A.
Konsep Tuberkulosis(TBC)
1.
Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini
dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria
patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil
tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu
sel darah merah.
Tuberkulosis
masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani
pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan
menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin
bertambah.
2.
Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu
mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6
um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil
tahan asam.
3.
Patofisiologi
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau
dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya
sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap
dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila
partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli
kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah
kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil
berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).
4.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada klien secara
obyektif adalah :
1. Keadaan postur
tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.
2.
BB klien biasanya menurun; agak kurus.
3.
Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 -
41° C.
4.
Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk
kronis.
5.
Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
6.
Sesak nafas.
7.
Nyeri dada.
8.
Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit
kepala, nyeri otot, berkeringat pada malam hari).
5.
Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2
bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
- Streptomisin inj 750 mg.
- Pas 10 mg.
- Ethambutol 1000 mg.
- Isoniazid 400 mg.
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang,
tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan,
tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
- INH.
- Rifampicin.
- Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama
pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
2. Dengan
menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan
kombinasi obat :
- Rifampicin.
- Isoniazid (INH).
- Ethambutol.
- Pyridoxin (B6).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
2.
Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca
untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3.
Elektrosit, dapat tidak normal tergantung
lokasi dan bertanya infeksi ; ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal,
didapat pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan
kerusakan sisa pada paru.
4. Test kulit :
(PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi
48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu
dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif.
Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif
tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
5. Biopsi jarum pada
jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa menunjukan
nekrosis.
b.
Diagnosik
Radiologi
1. Foto thorax ;
dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk
rongga area fibrosa.
2. Pemeriksaan
fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan
paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
B.
Konsep Asuhan Keperawatan
a.
Pengkajian
1.
Aktivitas / istirahat.
Gejala :
Gejala :
- Kelelahan umum dan kelemahan.
- Nafas pendek karena bekerja.
- Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.
- Mimpi buruk.
Tanda :
- Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
- Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
2.
Integritas Ego.
Gejala :
Gejala :
- Adanya faktor stres lama.
- Masalah keuanagan, rumah.
- Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
- Populasi budaya.
Tanda :
- Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).
- Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.
3.
Makanan / cairan.
Gejala :
Gejala :
- Anorexia.
- Tidak dapat mencerna makanan.
- Penurunan BB.
Tanda :
- Turgor kulit buruk.
- Kehilangan lemak subkutan pada otot.
4. Nyeri /
kenyamanan.
Gejala :
Gejala :
- Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda :
- Berhati-hati pada area yang sakit.
- Perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernafasan.
Gejala :
Gejala :
- Batuk produktif atau tidak produktif.
- Nafas pendek.
- Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.
Tanda :
- Peningkatan frekuensi nafas.
- Pengembangan pernafasan tak simetris.
- Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels – posttusic).
- Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.
- Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).
- Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut ).
6. Keamanan.
Gejala :
Gejala :
- Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
Tanda :
- Demam rendah atau sakit panas akut.
7.Interaksi sosial.
Gejala :
Gejala :
- Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
- Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksankan peran.
8.
Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala :
Gejala :
- Riwayat keluarga TB.
- Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.
- Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.
- Tidak berpartisipasi dalam therapy.
b.
Intervensi
1. Bersihan jalan
napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
· Mencari posisi
yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
· Mendemontrasikan
batuk efektif.
· Menyatakan
strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Dari setiap tindakan:
· Jelaskan klien
tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di
sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
· Ajarkan klien
tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
· Napas dalam dan
perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
· Lakukan
pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
· Tahan napas
selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan
melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
· Auskultasi paru
sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
· Ajarkan klien
tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang
adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak
kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
· Dorong atau
berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
· Kolaborasi dengan
tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian expectoran, pemberian
antibiotika, konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
2. Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas
efektif.
Kriteria hasil :
· Memperlihatkan
frekuensi pernapasan yang efektif.
· Mengalami
perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
· Adaptive
mengatasi faktor-faktor penyebab.
Dari setiap
tindakan:
· Berikan posisi
yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang
sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
· Observasi fungsi
pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda
vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
· Jelaskan pada
klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
R/Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
· Jelaskan pada
klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
· Pertahankan
perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan
lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
· Kolaborasi dengan
tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian antibiotika, pemeriksaan sputum
dan kultur sputum, konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
c.
Evaluasi
1. Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi.
2. Menunjukkan tehnik, melakukan
perubahan pola biasa meningkatkan linkungan yang aman.
3. Mempertahankan jalan nafas pasien .
4. Mengeluarkan secret tanpa bantuan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar