A
Karbohidrat
Butir-butir pati, salah satu
jenis karbohidrat cadangan makanan pada tumbuhan, dilihat
dengan mikroskop
cahaya.
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah
segolongan besar senyawa
organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki
berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama
sebagai bahan
bakar (misalnya glukosa), cadangan
makanan (misalnya pati pada tumbuhan
dan glikogen pada hewan),
dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan,
kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi
karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat
adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang
menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak
gugus hidroksil. Pada awalnya,
istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n,
yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n
molekul air.[3] Namun
demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada
pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.[2]
Bentuk molekul karbohidrat
paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang
disebut monosakarida, misalnya
glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak
karbohidrat merupakan polimer yang tersusun
dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula
bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya
pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula
disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).
Karbohidrat atau istilah kimianya ‘sakarida’
merupakan zat yang sangat penting untuk makhluk hidup. Zat ini digunakan oleh
tubuh untuk bahan bakar, cadangan makanan, serta bahan/materi pembangun.
Berdasarkan bentuk molekulnya, karbohidrat dapat dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu monosakarida, disakarida, polisakarida. Tumbuhan hijau juga memerlukan karbohidrat yang diperoleh dari karbon dioksida pada proses
fotosintesis.
Meskipun
begitu, sebagian orang ternyata mempunyai pantangan dalam mengonsumsi
karbohidrat, terutama bagi mereka yang sedang melakukan diet atau menderita penyakit diabetes. Meskipun begitu, bukan berarti kita yang masih sehat juga
harus ikut menghindari karbohidrat. Mengonsumsi karbohidrat tidak akan
membahayakan kesehatan kita jika kita mengetahui cara memilih karbohidrat yang
benar.Tubuh kita memang perlu karbohidrat, bahkan beberapa jenis karbohidrat
sangat baik untuk tubuh dan dapat menjadi pengontrol berat badan.
B Peran biologis
Dalam peran biologis karbohidrat
masih memiliki beberapa perenanan yaitu sebagai berikut:
a.
Peran dalam
biosfer
Fotosintesis menyediakan
makanan bagi hampir seluruh kehidupan di bumi, baik secara langsung atau tidak
langsung. Organisme autotrof seperti
tumbuhan hijau, bakteri, dan alga fotosintetik
memanfaatkan hasil fotosintesis secara langsung. Sementara itu, hampir semua
organisme heterotrof, termasuk manusia, benar-benar
bergantung pada organisme autotrof untuk mendapatkan makanan.[4]
Pada proses fotosintesis, karbon
dioksida diubah menjadi karbohidrat yang kemudian dapat digunakan untuk
mensintesis materi organik lainnya. Karbohidrat yang dihasilkan oleh
fotosintesis ialah gula berkarbon tiga yang dinamai gliseraldehida 3-fosfat.menurut
rozison (2009) Senyawa ini merupakan bahan dasar senyawa-senyawa lain yang
digunakan langsung oleh organisme autotrof, misalnya glukosa, selulosa, dan
amilum.
b.
Peran sebagai
bahan bakar dan nutrisi
Karbohidrat
menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup. Monosakarida,
khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Misalnya,
pada vertebrata, glukosa
mengalir dalam aliran darah sehingga
tersedia bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa dan
mengambil tenaga yang tersimpan
di dalam molekul tersebut pada proses respirasi seluler untuk
menjalankan sel-sel tubuh. Selain itu, kerangka karbon monosakarida juga
berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul organik kecil
lainnya, termasuk asam
amino dan asam lemak.[1]
Sebagai nutrisi untuk manusia, 1 gram karbohidrat
memiliki nilai energi 4 Kalori.[5] Dalam menu
makanan orang Asia
Tenggara termasuk Indonesia, umumnya
kandungan karbohidrat cukup tinggi, yaitu antara 70–80%. Bahan makanan sumber
karbohidrat ini misalnya padi-padian atau serealia (gandum dan beras), umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar), dan gula.[6]
Namun demikian,
daya cerna tubuh manusia terhadap karbohidrat bermacam-macam bergantung pada
sumbernya, yaitu bervariasi antara 90%–98%. Serat menurunkan
daya cerna karbohidrat menjadi 85%.[7] Manusia tidak
dapat mencerna selulosa sehingga serat selulosa yang dikonsumsi manusia hanya
lewat melalui saluran
pencernaan dan keluar bersama feses. Serat-serat
selulosa mengikis dinding saluran pencernaan dan merangsangnya mengeluarkan
lendir yang membantu makanan melewati saluran pencernaan dengan lancar sehingga
selulosa disebut sebagai bagian penting dalam menu makanan yang sehat. Contoh
makanan yang sangat kaya akan serat selulosa ialah buah-buahan segar, sayur-sayuran, dan biji-bijian.[8]
Selain sebagai
sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa
di dalam tubuh[rujukan?], berperan
penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel dengan
mengikat protein dan lemak.Peran
sebagai cadangan energi
Beberapa jenis
polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan, yang nantinya
akan dihidrolisis untuk
menyediakan gula bagi sel ketika diperlukan. Pati merupakan
suatu polisakarida simpanan pada tumbuhan. Tumbuhan menumpuk pati sebagai
granul atau butiran di dalam organel plastid, termasuk kloroplas. Dengan
mensintesis pati, tumbuhan dapat menimbun kelebihan glukosa. Glukosa
merupakan bahan bakar sel yang utama, sehingga pati merupakan energi cadangan.[9]
Sementara itu,
hewan menyimpan polisakarida yang disebut glikogen. Manusia dan
vertebrata lainnya menyimpan glikogen terutama dalam sel hati dan otot. Penguraian
glikogen pada sel-sel ini akan melepaskan glukosa ketika kebutuhan gula meningkat.
Namun demikian, glikogen tidak dapat diandalkan sebagai sumber energi hewan
untuk jangka waktu lama. Glikogen simpanan akan terkuras habis hanya dalam
waktu sehari kecuali kalau dipulihkan kembali dengan mengonsumsi makanan.[9]
c.
Peran sebagai
materi pembangun
Organisme
membangun materi-materi kuat dari polisakarida struktural. Misalnya, selulosa ialah komponen
utama dinding
sel tumbuhan. Selulosa bersifat seperti serabut, liat, tidak
larut di dalam air, dan ditemukan terutama pada tangkai, batang, dahan, dan
semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan.[10] Kayu terutama
terbuat dari selulosa dan polisakarida lain, misalnya hemiselulosa dan pektin. Sementara
itu, kapas terbuat hampir
seluruhnya dari selulosa.
Polisakarida
struktural penting lainnya ialah kitin, karbohidrat
yang menyusun kerangka luar (eksoskeleton) arthropoda (serangga, laba-laba, crustacea, dan
hewan-hewan lain sejenis). Kitin murni mirip seperti kulit, tetapi akan
mengeras ketika dilapisi kalsium karbonat. Kitin juga
ditemukan pada dinding sel berbagai jenis fungi.[8]
Sementara itu,
dinding sel bakteri terbuat dari
struktur gabungan karbohidrat polisakarida dengan peptida, disebut peptidoglikan. Dinding sel
ini membentuk suatu kulit kaku dan berpori membungkus sel yang memberi
perlindungan fisik bagi membran sel yang lunak dan
sitoplasma di dalam sel
Karbohidrat
struktural lainnya yang juga merupakan molekul gabungan karbohidrat dengan
molekul lain ialah proteoglikan, glikoprotein, dan glikolipid. Proteoglikan maupun glikoprotein
terdiri atas karbohidrat dan protein, namun
proteoglikan terdiri terutama atas karbohidrat, sedangkan glikoprotein terdiri
terutama atas protein. Proteoglikan ditemukan misalnya pada perekat antarsel
pada jaringan, tulang rawan, dan cairan sinovial yang
melicinkan sendi otot.
Sementara itu, glikoprotein dan glikolipid (gabungan karbohidrat dan lipid) banyak
ditemukan pada permukaan sel hewan.[12] Karbohidrat
pada glikoprotein umumnya berupa oligosakarida dan dapat berfungsi sebagai
penanda sel. Misalnya, empat golongan darah manusia pada
sistem ABO (A, B, AB, dan O) mencerminkan keragaman oligosakarida pada
permukaan sel darah merah.
C
Klasifikasi karbohidrat
Berdasarkan
kelaripikasinnya karborhidar dibagi menjadi 3 yaitu:
1
Monosakarida
Monosakarida merupakan
karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Monosakarida dibedakan menjadi
aldosa dan ketosa. Contoh dari
aldosa yaitu glukosa dan galaktosa. Contoh ketosa
yaitu fruktosa.
a.
Glukosa
Glukosa
adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat
dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat
dalam buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam
jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah.
Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber
karbohidrat, namun kira-kira 2 jam sesudah itu, jumlah glukosa darah akan
kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus,
jumlah glukosa darah lebih dari 130 mg per 100 ml darah
(McGilvery&Goldstein,1996).
D-glukosa memiliki sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed, gula pereduksi, memberi osazon dengan fenilhidrazina, difermentasikan oleh ragi dan dengan HNO3 membentuk asan sakarat yang larut (Harper et al, 1979).
D-glukosa memiliki sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed, gula pereduksi, memberi osazon dengan fenilhidrazina, difermentasikan oleh ragi dan dengan HNO3 membentuk asan sakarat yang larut (Harper et al, 1979).
b.
Galaktosa
Galaktosa
adalah Monosakarida , dan Monosakarida ini jarang terdapat bebas dalam alam.
Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat
dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang
larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi
ke kanan (McGilvery&Goldstein,
1996).
D-galaktosa
mempunyai sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes dan Barfoed, membentuk osazon
yang berbeda dengan dua monosakarida sebelumnya (glukosa dan fruktosa), dengan
reagen floroglusinol memberi warna merah, dan dengan HNO3 membentuk asam musat (Harper et al, 1979).
Pada
proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas, galaktosa
menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air bila dibandingkan dengan
asam sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa. Pembentukan asam musat ini
dapat dijadikan cara identifikasi galaktosa, karena kristal asam musat mudah
dimurnikan dan diketahui bentuk kristal maupun titik leburnya.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
c.
Pentosa
Pentosa
adalah bagian dari Monosakarida . Beberapa pentosa yang penting diantaranya adalah
arabinosa, xilosa, ribosa dan 2-deoksiribosa. Keempat pentosa ini adalah
aldopentosa dan tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam. Arabinosa diperoleh
dari gum arab dengan jalan hidrolisis, sedangkan xilosa diperoleh dari proses
hidrolisis terhadap jerami atau kayu. Xilosa terdapat pada urine seseorang yang
disebabkan oleh suatu kelainan pada metabolisme karbohidrat. Kondisi seseorang
sedemikian itu disebut pentosuria. Ribosa dan deoksiribosa merupakan komponen
dari asam nukleat dan dapat diperoleh dengan cara hidrolisis. Dari rumusnya
tampak bahwa deoksiribosa kekurangan satu atom oksigen dibanding dengan ribosa.
(McGilvery&Goldstein,1996).
Contoh - contoh Gula Pentosa antara lain:
1. D-Ribosa yang bersumber dari asam Nukleat. Kegunaannya unsur pembentuk asam Nukleat dan Koenzim. Reaksinya akan mereduksi Benedict , Feling, Barfoed, Haynes, dan membentuk Ozason dengan Fenilhidrazin.
2. D- Ribulosa bersumber dari proses Metabolik , mempunyai kegunaan sebagai zat antara dalam Heksosa Monofosfat .D- Ribulosa bereaksi dengan Gula Keto.
3. D - Arabinosa bersumber dari Getah Arab , Plum, dan Getah Ceri , namun tidak memiliki fungsi Fisiologis. Dengan reaksi Orsinol - HCl memberi warna : Violet , Biru , dan Merah , denngan membei Floroglusional- HCl.
4. D- Xilosa bersumber dari Getah Kayu yang mempunyai kegunaan pada Manusia Dan jika bereaksi akan berwarna merah.
5. D- Likosa bersumber dari Otot Jantung , dan mempunyai kegunaan sebagai suatu unsur dari lisoflavin dari otot jantung manusia.
Contoh - contoh Gula Pentosa antara lain:
1. D-Ribosa yang bersumber dari asam Nukleat. Kegunaannya unsur pembentuk asam Nukleat dan Koenzim. Reaksinya akan mereduksi Benedict , Feling, Barfoed, Haynes, dan membentuk Ozason dengan Fenilhidrazin.
2. D- Ribulosa bersumber dari proses Metabolik , mempunyai kegunaan sebagai zat antara dalam Heksosa Monofosfat .D- Ribulosa bereaksi dengan Gula Keto.
3. D - Arabinosa bersumber dari Getah Arab , Plum, dan Getah Ceri , namun tidak memiliki fungsi Fisiologis. Dengan reaksi Orsinol - HCl memberi warna : Violet , Biru , dan Merah , denngan membei Floroglusional- HCl.
4. D- Xilosa bersumber dari Getah Kayu yang mempunyai kegunaan pada Manusia Dan jika bereaksi akan berwarna merah.
5. D- Likosa bersumber dari Otot Jantung , dan mempunyai kegunaan sebagai suatu unsur dari lisoflavin dari otot jantung manusia.
d.
Fruktosa
Fruktosa
adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke
kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Pada umumnya monosakarida dan
disakarida mempunyai rasa manis
Madu
lebah selain mengandung glukosa juga mengandung fruktosa . Fruktosa mempunyai
rasa lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu atau
sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff,
yaitu larutan resorsinol (1,3 dihidroksi benzene) dalam asam HCl.
Dengan pereaksi ini, mula-mula fruktosa diubah menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjutnya bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa yang berwarna merah. pereaksi Seliwanoff ini khas untuk menunjukkan adanya ketosa. Fruktosa berikatan dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula yang biasa digunakan sehari-hari sebagai pemanis, dan berasal dari tebu atau
D-fruktosa mempunyai sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed (gula pereduksi), membentuk osazon dengan fenilhidrazina yang identik dengan osazon glukosa, difermentasi oleh ragi dan berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoff resorsinol-HCl(Harperetal,1979).
Dengan pereaksi ini, mula-mula fruktosa diubah menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjutnya bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa yang berwarna merah. pereaksi Seliwanoff ini khas untuk menunjukkan adanya ketosa. Fruktosa berikatan dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula yang biasa digunakan sehari-hari sebagai pemanis, dan berasal dari tebu atau
D-fruktosa mempunyai sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed (gula pereduksi), membentuk osazon dengan fenilhidrazina yang identik dengan osazon glukosa, difermentasi oleh ragi dan berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoff resorsinol-HCl(Harperetal,1979).
2
Disakarida
dan oligosakarida
Senyawa
yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa
molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang
lain, membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain adalah
trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida
yang terbentuk dari empat molekul monosakarida. Oligosakarida yang paling
banyak terdapat di alam adalah disakarida (McGilvery&Goldstein, 1996).
a. sukrosa
sukrosa
adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu meupun
dari bit. Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain,
misalnya dalam buah nanas dan dalamwortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan
terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa (McGilvery&Goldstein, 1996).
Pada
molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, 1yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa
dengan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom
karbon tersebut adalah atom karbon yang mempunyai gugus –OH glikosidik atau
atom karbon yang merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada
fruktosa. . Oleh karena itu molekul sukrosa tidak mempunyai sifat dapat
mereduksi ion-ion Cu 2+ atau Ag+ dan juga tidak membentuk osazon (McGilvery&Goldstein, 1996).
Sukrosa
mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh
dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang
ekuimolekuler. Glukosa memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, sedangkan
fruktosa ke kira. Oleh karena fruktosa memiliki rotasi spesifik lebih besar
dari glukosa, maka campuran glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisis itu
memutar kekiri.
Proses
ini disebut inverse. hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa dan
fruktosa disebut gula invert. Madu lebah sebagian besar terdiri atas gula
invert dan dengan demikian madu mempunyai rasa lebih manis daripada gula.
Apabila kita makan makanan yang mengandung gula, maka dalam usus halus, sukrosa
akan diubaha menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim sukrase atau invertase (McGilvery&Goldstein, 1996).
a.
laktosa
Dengan menghidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-gluokosa, karena itu laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh karenanya molekul laktosa mempunyai sifat mereduksi gugus –OH glikosidik.
Dengan demikian laktosa memiliki sifat mereduksi dan mutarotasi. Biasanya laktosa mengkristal . Dalam susu terdapat laktosa yang sering disebut gula susu. Pada wanita yang seadng dalam masa laktasi atau masa menyusui, laktosa kadang-kadang terdapat dalam urine dengan konsentrasi yang sangat rendah. Dibandingkan dengan glukosa, laktosa memiliki rasa yang kurang manis. Apabila laktosa dihidrolisis kemudian dipanaskan dengan asam nitrat akan terbetuk asam musat (McGilvery&Goldstein, 1996).
Dengan menghidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-gluokosa, karena itu laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh karenanya molekul laktosa mempunyai sifat mereduksi gugus –OH glikosidik.
Dengan demikian laktosa memiliki sifat mereduksi dan mutarotasi. Biasanya laktosa mengkristal . Dalam susu terdapat laktosa yang sering disebut gula susu. Pada wanita yang seadng dalam masa laktasi atau masa menyusui, laktosa kadang-kadang terdapat dalam urine dengan konsentrasi yang sangat rendah. Dibandingkan dengan glukosa, laktosa memiliki rasa yang kurang manis. Apabila laktosa dihidrolisis kemudian dipanaskan dengan asam nitrat akan terbetuk asam musat (McGilvery&Goldstein, 1996).
b.
Maltosa
Maltose adalah suatu disakarida yang terbentuk dari
dua molekul glukosa. ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan
atom karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus –OH
glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Maltosa
merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan
enzim(McGilvery&Goldstein,1996).
Telah diketahui bahwa hidrolisis amilum akan memberikan hasil akhir glukosa. Dalam tubuh kita amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amylase. maltosa ini kemudian diuraikan oleh enzim maltase menjadi glukosa yang digunakan oleh tubuh (McGilvery&Goldstein, 1996).
Maltosa mudah larut dalam air dan mempunyai rasa yang lebih manis daripada laktosa, tetapi kurang manis daripada sukrosa (McGilvery&Goldstein, 1996).
Urutan tingkat rasa manis pada beberapa mono dan disakarida :
Telah diketahui bahwa hidrolisis amilum akan memberikan hasil akhir glukosa. Dalam tubuh kita amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amylase. maltosa ini kemudian diuraikan oleh enzim maltase menjadi glukosa yang digunakan oleh tubuh (McGilvery&Goldstein, 1996).
Maltosa mudah larut dalam air dan mempunyai rasa yang lebih manis daripada laktosa, tetapi kurang manis daripada sukrosa (McGilvery&Goldstein, 1996).
Urutan tingkat rasa manis pada beberapa mono dan disakarida :
d.
Rafinosa
adalah
suatu trisakarida yang penting, terdiri atas tiga molekul monosakarida yang
berikatan, yaitu galaktosa-glukosa-fruktosa. Atom karbon 1 pada galaktosa
berikatan dengan atom karbon 6 pada glukosa, selanjutnya atom karbon 1 pada
glukosa berikatan dengan atom karbon 2 pada fruktosa (McGilvery&Goldstein,1996).
Apabila dihidrolisis sempurna, rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa. Pada kondisi tertentu hidrolisis rafinosa akan memberikan hasil-hasil tertentu pula. Hidrolisis dengan asam lemah atau pada konsentrasi H+ rendah, akan menghasilkan melibiosa dan fruktosa. Hasil yang sama seperti ini juga dapat diperoleh melalui hidrolisis dengan bantuan enzin sukrase.
Di samping itu, hidrolisis dengan bantuan enzim maltase akan memberikan hasil galaktosa dan sukrosa. Hasil hidrolisis sempurna juga dapat diperoleh apabila dalam reaksi ini digunakan dua jenis enzim, yaitu sukrase dan melibiase. Melibiase akan menguraikan melibiosa menjadi galaktosa dan glukosa (McGilvery&Goldstein, 1996).
Pada kenyataanya, rafinosa tidak memiliki sifat mereduksi. Hal ini disebabkan karena dalam molekul rafinosa tidak terdapat gugus –OH glikosidik. Rafinosa terdapat dalam bit dan tepung biji kapas mengandung kira-kira 8%. Trisakarida ini tidak digunakan manusia sebagai sumber karbohidrat (McGilvery&Goldstein, 1996).
Apabila dihidrolisis sempurna, rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa. Pada kondisi tertentu hidrolisis rafinosa akan memberikan hasil-hasil tertentu pula. Hidrolisis dengan asam lemah atau pada konsentrasi H+ rendah, akan menghasilkan melibiosa dan fruktosa. Hasil yang sama seperti ini juga dapat diperoleh melalui hidrolisis dengan bantuan enzin sukrase.
Di samping itu, hidrolisis dengan bantuan enzim maltase akan memberikan hasil galaktosa dan sukrosa. Hasil hidrolisis sempurna juga dapat diperoleh apabila dalam reaksi ini digunakan dua jenis enzim, yaitu sukrase dan melibiase. Melibiase akan menguraikan melibiosa menjadi galaktosa dan glukosa (McGilvery&Goldstein, 1996).
Pada kenyataanya, rafinosa tidak memiliki sifat mereduksi. Hal ini disebabkan karena dalam molekul rafinosa tidak terdapat gugus –OH glikosidik. Rafinosa terdapat dalam bit dan tepung biji kapas mengandung kira-kira 8%. Trisakarida ini tidak digunakan manusia sebagai sumber karbohidrat (McGilvery&Goldstein, 1996).
e.
Stakiosa
Stakiosa
adalah suatu tetrasakarida. Dengan jalan hidrolisis sempurna, stakiosa
menghasilkan 2 molekul galaktosa, 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa.
Pada hidrolisis parsial dapat dihasilkan fruktosa dan manotriosa suatu
trisakarida. Stakiosa tidak memiliki sifat mereduksi. (McGilvery&Goldstein,
1996)
3
Polisakarida
Polisakarida
merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai monomernya.
Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n.
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul
besar dan lebih kompleks daripada
mono dan oligosakarida, Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul
monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja
disebut homopolisakarida, sedangkan yang megandung senyawa lain disebut
heteropolisakarida.
Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Berat molekut polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. beberapa polisakarida yang penting diantaranya adalah amilum, glikogen, dekstrin dan selulosa.(McGilvery&Goldstein,1996)
Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Berat molekut polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. beberapa polisakarida yang penting diantaranya adalah amilum, glikogen, dekstrin dan selulosa.(McGilvery&Goldstein,1996)
a)
Amilum
Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.
Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari 1.000 unit glukosa. Butir-butir pati tidak larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan, akan terbentuk suatu larutan koloid yang kental. larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah lembayung. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amylase. Dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amylase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amylase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk maltosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.
Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari 1.000 unit glukosa. Butir-butir pati tidak larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan, akan terbentuk suatu larutan koloid yang kental. larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah lembayung. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amylase. Dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amylase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amylase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk maltosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
b)
Glikogen
Seperti amilum, glikogen juga menghasilkan D-glukosa pada proses hidrolisis. Pada tubuh kita glikogen terdapat dalam hati dan otot. hati berfungsi sebagai tempat pembentukan glikogen dari glukosa. Apabila kadar glukosa dalam darah bertambah, sebagian diubah menjadi glikogen sehingga kadar glukosa dalam darah normal kembali. Sebaliknya apabila kadar glukosa dalam darah menurun, glikogen dalam hati diuraikan menjadi glukosa kembalu, sehingga kadar glukosa darah normal kembali.
Glikogen yang ada di dalam otot digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dari alam glikogen terdapat pada kerang dan pada alga rumput laut. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan jalan menambahkan etanol. Endapan yang terbentuk apabila dikeringkan berbentuk serbuk putih. Glikogen dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan dan ]D20=196o. Dengan iodium, glikogenamempunyai rotasi spesifik [ menghasilkan warna merah. Struktur glikogen serupa dengan struktur amilopektin yaitu merupakan rantai glukosa yang mempunyai cabang. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Seperti amilum, glikogen juga menghasilkan D-glukosa pada proses hidrolisis. Pada tubuh kita glikogen terdapat dalam hati dan otot. hati berfungsi sebagai tempat pembentukan glikogen dari glukosa. Apabila kadar glukosa dalam darah bertambah, sebagian diubah menjadi glikogen sehingga kadar glukosa dalam darah normal kembali. Sebaliknya apabila kadar glukosa dalam darah menurun, glikogen dalam hati diuraikan menjadi glukosa kembalu, sehingga kadar glukosa darah normal kembali.
Glikogen yang ada di dalam otot digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dari alam glikogen terdapat pada kerang dan pada alga rumput laut. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan jalan menambahkan etanol. Endapan yang terbentuk apabila dikeringkan berbentuk serbuk putih. Glikogen dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan dan ]D20=196o. Dengan iodium, glikogenamempunyai rotasi spesifik [ menghasilkan warna merah. Struktur glikogen serupa dengan struktur amilopektin yaitu merupakan rantai glukosa yang mempunyai cabang. (McGilvery&Goldstein, 1996)
c)
Selulosa
terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan penbentuk dinding sel.
Serat kapas boleh dikatakan seluruhnya adalah selulosa. Dalam tubuh kita
selulosa tidak dapat dicernakan karena kita tidak mempunyai enzin yang dapat
menguraikan selulosa. Dengan asam encer tidak dapat terhidrolisis, tetapi oleh
asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa dan
D-glukosa. Selobiosa adalah suatu disakarida yang terdiri atas dua molekul
glukosa yang berikatan glikosidik antara atom karbon 1 dengan atom karbon 4.
(McGilvery&Goldstein,1996)
D
Analisis Karbohidrat
Beberapa sifat
kimia yang berhubungan erat dengan gugus fungsi yang terdapat pada molekulnya,
yaitu gugus -OH, gugus aldehida dan gugus keton dapat menjadi dasar analisis
senyawa ini.
Dalam suasana
basa monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi.
Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi
karbohidrat dan analisis kuantitatif. Sifat mereduksi disebabkan oleh adanya
gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak
pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu2+ dan ion Ag+
yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu antara lain reaksi Fehling,
Benedict, Barfoed dan pembentukan furfural.
1)
Pereaksi Fehling
Pereaksi ini
dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, juga
dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri atas dua larutan,
yaitu larutan Fehling A dan 1arutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan
CuS04 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam
K-Na-tartrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah baru
dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi
ini ion Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ dalam suasana basa
akan diendapkan sebagai Cu 20.
2 Cu + 2 OH
Cu20 + H2O
Endapan
Dengan larutan
glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata,
sedangkan apabila digunakan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan
yang terjadi berwarna hijau kekuningan.
2) Pereaksi Benedict
Pereaksi
Benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran kuprisulfat, natrium karbonat
dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion C++ kuprisulfat
menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O.
Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat
basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah
bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.
Pereaksi Benedict banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam
urine daripada pereaksi Fehling karena beberapa alasan: Apabila dalam urine terdapat
asam urat atau kreatinin, kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi Fehling,
tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Beneditc. Di samping itu pereaksi
Benedict lebih peka daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict
juga lebih mudah karena hanya terdiri atas satu macam larutan, sedangkan
pereaksi Fehling terdiri atas dua macam larutan.
3) Pereaksi Barfoed
Pereaksi ini
terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan
digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida
dapat mereduksi lebih cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk
lebih cepat oleh monosakarida daripada oleh disakarida, dengan anggapan bahwa
konsentrasi monosakarida dan disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak.
Tauber dan Kleiner membuat modifikasi atas pereaksi ini yaitu dengan jalan
mengganti asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu+ yang dihasilkan
direaksikan dengan pereaksi warna fosfomolibdat hingga menghasilkan warna biru
yang menunjukkan adanya monosakarida. Disakarida dengan konsentrasi rendah
tidak memberikan hasil positif. Perbedaan antara pereaksi Barfoed dengan
pereaksi Fehling atau Benedict ialah bahwa pada pereaksi Barfoed digunakan
suasana asam.
Apabila
karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan teroksidasi. Gugus
aldehida pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat dan
terbentuklah asam monokarboksilat. Sebagai contoh galaktosa akan teroksidasi
menjadi asam galaktonat, sedangkan glukosa akan menjadi asam glukonat.
4) Pembentukan
Furfural
Dalam larutan
asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi
apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan
furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi
dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Pentosa-pentosa
hampir secara kuantitatif semua terdehidrasi menjadi furfural. Dengan
dehidrasi heksosa-heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural.
Oleh karena furfural atau derivatnya dapat membentuk senyawa yang berwarna
apabila direaksikan dengan alfa- naftol atau timol, reaksi ini dapat dijadikan
reaksi pengenal untuk karbohidrat.
E
Cara
Memilih Sumber Karbohidrat yang Baik
Lalu
bagaimana cara memilih karbohidrat yang baik? Berikut ini kami berikan beberapa
tips untuk memilih karbohidrat yang baik dan sehat bagi tubuh:
1. Utamakanlah sumber karbohidrat dari
makanan yang memiliki serat seperti buah dan sayuran.
2. Perbanyaklah mengonsumsi karbohidrat
dari biji-bijian.
3. Anda juga dapat memperoleh
karbohidrat dari kacang-kacangan termasuk kacang polong.
4. Dapatkan karbohidrat dari susu
rendah lemak.
5. Sebaiknya Anda menghindari atau
membatasi konsumsi terhadapt gula tambahan.
Asupan
karbohidrat yang sehat dan baik selalu memperhatikan keseimbangan kebutuhan
gula. Gula dalam tubuh digunakan untuk sumber energi, serat, dan membantu
membersihkan saluran pencernaan. Untuk mendapatkan karbohidrat yang cukup bagi
tubuh, Anda tidak harus mengonsumsi nasi, gandum, ataupun roti. Anda dapat
mencari alternatif sumber asupan karbohidrat yang lebih sehat dengan
mengonsumsi buah-buahan.
Keseimbangan
karbohidrat sederhana dan kompleks dalam tubuh juga merupakan hal yang mutlak
kita patuhi. Salah satunya tidak boleh berlebihan namun juga jangan sampai
kekurangan. Tanda tanda jika tubuh kita kekurangan karbohidrat sederhana, tubuh
akan terasa sangat lemas. Sedangkan jika kita mengalami kekurangan karbohidrat
kompleks, pencernaan kita akan mudah terganggu seperti mudah terkena penyakit diare/mencret.
Maka,
mulai sekarang perhatikan pilihan karbohidrat dalam makanan Anda. Kurangi
asupan makanan yang mengandung gula tambahan dan usahakan untuk memperoleh
sumber karbohidrat dari buah-buahan/sayuran.
Sumber:
Rahardjo,Sentot Budi.2006.Kimia
Berbasis Eksperimen.solo:Platinum
http://www.gudangmateri.com/2010/02/biokimia-karbohidrat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar