetidin, kerusakan system vena portal hipofisis, prolaktinoma dan hipertiroid. Sebagai akibat hiperprolaktinemia menyebabkan sekresi FSH dan LH berkurang, berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap FSH dan LH, memicu produksi air susu dan sintesis androgen di suprarenal serta osteoporosis. Hiperprolaktinemia yang berkepanjangan akan menyebabkan atrofi sel-sel hipofisis penghasil gonadotropin1,2,3.
            Diagnosis sindroma amenorea galaktorea adalah berdasarkan timbulnya gejala klinis amenorea dengan atau tanpa galaktorea, keluhan sakit kepala dan gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan laboratorium dijumpai serum prolaktin diatas normal( > 5 – 25 ng/ml), apabila serum prolaktin > 100 ng/ml kemungkinan dijumpai prolaktinoma. Bila diduga prolaktinoma maka  dapat dilakukan uji provokasi, antara lain :
1.  Uji dengan TRH : pemberian 100 – 500 ug TRH intravena tidak menunjukkan perubahan kadar prolaktin maka kemungkinan suatu prolaktinoma.
2        Uji dengan simetidin : apabila  pemberian 200 mg simetidin IV tidak menimbulkan peningkatan prolaktin.
3        Uji dengan domperidon : pemberian domperidon 10 mg iv tidak menyebabkan peningkatan prolaktin.
Jenis Pemeriksaan
Kadar Prolaktin

Prolaktinoma

Tanpa prolaktinoma
Uji TRH
Tidak meningkat
Meningkat 4-14 kali
Uji Simetidin
Tidak meningkat
Meningkat di atas kadar normal
Uji Domperidon
Tidak meningkat
Meningkat 8-11 kali
Pada prolaktinoma sebaiknya dilakukan pemeriksaan CT – scan  atau MRI.
            Obat yang paling banyak digunakan pada sindroma amenorea galaktorea adalah bromokriptin dengan dosis 1 x 2,5 mg pada kadar prolaktin 25 – 40 ng/ml atau 2 x 5 mg pada kadar prolaktin 50 ng/ml. Pemberiaan bromokriptin harus dilakukan pengawasan yang baik sehingga kadar prolaktin serum tidak berada dibawah nilai normal yang dapat mengganggu fungsi korpus luteum. Efek samping bromokriptin yang sering timbul adalah mual, pusing dan hipotensi. Pada penderita hiperprolaktinemia tanpa galaktorea maka pemberian bromokriptin tidak akan memberi efek apapun.
Amenorea hipogonadotrop dengan atau tanpa tumor hipofisis
Bila hormon FSH, LH dan prolaktin normal, penyebabnya adalah insufisiensi hipotalamus – hipofisis yang bisa disebabkan tumor hipofisis dan untuk membuktikannya perlu pemeriksaan radiologik.
Amenorea hipergonadotrop
Bila hormon FSH dan LH tinggi, prolaktin normal maka penyebab amenorea adalah di ovarium oleh karena insufisiensi ovarium, misalnya pada menopause prekok. Selanjutnya perlu dilakukan biopsi ovarium melalui laparoskopi.
III< KOMPARTEMEN II : AMENORE OVARIUM
            Penyebab amenorea pada ovarium adalah tidak terbentuknya kedua ovarium atau hipogenesis ovarium seperti pada sindroma Turner, pengangkatan kedua ovartium, ovarium polikistik, insufisiensi ovarium karena radiasi, sindroma ovarium resisten gonadotropin,  folikel persisten, tumor ovarium dan beberapa gangguan ekstragonad yang mengganggu fungsi ovarium, seperti : gangguan fungsi tiroid, diabetes mellitus, kekurusan (underweight), kegemukan (overweight), trauma psikogen. Penderita amenorea ovarium umumnya infertile dengan gambaran seks sekunder kurang terbentuk.
            Pengobatan untuk menekan sekresi FSH dapat diberikan estrogen dan progesteron atau estrogen saja secara siklik, bisa juga dengan pemberian GnRH analog selama 6 bulan.
IV. Kompartemen I : Amenorea akibat gangguan di saluran keluar kelamin wanita atau uterus (amenorea uteriner)
            Penyebab amenorea uteriner adalah aplasia uteri dan vagina, uterus hipoplasi, kelainan congenital, atresia serviks, atresia cavum uteri, kerusakan endometrium akibat kuretase, infeksi dan obat-obatan. Pada kasus atresia himen darah haid tidak dapat keluar, sehingga dapat terjadi pengumpulan darah haid di vagina (hematokolpos) atau di uterus  (hematometra) atau di tuba (hematosalping).
 Asherman Syndrome
      Sindroma yang terjadi karena  destruksi endometrium serta tumbuhnya perlekatan pada dinding kavum uteri sebagai akibat kerokan yang berlebihan, biasanya pada abortus atau postpartum. Penderita biasanya menderita amenorea sekunder, selain dapat terjadi abortus, dismenorea, hipomenorea dan infertilitas  dan untuk diagnosis pasti dapat dipastikan dengan histerogram. Diagnosis dengan histeroskopi lebih akurat dan dapat mendeteksi perlekatan minimal pada dinding kavum uteri yang tidak terdeteksi dengan histerogram.
            Penanganan sindroma asherman adalah melepaskan perlekatan dengan dilatasi serta kuretase atau histeroskopi dengan menghilangkan perlekatan memberi hasil yang lebih baik dan untuk mencegah perlekatan berulang dengan pemasangan IUD atau pediatric foley catether , serta pemberian antibiotika spectrum luas dan estrogen selama dua bulan.
 Mullerian anomali atau agenesis
Kelainan perkembangan tuba mulleri baik total atau sebagian. Keadaan ini perlu difikirkan pada penderita amenorea tanpa riwayat perdarahan pervaginam.
     Feminisasi testikular 
Suatu pseudohermafrodit pria dengan testis dan kariotipe XY. Ditandai amenorea primer, tidaka ada uterus dan tidak adanya rambut pubis dan aksila.
B. ETIOLOGI
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
1. Hymen Imperforata
Selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori
Rangsangan hormone – hormone yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.
3. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat badan .
• Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
• Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
• Endometrium tidak bereaksi
• Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan hepar dan ginjal.
Secara fisiologi ada empat kompartemen yang berperan dalam proses haid dan keempat kompartemen inilah yang menjadi dasar untuk mengevaluasi terjadinya amenorea, yaitu :
I.                   Kompartemen I : kelainan di saluran keluar kelamin sebagai target organ (uterus dan vagina).
II.                Kompatemen II : kelainan di ovarium
III.             Kompartemen III : kelainan di anterior hipofisis
IV.             Kompaetemen IV : kelainan karena faktor susunan sarap pusat (hipotalamus)
      Etiologi amenorea  adalah sangat kompleks, selain disebabkan kelainan endokrinologi bisa juga disebabkan faktor psikis atau penyakit sistemik lain. Secara umum penyebeb amenorea dibagi dalam sebelas bentuk :
No
Kelompok
Penyebab
I
Penyebab secara umum
Pubertas tarda
Insufisiensi kelenjar  hipofisis
Penyakit Non endokrinologik
Penyakit kronik
Intoksikasi
Kurang gizi
Kerja berat
II
Penyebab di vagina
Tidak ada uterus (total/partial)
Atresia himen
III
Penyebab di uterus
Tidak ada uterus
Kelainan congenital
Uterus hipoplasi
Atresia serviks
Atresia cavum uteri
Kerusakan endometrium akibat : kuretase, infeksi dan obat-obatan
IV
Penyebab di ovarium
Tidak ada ovarium
Hipogenesis ovarium
Pengangkatan ovarium
Ovarium polikistik
Insufisiensi ovarium (penyinaran)
Folikel persisten
Tumor ovarium
V
Penyebab di hipofisis
Insufisiensi sekunder : tumor, trauma, post partum (Sindrom Sheehan)
VI
Penyebab di ensefal
Insufisiensi sekunder : tumor , trauma, kegemukan, kekurusan (anoreksia nervosa)
VII
Penyebab di korteks
Trauma psikis
VIII
Penyebab di adrenal
Sindrom adrenogen akibat insufisiensi suprarenal dan tumor
IX
Penyebab di kelenjar tiroid
Hipotiroid/hipertiroid
X
Penyebab di pancreas
Kekurangan insulin
XI
Obat-obatan
Steroid seks atau obat yang meningkatkan kadar PRL
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
1) Tidak terjadi haid
2) Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
3) Nyeri kepala
4) Lemah badan
D. PATOFISIOLOGI
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual ( estrogen dan progesterone ) tidak tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya amenorrhea.Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin.Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun.Pada keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan.Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormone seperti osteoporosis.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perekatan dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, histerosal Pingografi, histeroskopi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar hprmone prolaktin dalam tubuh.
Anamnesis
Apabila dijumpai amenorea yang pertama  adalah menyingkirkan kemungkinan adanya kehamilan. Selanjutnya dilakukan anamnesis umur, usia menars, menstruasi terakhir, riwayat kelainan genetik dalam keluarga,  gangguan psikis atau stress emosional, aktifitas fisik berlebihan, menderita  penyakit diabetes mellitus, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi tiroid, diet, penambahan atau pengurangan berat badan, penggunaan psikofarmaka, obat-obatan untuk menurunkan atau menaikkan berat badan dan obat-obatan tradisional. Selain itu ditanyakan perubahan dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder serta keluarnya air susu ibu diluar masa purperium.
PEMERIKSAAN FISIK
            Meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan, status gizi, pertumbuhan payudara, tanda-tanda seks sekunder seperti pertumbuhan rambut pubis dan ketiak, perut membesar, jerawat, ketombe, pembesaran klitoris, deformitas toraks, bukti adanya penyakit SSP dan galaktorea (keluarnya air susu diluar masa purperium) .
Px. GINEKOLOGI
            Pada pemeriksaan penderita amenorea sangat penting disingkirkan kemungkinan kehamilan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan genitalia eksterna dan interna, termasuk tanda-tanda seks sekunder.
Langkah pertama untuk mencari penyebab amenorea, setelah kemungkinan kehamilan dapat disingkirkan adalah melakukan pemeriksaaan hormon TSH, prolaktin, dan uji progesteron. Apabila dijumpai galaktorea maka perlu dilakukan pemeriksaan hormon TSH, prolaktin dan rongent sella tursica. Tujuan pemeriksaan uji progesteron adalah untuk mengetahui kadar estrogen endogen dan saluran keluar alat reproduksi wanita. Bila kadar TSH meningkatkan maka segera dapat ditegakkan diagnosis hipotiroidisme. Kadar TSH dan prolaktin yang normal disertai adanya perdarahan withdrawal mengarah pada diagnosis tidak adanya ovulasi. Kadar prolaktin yang normal dapat menyingkirkan kemungkinan adanya tumor hipofise.
Langkah kedua bertujuan mencari penyebab perdarahan withdrawal negatif yaitu : dengan pemberian estrogen konjugasi diikuti dengan uji progesteron. Bila tidak ada perdarahan withdrawal maka diagnosis adanya defek pada kompartemen I (endometrium dan saluran keluar) dapat ditegakkan.
Langkah ketiga bertujuan mencari penyebab ketidakmampuan pasien memproduksi estrogen yang memadai berasal dari defek pada kompartemen II (ovarium) atau kompartemen III dan IV (aksis SSP-hipofise). Untuk memproduksi estrogen, diperlukan ovarium yang mengandung folikel normal dan gonadotropin dalam jumlah yang memadai untuk merangsang folikel. Pengambilan darah untuk menentukan kadar gonadotropin harus dilakukan 2 minggu setelah pemberian estrogen konjugat dan uji progesteron. Kadar FSH dan LH rendah sampai normal dihubungkan dengan amenorea hipotalamik sedangkan kadar FSH dan LH yang tinggi dihubungkan dengan kegagalan ovarium.
Kondisi Awal
FSH serum
LH serum
Wanita dewasa normal
5 – 30 IU/L, dengan kadar puncak saat ovulasi mencapai 2X kadar basal
5 – 20 IU/L dengan kadar puncak saat ovulasi mencapai 3X kadar basal
Pada keadaan hipogonadotropik :
-          masa pubertas
-          disfungsi hipotalamus-hipofise
< 5 IU/L
< 5 IU/L
Pada keadaan hipergonadotropik :
-          masa postmenopause
-          oophorektomi dan kegagalan ovarium
> 30 IU/L
> 40 IU/L
Uji hMG
 Dilakukan bila FSH dan LH sangat rendah, maka dilakukan uji hMG untuk memicu fungsi ovarium, dimana ovarium yang normal akan memproduksi estrogen yang dapat diperiksa melalui urin atau darah.
Hasil uji hMG positif : amenorea terjadi karena kurangnya produksi gonadotropin di hipofisis atau produksi LH-RH di hipotalamus  atau gangguan sentral.
Hasil uji hMG negatif : ovarium tidak memiliki folikel atau memiliki folikel tetapi tidak sensitip terhadap gonadotropin, seperti pada sindroma ovarium resisten.
            Bila FSH, LH normal sampai rendah dan prolaktin tinggi, maka diagnosis adalah amenorea hiperprolaktinemia dengan salah satu penyebab adalah tumor hipofisis (prolaktinoma). Pada amenorea normoprolaktin kadar prolaktin, FSH dan LH normal, maka selanjutnya dilakukan uji stimulasi dengan klomifen sitrat (uji klomifen) dengan memberikan 100 mg/ hari selama 5 – 10 hari. Uji klomifen positif bila setelah hari ketujuh pemberiaan klomifen terjadi peningkatan kadar FSH,LH dan estradiol. Hal ini menunjukkan fungsi hipofisis normal. Uji klomifen negatif selanjutnya dilakukan uji stimulasi dengan LH-RH untuk mengetahui fungsi parsial adenohipofisis, apakah sel-sel yang memproduksi FSH dan LH mampu mengeluarkan FSH dan LH bila diberikan LH-RH dari luar. Uji LH-RH dikatakan positif bila dijumpai kadar FSH dan LH normal atau tinggi setelah pemberian LH-RH dari luar. Hal ini berarti amenorea terjadi karena gangguan di hipotalamus, sedangkan apabila uji LH – RH negatip berarti gangguan terjadi di hipofisis.
G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab adalah kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk.Menurut beberapa penelitian dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.
Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar