A. Pengertian Adneksitis
Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD). Adnexa atau salpingo-ooporitis terbagi atas :
1. Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative. Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dariservik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.
2. Salpingo ooporitis kronika
Dapat dibedakan pembagian menjadi :
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.
b. Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya. Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah – tengah jaringan otot.
c. Salpingitis interstialis kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus.
d. Kista tubo ovarial
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.
e. Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberculosis genetalis.
B. Etiologi (penyebab)
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman. Radang alat genetalia mungkin lebih sering terjadi di negara tropis, karena:
1. Hygiene belum sempurna.
2. Perawatan persalinan dan abortus belum memenuhi syarat-syarat.
3. Infeksi veneris belum terkendali.
Infeksi alat kandungan/genetalia dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu keadaan sex. Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa, Hal 287.2007). Ditemukan 1:1000 kasus operasi ginekologik abdominal,dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80 tahun),dengan rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun dan terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.
C. Patofisiologi
1. Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datangdari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan – jaringan sekitarnya.
2. Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.
3. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal.
D. Tanda dan gejala
1. Gambaran klinik salpingo ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.
2. Gejala – gejala salpingo ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului oleh gejala – gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Penderita pada umumnya merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Haid pada umumnya lebih banyak dari biasanya dengan siklus yang sering kali tidak teratur, penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas dan dapat pula ditemukan dismenorea.
E. Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:
1. Jika terjadi ruptur atau abses ovarium.
2. Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan.
3. Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis akuta.
Gejala; nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam panggul/ reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina. Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada appendisitis akuta (pada titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan tetapi apabila proses agak meluas perbedaan menjadi kurang jelas.
F. Penatalaksanaan medis
Terapi sederhana dapat dilakukan dengan duduk diantara 2 sujud, dua tangan dikepala dipinggang, tarik nafas tangan ke pangkal paha lalu badan bungkuk, tangan putar simpan di pantat bawah dan tahan nafas dada dan keluar nafas dihidung badan tegak tangan ke paha dan simpan dipinggang 30 menit. Jika penyakitnya masih dalam keadaan subakut, penderita harus diberi terapi dengan antibiotika dengan spektrum luas. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Sudah barang tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan tidak dapat hilang sama sekali.
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis konika. Indikasi terapi ini adalah:
1. Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi dengan distermi keluhan tetap ada dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
2. Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3. Apabila ada tumor disebelah uterus dan setelah dilakukan beberapa seri terapi diatermi tuor tidak mengecil, sehingga timbul dugaan adanya hidrosalping, piosalping, kista tubo-ovarial dan sebagainya.
4. Apabila ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu untuk mengetahui apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
Terapi operatif kadang-kadang mengalami kesukaran berhubung dengan perlekatan yang erat antara tuba/ ovarium dengan uterus, omentum dan usus, yang memberi harapan yang terbaik untuk menyembuhkan penderita ialah operasi radikal, terdiri atas histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, hal ini hanya dapat dilakukan pada wanita yang hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda satu ovarium untuk sebagian atau seluruhnya perlu ditinggalkan, kadang-kadang uterus harus ditinggalkan dan hanya adneksa dengan kelainan yang nyata diangkat. Jika operasi dilakukan atas dasar indikasi infertilitas, maka tujuannya adalah untuk mengusahakan supaya fungsi tuba pulih kembali. Perlu dipikirkan kemungkinan diadakan in vitro fertilization. Terapi pada salpingo-ooforitis akuta bisa juga dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut penyakit menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta memerlukan terapi pembedahan.
G. Pencegahan
a. Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia anemia merupakan factor predisposisi infeksi nifas. Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya ketuban dan terjadi infeksi.
b. Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang menderita infeksi pernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang dipakai harus suci hama. Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah perdarahan. Usaha pencegahan untuk masuknya kuman dalam jalan lahir cegah terjadinya persalinan lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
c. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita yang sehat, pengunjun pada hari pertama dibatasi, dan semua alat yang berhubungan dengan genitalia harus suci hama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar