BAB 2
PEMBAHASAN
I. Definisi gangguan kepribadian
Kaplan dan Saddock mendefinisikan
kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai
kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian
relatif stabil dan dapat diramalkan. Sedangkan gangguan kepribadian adalah
suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan
pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan
maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian (1997
: 242).
Orang yang mengalami kepribadian
biasanya memiliki tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda, berupa
(Martaniah, 1999 : 70)
1. ketergantungan yang berlebihan
2. ketakutan yang berlebihan dan intimitas
4. tingkah laku yang eksploitatif
5. kemarahan yang tidak dapat dikontrol
6. kalau masalah mereka tidak ditangani, kehidupan mereka akan
dipenuhi ketidakpuasan
II. Penyebab
munculnya gangguan kepribadian
Secara umum, penyebab dari munculnya gangguan kepribadian pada diri
seseorang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (Kaplan & Saddock,
1997 : 243-245):
1. Faktor genetika
Salah
satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan
kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk
gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar
dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multipel
kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap
sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama
dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor temperamental
Faktor
temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan
dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Sebagai contohnya, anak-anak yang
secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian
menghindar.Disfungsi system saraf pusat pada masa anak-anak berhubungan dengan
tanda neurologist lunak dan paling sering ditemukan pada gangguan kepribadian
anti sosial dan ambang. Gangguan kepribadian tertentu mungkin berasal dari kesesuaian
parental yang buruk, yaitu ketidaksesuaian antara temperamen dan cara
membesarkan anak. Sebagai contohnya, seorang anak yang pencemas dibesarkan oleh
ibu yang tenang.
3. Faktor biologis
Hormon.
Orang yang menunjukkan sifat impulsif seringkali juga menunjukkan peningkatan
kadar testosterone, 17-estradiol, dan estrone. Begitu pula dengan Monoamin
oksidase trombosit (MAO), pelajar perguruan tinggi dengan MAO trombosit yang
rendah melaporkan menggunakan lebih banyak waktu dalam aktivitas sosial dibandingkan
dengan pelajar dengan kadar MAO trombosit yang tinggi.
Neurotransmitter.
Penelitian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik
menyatakan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut.
Kadar 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), suatu metabolit serotonin, adalah
rendah pada orang yang berusaha bunuh diri dan pada pasien yang impulsive dan
agresif. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat serotonergik tertentu seperti
fluoxetine (prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa
karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas, dan
perenungan pada banyak orang dan dapat menghasilkan perasaan kesehatan umum.
Meningkatnya kadar dopamine di dalam system saraf pusat, dihasilkan oleh psikostimulan
tertentu, misalnya amphetamine dapat menginduksi euphoria. Efek
neurotransmitter pada sifat kepribadian elah menciptakan minat dan kontroversi
tentang apakah sifat kepribadian dibawa sejak lahir atau tidak.
Elektrofisiologi.
Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram (EEG) telah ditemukan
pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe
antisosial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
4. Faktor psikoanalitik
Sigmund
Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah
satu stadium perkembangan psikoseksual. Misalnya, suatu karakter oral adalah
pasif dan dependen karena terfiksasi pada stadium oral, dimana ketergantungan
pada orang lain untuk asupan makanan adalah menonjol. Fiksasi pada stadium
anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat
menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
Selanjutnya Wilhelm Reich mengajukan
istilah “character armor” untuk menggambarkan gaya depensif karakteristik yang
digunakan seseorang untuk melindungi dirinya sendiri dari impuls internal dan
dari kecemasan interpersonal dalam hubungan yang bermakna. Pendapat Reich
memiliki pengaruh yang luas pada pemahaman kontemporer tentang kepribadian dan
gangguan kepribadian. Cap kepribadian yang unik pada masing-masing manusia
sangat ditentukan oleh mekanisme pertahanan karakteristik orang tersebut.Jika
mekanisme pertahanan berfungsi dengan baik, pasien dengan gangguan kepribadian
akan mampu mengatasi perasaan cemas, depresi, kemarahan, mali, bersalah atau
efek lainnya. Pertahan disini adalah proses mental bawah sadar yang digunakan
ego untuk memecahkan konflik antara id dengan apa yang diinginkan lingkungan.
III. Klasifikasi dan
deskripsi gangguan kepribadian beserta
tritmen-nya.
Dalam Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM- IV), Gangguang kepribadian dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok A, terdiri dari
gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal. Orang dengan gangguan seperti Ini seringkali tampak aneh dan eksentrik.
b. Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik dan
narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik,
emosional, dan tidak menentu.
c. Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen
dan obsesif
-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian
yang tidak
ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif
dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering
tampak cemas atau ketakutan.
Berikut akan dijelaskan satu persatu beberapa tipe gangguan kepribadian yang telah disebutkandiatas:
1. Gangguan Kepribadian Paranoid.
Orang dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai dengan
adanya perasaan curiga yang berlebihan pada orang lain. Mereka menolak tanggung
jawab atas perasaan mereka sendiri dan melemparkan tanggung jawab pada orang
lain. Mereka seringkali bersikap bermusuhan, mudah tersinggung dan marah
termasuk pasangan yang cemburu secara patologis. Mereka seringkali bertanya
tanpa pertimbangan, tentang loyalitas dan kejujuran teman atau teman kerjanya.
Atau cemburu dengan bertanya-tanya tanpa pertimbangan tentang kesetiaan
pasangan atau mitra seksualnya. Gangguan ini lebih sering terdapat pada
laki-laki dibandingkan wanita. Berdasarkan suatu penelitian menunjukkan bahwa
paranoid personality disorder banyak terdapat pada pasien dengan skizofrenia
dan gangguan delusi.
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme pertahanan ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif, bukan dirinya. Ada kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu berfikir secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan berdasarkan teori kognitif-behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak (Martaniah, 1999 : 74).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 249):
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme pertahanan ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif, bukan dirinya. Ada kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu berfikir secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan berdasarkan teori kognitif-behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak (Martaniah, 1999 : 74).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 249):
a. Psikoterapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang di dalamnya masalah seksual dan keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan ketidak percayaan pasien.
b. Farmakoterapi. Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus, obat antiansietas seperti diazepam (Valium) dapat digunakan. Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine (Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik pimozide (Orap) bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.
2. Gangguan Kepribadian Skizoid
Menurut David & Neale dalam Nida UI Hasanat, orang
dengan gangguan kepribadian skizoid ditandai dengan tidak adanya keinginan dan
tidak menikmati hubungan sosial, mereka tidak memiliki teman dekat. Orang
dengan gangguan ini tampak tidak menarik karena tidak memiliki kehangatan
terhadap orang lain dan cenderung untuk menjauhkan diri. Jarang sekali memiliki
emosi yang kuat, tidak tertarik pada seks dan aktivitas-aktivitas yang
menyenangkan (2004:5).
Mereka mungkin menjalani kehidupan mereka sendiri dengan kebutuhan atau harapan untuk ikatan dengan orang lain yang sangat kecil. Riwayat kehidupan orang tersebut mencerminkan minat sendirian dan pada keberhasilan pekerjaan yang tidak kompetitif dan sepi yang sukar ditoleransi oleh orang lain. Kehidupan seksual mereka mungkin hanya semata-mata dalam fantasi, dan mereka mungkin menunda kematangan seksualitas tanpa batas waktu tertentu. Mampu menanmkan sejumlah besar energi afektif dalam minat yang bukan manusia, seperti matematika dan astronomi, dan mereka mungkin sangat tertarik pada binatang. Walaupun terlihat mengucilkan diri, tapi pada suatu waktu ada kemungkinan orang tersebut mampu menyusun, mengembangkan dan memberikan suatu gagasan yang asli dan kreatif (Kaplan& Saddock, 1997 : 250).
Mereka mungkin menjalani kehidupan mereka sendiri dengan kebutuhan atau harapan untuk ikatan dengan orang lain yang sangat kecil. Riwayat kehidupan orang tersebut mencerminkan minat sendirian dan pada keberhasilan pekerjaan yang tidak kompetitif dan sepi yang sukar ditoleransi oleh orang lain. Kehidupan seksual mereka mungkin hanya semata-mata dalam fantasi, dan mereka mungkin menunda kematangan seksualitas tanpa batas waktu tertentu. Mampu menanmkan sejumlah besar energi afektif dalam minat yang bukan manusia, seperti matematika dan astronomi, dan mereka mungkin sangat tertarik pada binatang. Walaupun terlihat mengucilkan diri, tapi pada suatu waktu ada kemungkinan orang tersebut mampu menyusun, mengembangkan dan memberikan suatu gagasan yang asli dan kreatif (Kaplan& Saddock, 1997 : 250).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 251):
a. Psikoterapi. Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadian schizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu waktu mereka akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan. Dengan berjalannya waktu, anggota kelompok menjadi penting bagi pasien skizoid dan dapat memberikan kontak sosial.
b. Farmakoterapi. Dengan antipsikotik dosis kecil, antidepresan dan psikostimulan dapat digunakan dan efektif pada beberapa pasien.
3. Gangguan kepribadian skizotipal
Gangguan skizotipal adalah sangat aneh dan asing walaupun bagi
orang awam karena mereka memiliki gagasan yang aneh, pikiran magis, gagasan
menyangkut diri sendiri,waham dan derealisasi yang merupakan bagian dari dunia
orang skizotipal setiap harinya. Dunia mereka terisi oleh hubungan khayalan
yang jelas dan ketakutan dan fantasi yang mirip anak-anak. Ada kecenderungan
bahwa mereka percaya jika mereka memiliki kekuatan pikiran yang khusus. Mereka
mungkin mengakui bahwa mereka memiliki ilusi perseptual atau mikropsia atau
orang terlihat oleh mereka sebagai kayu atau jadi-jadian. Pembicaraan dengan
orang yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal mungkin aneh atau janggal
dan hanya memiliki arti bagi diri mereka sendiri. Menurut David & Neale
dalam Nida AI Hasanat, orang tua dengan skizofrenia mempunyai resiko tinggi
untuk memiliki anak dengan gangguan kepribadian skizotipal. Pada penemuan lain
juga menunjukkan bahwa orang tua dengan gangguan jiwa lain juga mempunyai
resiko yang sama untuk memiliki anak dengan gangguan kepribadian skizotipal
(2004:10).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock : 253):
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock : 253):
a. Psikoterapi. Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan, praktek religius yang aneh dan okultis. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili kepercayaan atau aktivitas mereka.
b. Farmakoterapi. Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalam menghadapi gagasan mengenai diri sendiri, waham dan gejala lain dari gangguan dan dapat digunakan bersama-sama psikoterapi. Penggunaan holoperidol dilaporkan memberikan hasil positif pada beberapa kasus, dan antidepresan digunakan jika ditemukan suatu komponen depresif dari kepribadian.
4. Gangguan Kepribadian Antisosial
Gangguan kepribadian antisosial ditandai
oleh tindakan antisosial atau kriminal.Gangguan ini lebih pada ketidakmampuan
untuk mematuhi norma sosial yang melibatkan banyak aspek perkembangan remaja
dan dewasa pasien. Keadaan seperti ini
paling sering ditemukan perkotaan yang miskin dan diantara penduduk yang
berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Pasien dengan gangguan kepribadian
antisosial seringkali menunjukkan kesan luar yang normal dan bahkan hangat dan
mengambil muka. Tetapi riwayat penyakitnya menemukan banyak daerah kehidupan
yang mengalami gangguan. Menurut David & Neale, gangguan ini muncul sebelum
usia 15 tahun yang ditandai dengan perilaku nakal, lari diri dari rumah, sering
berbohong, mencuri, membakar, atau merusak dengan cara lain. Pola ini akan
berlanjut hingga dewasa yang ditandai dengan tidak memiliki tanggung jawab,
bekerja tidak konsisten, melawan hukum, agresif, gegabah, impulsif, dan gagal
dalam merencanakan sesuatu (NidaALHasanat,2004:24).
David & Neale juga menambahkan psikopati (Sosiopati) disamping gangguan kepribadian antisosial. Orang dengan psikopati dengan tidak memiliki rasa malu, miskin emosi baik emosi positif maupun negatif. ‘Charming’ dan memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuannya. Kurang mengalami kecemasan sehingga tidak belajar dari kesalahannya. Karena tidak memiliki emosi positif, ia menjadi orang yang tidak memiliki tanggung jawab dan ‘tega’ terhadap orang lain (Nida AI Hasanat, 2004 : 26).
David & Neale juga menambahkan psikopati (Sosiopati) disamping gangguan kepribadian antisosial. Orang dengan psikopati dengan tidak memiliki rasa malu, miskin emosi baik emosi positif maupun negatif. ‘Charming’ dan memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuannya. Kurang mengalami kecemasan sehingga tidak belajar dari kesalahannya. Karena tidak memiliki emosi positif, ia menjadi orang yang tidak memiliki tanggung jawab dan ‘tega’ terhadap orang lain (Nida AI Hasanat, 2004 : 26).
Menurut teori
biologis, gangguan ini disebabkan beberapa faktor, yaitu : (a) kelebihan kromosom
Y (laki-laki), menyebabkan pola XYY bukan XY yang normal pada kromoson 23. tapi
teori ini tidak diterima, (b) Testosteron menjadi penyebab agresivitas
laki-laki, (c) adanya keabnormalan pada otak, (d) karena kurang belajar dan
perhatian yang neuropsikologis, dan (e) karena faktor keturunan. Sedangkan
menurut teori psikologis, gangguan ini disebabkan oleh : (1) kondisi keluarga
yang disharmoni dan ketidakkonsistenan dalam pengasuhan anak, (2) orang tua
yang terlalu permisif dan kurang memperhatikan perilaku anak yang tidak benar,
(3) orang tua yang tidak menunjukkan afeksi, (4) pendidikan yang didapat kurang
memadai, dan (5) adanya pendapat bahwa antisosial datang dari semua kelas sosial
yang ayahnya antisosial. Juga adanya
penelitian korelasional yang menunjukkan bahwa banyak orang antisosial yang
depresif dan cemas. Hanya saja belum ditemukan apakah itu penyebab atau dampak
dari gangguan kepribadianantisosial(Martaniah,1999:71).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 255):
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 255):
a. Psikoterapi. Jika pasien merasa bahwa mereka berada diantara teman-teman sebayanya, tidak adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan karena hal itulah kelompok yang menolong diri sendiri (selfhelp group) akan lebih berguna dibandingkan di penjara dalam menghilangkan gangguan. Tetapi, ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman, ahli terapi harus menggagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.
b. Farmakoterapi. Farmakoterapi digunakan untuk menghadapi gejala
yang diperkirakan akan timbul, seperti kecemasan, penyerangan
dan depresi. Tetapi, karena pasien seringkali merupakan penyalahguna zat, obat
harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien menunjukkan
bukti-bukti adanya gangguan defisit-atensi / hiperaktivitas, psikostimulan
seperti methylphenidate(Ritalin),bisa digunakan.
5. Gangguan Kepribadian Ambang
Pasien
gangguan kepribadian ambang berada pada perbatasan antara neurosis dan psikosis
dan ditandai oleh afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan cinta dari yang
sangat tidak stabil. Pasien gangguan kepribadian ambang hampir selalu tampak
berada dalam keadaan krisis. Pergeseran mood sering dijumpai. Pasien dapat
bersifat argumentatif pada suatu waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya
dan selanjutnya mengeluh tidak memiliki perasaan pada waktu lainnya. Gangguan
ini lebih banyak terdapat pada wanita dibandingkan laki-laki dan berdasarkan
penelitian biologis ditemukan pada keluarga dimana ada yang memiliki gangguan
yang sama.
Perilaku
pasien gangguan kepribadian ambang sangat tidak bisa diramalkan; sebagai
akibatnya mereka jarang mencapai tingkat kemampuan mereka. Sifat menyakitkan
dari kehidupan mereka dicerminkan oleh tindakan merusak diri sendiri yang
berulang, misalnya dengan mengiris pergelangan tangannya sendiri atau melakukan
tindakan mutilasi diri lainnya untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk
mengekspresikan kemarahan, atau untuk menumpulkan mereka sendiri dari afek yang
melanda. Karena mereka merasakan ketergantungan dan permusuhan, pasien gangguan
kepribadian ambang memiliki hubungan interpersonal yang tidak baik. Mereka
dapat bergantung pada orang lain yang dekat dengan mereka, dan mereka dapat
mengekspresikan banyak kemarahan pada teman dekatnya jika mengalami frustasi.
Dilihat
dari pendekatan kognitif-behavioral, orang yang mengalami gangguan ini evaluasi
dirinya selalau negatif, kurang percaya diri dalam mengambil keputusan,
motivasi rendah dan tidak mampu mencari tujuan jangka panjang (Martaniah, 1999
: 73)
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 258):
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 258):
a. Psikoterapi. Pendekatan
berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan interpretasi bawah sadar secara mendalam. Terapi perilaku digunakan pada pasien
gangguan kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls dan ledakan kemarahan
dan untuk menurunkan kepekaan terhadap kritik dan penolakan. Latihan
keterampilan sosial, khususnya dengan videotape, membantu pasien untuk melihat
bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain dan dengan demikian untuk
meningkatkan perilaku interpersonal mereka.
b. Farmakoterapi. Antipsikotik dapat digunakan untuk mengendalikan
kemarahan, permusuhan dan episode psikotik yang singkat. Anti depresan
memperbaiki mood yang terdepresi yang sering ditemukan pada pasien. Inhibitor
monoamine oksidase (MAO) efektif dalam memodulasi perilaku impulsive pada
beberapa pasien. Benzodiazepine, khususnya alprazolam (Xanax), membantu
kecemasan dan depresi, tetapi beberpa pasien menunjukkan disinhibisi dengan
obat tersebut. Antikonvulsam, seperti Cabamazepine (Tegretol), dapat
meningkatkan fungsi global pada beberapa pasien. Obat serotonenergik seperti
fluoxetine dapat membantu pada beberapakasus.
6. Gangguan Kepribadian Histrionik
Gangguan
kepribadian histrionik dutandai oleh perilaku yang bermacam-macam, dramatik,
ekstovert pada orang yang meluap-luap dan emosional. Tetapi, menyertai
penampilan mereka yang flamboyan, seringkali terdapat ketidakmampuan untuk
mempertahankan hubungan yang mendalam dan berlangsung lama. Pasien dengan
gangguan kepribadian hitrionik menunjukkan perilaku mencari perhatian yang
tinggi. Mereka cenderung memperbesar pikiran dan perasaan mereka, membuat
segalanya terdengar lebih penting dibandingkan kenyataan.
Perilaku
menggoda sering ditemukan baik pada pria maupun wanita. Pada kenyataannya,
pasien histrionik mungkin memiliki disfungsi psikoseksual; wanita mungkin
anorgasmik dan pria cenderung mengalami impotent. Mereka mungkin bahwa
melakukan impuls seksual mereka untuk menentramkan diri mereka bahwa mereka
menarik bagi jenis kelamin yang lain. Kebutuhan mereka akan ketentraman tidak
ada habisnya. Tetapi, hubungan mereka cenderung dangkal dan pasien dapat gagal
lagi tapi asyik dengan diri sendiri dan berubah-ubah(Kaplan&Saddock,1997:20).
Ditinjau dari teori psikoanalisa, gangguan ini dapat muncul karena adanya parental seductiveness khususnya ayah terhadap anak perempuan. Orang tua yang mengatakan bahwa seks adalah sesuatu yang kotor tapi tidak sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan dimana perilaku menunjukkan bahwa seks itu adalah hal yang menyenangkan dan diinginkan (Nida Al Hasanat,2004:20).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 260):
Ditinjau dari teori psikoanalisa, gangguan ini dapat muncul karena adanya parental seductiveness khususnya ayah terhadap anak perempuan. Orang tua yang mengatakan bahwa seks adalah sesuatu yang kotor tapi tidak sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan dimana perilaku menunjukkan bahwa seks itu adalah hal yang menyenangkan dan diinginkan (Nida Al Hasanat,2004:20).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 260):
a. Psikoterapi. Pasien dengan gangguan kepribadian
histrionik seringkali tidak menyadari perasaan mereka yang sesungguhnya; dengan
demikian penjelasan dalam (inner feeling) mereka adalah suatu proses yang
penting. Psikoterapi berorientasi psikoanalisis, baik dalam kelompok atau
individual, adalah terapi yang terpilih untuk gangguan kepribadian histrionik.
b. Farmakoterapi. Farmakoterapi dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya, seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat antiansietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.
b. Farmakoterapi. Farmakoterapi dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya, seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat antiansietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.
7. Gangguan Kepribadian Narsistik
Orang
dengan kepribadian narsistik ditandai oleh meningkatnya rasa kepentingan dan
perasaan kebesaran yang unik. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang
khusus dan penting. Mereka menanggapi kritik secara buruk dan mungkin menjadi
marah sekali jika ada orang yang berani mengkritik mereka, atau mereka mungkin
tampak sama sekali acuh tak acuh terhadap kritik. Yang mencolok adalah perasaan
akan kebesaran nama mereka. Persahabatan mereka rapuh dan mereka dapat
menyebabkan orang lain marah karena mereka menolak mematuhi aturan perilaku konvensional. Mereka tidak mampu menunjukkan
empati, dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka
sendiri. Pasien memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi.
Kesulitan interpersonal, penolakan, kehilangan dan masalah pekerjaan adalah
stress-stress yang sering dihasilkan oleh orang narsistik karena perilakunya.
Stress-stress yang tidak mampu dihadapi oleh mereka.
Menurut pandangan psikoanalitik tradisonal, gangguan histrionok dan narsistik merupakan variensi histeria. Dan bila dilihat dari sudut pandang psikoanalisis yang kognitif, kedua gangguan ini (gangguan histrionok dan gangguan narsistik) adalah akibat dari ketidakmampuan memfokuskan diri pada yang detail atau yang khusus, jadi dalam memahami situasi dan problem dilakukan secara global (Martaniah, 1999: 76).
Menurut pandangan psikoanalitik tradisonal, gangguan histrionok dan narsistik merupakan variensi histeria. Dan bila dilihat dari sudut pandang psikoanalisis yang kognitif, kedua gangguan ini (gangguan histrionok dan gangguan narsistik) adalah akibat dari ketidakmampuan memfokuskan diri pada yang detail atau yang khusus, jadi dalam memahami situasi dan problem dilakukan secara global (Martaniah, 1999: 76).
Tritment yang dapat diberikan adalah (Kaplan & Saddock, 1997 : 261):
a. Psikoterapi. Mengobati gangguan kepribadian narsistik sukar, karena pasien harus meninggalkan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan. Dokter psikiatrik seperti Otto Kernberg dan Heiz Kohut menganjurkan pemakaian pendekatan psikoanalitik untuk mendapatkanperubahan.
b. Farmakoterapi. Lithium (Eskalith) digunakan pada pasien yang memiliki pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap depresi, maka antidepresan juga dapat digunakan.
8. Gangguan Kepribadian Menghindar
Orang
dengan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan kepekaan yang ekstrim
terhadap penolakan, yang dapat menyebabkan penarikan diri dari kehidupan
sosial. Sebenarnya mereka tidak asosial karena menunjukkan keinginan yang kuat
untuk berteman tetapi mereka malu; mereka memerlukan jaminan yang kuat dan
penerimaan tanpa kritik yang tidak lazim. Orang dengan gangguan ini
menginginkan hubungan dengan orang lain yang hangat dan aman tapi membenarkan
penghindaran mereka untuk membentuk persahabatan kerenaperasaan ketakutan
mereka akan penolakan.
Mereka
mudah sekali keliru dalam mengartikan komentar orang lain, seringkali komentar
dari orang lain dianggap sebagai suatu penghinaan atau ejekan. Pada umumnya
sifat dari orang dengan gangguan kepribadian menghindar adalah seorang yang
pemalu. Menurut teori kognitif-behavioral, pasien sangat sensitif terhadap
penolakan karena adanya pengalaman masa kanak-kanak, misalnya : karena mendapat
kritik yang pedas dari orang tua (Martaniah, 1999:77).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 263):
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 263):
a. Psikoterapi. Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan. Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan sosial yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang telah buruk. Terapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka.
b. Farmakoterapi.
Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolo (Tenormin),
untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar,
khususnya jika mereka menghadapi situasi yang
menakutkan.
9. Gangguan Kepribadian Dependen
Orang
dengan gangguan kepribadian dependen, menempatkan kebutuhan mereka sendiri
dibawah kebutuhan orang lain. Meminta orang lain untuk mengambil tanggung jawab
untuk masalah besar dalam kehidupan mereka, tidak memiliki kepercayaan diri dan
mungkin mengalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang sendirian lebih dari
suatu periode yang singkat. Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria, dan lebih sering terjadi pada anak yang lebih kecil jika
dibandingkan yang lebih tua. Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh
ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan gangguan ini
tidak mampu untuk mengambil keputusan tanpa nasehat dan pertimbangan yang
banyak dari orang lain. Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan ketakutan
untuk mengekspresikan perasaan seksual dan agresif menandai perilaku gangguan
kepribadian dependen(Kaplan&Saddock,1997:263-264).
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini timbul karena adanya regresi atau fiksasi pada masa oral karena orang tua yang sangat melindungi atau orang tua yang mengabaikan kebutuhan tergantung. Pendekatan kognitif-behavioral mengemukakan bahwa penyebabnya adalah karena kurang asertif dan kecemasan dalam membuat keputusan (Martaniah,1999:77).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 265):
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini timbul karena adanya regresi atau fiksasi pada masa oral karena orang tua yang sangat melindungi atau orang tua yang mengabaikan kebutuhan tergantung. Pendekatan kognitif-behavioral mengemukakan bahwa penyebabnya adalah karena kurang asertif dan kecemasan dalam membuat keputusan (Martaniah,1999:77).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 265):
a. Psikoterapi. Terapi gangguan kepribadian dependen seringkali berhasil, yaitu dengan proses kognitif-behavioral, dengan menciptakan kemandirian pada pasien, melatihketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Terapi perilaku, terapi keluarga dan terapi kelompok semuanya telah digunakan dengan keberhasilan pada banyak kasus.
b. Farmakoterapi. Pasien yang mengalami serangan panik atau memiliki tingkat kecemasan perpisahan yang tinggi mungkin tertolong oleh imipramine (Tofranil).Benzodiazepine dan obat Serotonergik masih ada.
10. Gangguan Kepribadian Obsesif dan kompulsif
Gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif ditandai oleh penyempitan emosional, ketertiban, kekerasan
hati, sikap keras kepala dan kebimbangan. Gangguan ini sering terjadi pada pria
dan sering pada anak tertua. Orang dengan gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif memiliki keasyikan dengan keteraturan, kebersihan, perincian
dan pencapaian kesempurnaan. Biasanya orang tersebut resmi dan serius dan
seringkali tidak memiliki rasa humor. Mereka memaksakan aturan supaya diikuti
secara kaku dan tidak mampu untuk mentoleransi apa yang dirasakannya sebagai
pelanggaran. Karena takut mereka melakukan kesalahan, mereka mengalami kebimbangan dan berpikir dalam waktu yang lama untuk
mengambil suatu keputusan.
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif dapat bekerja dengan baik dalam posisi yang membutuhkan pekerjaan metodologis, deduktif atau terperinci. Tetapi mereka rentan terhadap perubahan yang tidak diharapkan. Dilihat dari teori kognitif-behavioral, pasien gangguan ini mempunyai perhatian yang tidak realistik mengenai perfeksitas dan penolakan terhadap kesalahan. Kalau gagal dalam mencapai perfeksitas, ia menganggap dirinya tidak berharga(Martaniah,1999:79).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 267):
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif dapat bekerja dengan baik dalam posisi yang membutuhkan pekerjaan metodologis, deduktif atau terperinci. Tetapi mereka rentan terhadap perubahan yang tidak diharapkan. Dilihat dari teori kognitif-behavioral, pasien gangguan ini mempunyai perhatian yang tidak realistik mengenai perfeksitas dan penolakan terhadap kesalahan. Kalau gagal dalam mencapai perfeksitas, ia menganggap dirinya tidak berharga(Martaniah,1999:79).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 267):
a. Psikoterapi. Tidak seperti gangguan kepribadian lainnya, pasien gangguan kepribadian obsesif-kompulsif seringkali tahu bahwa mereka sakit dan mencari pengobatan atas kemauan sendiri. Asosiasi bebas dan terapi yang tidak terlalu mengarahkan sangat dihargai oleh pasien gangguan ini. Terapi kelompok dan terapi perilaku biasanya memberikan manfaat tertentu. Pada kedua konteks, mudah untuk memutuskan pasien ditengah-tengah interaksi atau penjelasan maladaptif mereka. Melengkapi perilaku kebiasaan mereka mencegah meningkatkan kecemasan pasien dan menyebabkan mereka mudah mempelajari strategi baru.
b. Farmakoterapi. Clonazepam (Klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan antikonvulsan, pemakaian obat ini untuk menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif parah. Clomipramine (Anafranil) dan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif timbul.
Selain gangguan kepribadian yang telah disebutkan di atas, juga ada gangguan kepribadian yang tidak ditentukan dimana dalam DSM IV dicadangkan untuk gangguan yang tidak memenuhi ke dalam salah satu gangguan yang telah dijelaskan sebelumnya.
11. Gangguan Kepribadian pasif-agresif
Orang
dengan gangguan kepribadian pasif-agresif ditandai oleh obstruksionisme (senang
menghalang-halangi), menunda-nunda, sikap keras kepala dan tidak efisien.
Perilaku tersebut adalah manifestasi dari agresi yang mendasari, yang
diekspresikan secara pasif. Pasien gangguan kepribadian pasif-agresif secara
karakteristik adalah suka menunda-nunda, tidak menerima permintaan untuk
kinerja yang optimal, tidak bersedia meminta maaf, dan cenderung untuk mencari
kesalahan pada diri orang lain walaupun pada orang tempat mereka bergantung;
tetapi mereka menolak untuk melepaskan mereka sendiri dari hubungan
ketergantungan. Mereka biasanya tidak memiliki ketegasan tentang kebutuhan dan
harapan mereka. Orang dengan gangguan ini tidak memiliki kepercayaan pada diri
sendiri dan biasanya pesimistik akan masa depan (Kaplan&Saddock,1997:268).
Mereka memendam rasa amarah dan permusushan yang diekspresikan dengan cara tidak langsung tapi menggunakan cara yang menyakitkan. Tidak sensitif terhadap kritik dan selalu menganggap dirinya benar. Dari sudut kognitif-behavioral, pasif-agresif berkembang dari kepercayaan bahwa ekspresi terbuka dan kemarahan adalah berbahaya. Menuntut orang lain harus tahu apa yang diinginkan, tanpa ia memintanya (Martaniah 1999 : 79).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 269):
a. Psikoterapi. Dapat dilakukan dengan memberikan terapi supportif, untuk memunculkan motivasi pada diri pasien. Ahli terapi harus menyatakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sebagai akibat dari perilaku pasif-agresif yang mereka lakukan.
b. Farmakoterapi. Antidepresan harus diresepkan jika indikasi klinis depresi dan kemungkina bunuh diri. Beberapa pasien berespon terhadap benzodiazepine,psikostimulan, tergantung pada keadaan klinis.
12. Gangguan kepribadian depresif
Orang dengan gangguan kepribadian depresif adalah orang yang pesimistik, anhedonik, terikat pada kewajiban, meragukan diri sendiri dan tidak gembira secara kronis. Penyebab gangguan kepribadian depresif tidak diketahui, tetapi faktor yang terlibat dalam gangguan distimik dan gangguan depresif berat mungkin bekerja. Teori psikologis melihat adanya kehilangan pada awal kehidupan, pengasuhan orang tua yang buruk, superego yang menghukum, dan perasaan ekstrim.
Deskripsi klasik tentang kepribadian depresif diajukan tahun 1963 oleh Arthur Noyes dan Laurence Kolb, “Mereka merasakan kegembiraan kehidupan yang normal tapi hanya sedikit, dan cenderung kesepian dan serius, bermuram durja, patuh, pesimistik dan rendah diri. Mereka rentan untuk mengekspresikan penyesalan dan perasaan ketidakberdayaan dan putus asa. Mereka seringkali teliti, perfeksionistik, sangat berhati-hati, asyik dengan pekerjaan, merasa bertanggung jawab dengan tajam, dan mudah berkecil hati di kondisi yang baru. Mereka ketakutan akan celaan, cenderung menderita dalam kesepian dan kemungkinan mudah menangis, walaupun biasanya tidak di hadapan orang lain. Suatu kecenderungan untuk merasa ragu-ragu, tidak dapat mengambil keputusan dan berhati-hati menghianati perasaan ketidakamanan yang melekat”.
H. Akiskal menggambarkan 7 kelompok sifat depresif : (1) tenang introvert, pasif, tidak sombong; (2) bermuram durja, pesimistik, serius, dan tidak dapat merasakan kegembiraan; (3) mengkritik diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, dan menghina diri sendiri; (4) bersifat ragu-ragu, kritik orang lain, sukar untuk memaafkan; (5) berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin diri; (6) memikirkan hal yang sedih dan merasa cemas; (7) asyik dengan peristiwa negatif, perasaan tidak berdaya dan kelemahan pribadi (Kaplan & Saddock, 1997 : 270).
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 270):
a. Psikoterapi. Terapi kognitif membantu pasien mengerti manifestasi kognitif dari perasaan rendah diri dan pesimisme mereka. Beberapa pasien mempunyai respon terhadap tindakan menolong diri sendiri.
b. Farmakoterapi. Dengan pemakaian antidepresan, khususnya obat sorotonergik tertentu seperti sertraline (Zoloft).
13. Gangguan kepribadian sadomasokistik
Gangguan ini bukan merupakan diagnosis resmi dalam DSM IV atau spendiksnya, tetapi dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian yang tidak diklasifikasikan. Sadisme (berasal dari nama seorang penulis di abad ke-18 yaitu Marquis de Sade, yang menulis tentang orang yang mengalami kenikmatan seksual saat menyiksa orang lain) adalah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit pada orang lain baik secara penyiksaan seksual atau fisik atau penyiksaan psikologi pada umumnya. Sigmund Freud percaya bahwa pasien sadisme untuk mencegah kecemasan kastrasi dan mampu untuk melakukan kepada orang lain apa yang mereka takutkan akan terjadi pada diri mereka.
Sedangkan masokisme (nama mengikuti Leopold von Sacher-Masoch, seorang penulis novel yang berasal dari Austria abad ke-19) adalah pencapaian pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri. Pada umumnya, yang dinamakan penderita masokisme moral mencari penghinaan dan kegagalan, bukannya sakit fisik. Menurut Sigmund Freud, kemampuan penderita masokisme untuk mencapai orgasme terganggu oleh kecemasan dan perasaan bersalah tentang seks dan perasaan tersebut dihilangkan oleh penderitaan dan hukuman pada diri mereka sendiri. Pengamatan klinis menyatakan bahwa elemen perilaku sadisme dan masokisme biasanya ditemukan pada orang yang sama.
Tritment yang dapat diberikan yaitu:
Psikoterapi. Terapi psikoanalisis efektif pada beberapa kasus. Sebagai hasil terapi, pasien menjadi menyadari bahwa kebutuhan menghukum diri sendiri adalah sekunder akibat perasaan bersalah bawah sadar yang berlebihan dan juga menjadi mengenali impuls agresif mereka yang terepressi, yang berasal dari masa anak-anak awal.
14. Gangguan kepribadian sadistic
Gangguan kepribadian sadistik adalah suatu tambahan yang kontroversial pada apendiks DSM III-R, dan tidak dimasukkan di dalam DSM IV. Orang dengan gangguan kepribadian sadistik menunjukkan pola kekejaman yang pervasif, merendahkan dan perilaku agresif, yang dimulai sejak anak-anak awal dan diarahkan kepada orang lain. Orang dengan gangguan ini kemungkinan menghina atau merendahkan orang lain dan biasanya telah mengancam atau menghukum orang lain dengan kasar yang tidak lazimnya, terutama anak-anak. Pada umumnya, orang dengan gangguan kepribadian sadistik merasa tertarik dengan kekejaman, senjata, cidera, atau penyiksaan. Untuk dimasukkan dalam kategori ini, orang tersebut tidak termotivasi semata-mata oleh keinginan untuk mendapatkan rangsangan seksual dari perilaku mereka; jika termotivasi demikian, parafilia dari sadisme seksual harus didiagnosis.
Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Kepribadian
(Depresi)
1. PENGERTIAN DEPRESI
Depresi merupakan
gangguan psikis yang dapat menurunkan alam kesadaran seseorang, sehingga
seseorang yang terkena depresi akan terganggu aktifitasnya. Ada banyak
pengertian tentang arti depresi, Depresi adalah penyakit suasana hati. Penyakit
dari sekitar kesedihan atau duka cita. “Depresi adalah gangguan mood, kondisi
emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,
berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan
muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan” Depresi merupakan
satu masa terganggunya fungsi manusia baik fungsi psikis mupun fungsi fisik,
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotorik, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh
diri.(ilmu kedokteran jiwa darurat halm 227)
Depresi tidak hanya
menggambarkan suasana hati, tetapi juga meliputi perubahan dalam pemikiran,
perilaku, dan biologis kita. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan sangat
berbahaya karena akan mempengaruhi keseimbangan hubungan diri kita dengan
lingkungan. Depresi dapat menurunkan fungsi kognitif, emosi dan produktifitas
pada individu.
2. JENIS DAN TINGKATAN
DEPRESI
Pembagian depresi dimaksudkan
untuk mempermudah dalam mengambil tindakan perawatan dan pengobatan. Ada tiga
tingkatan dalam depresi antara lain :
- Depresi
Sesaat
Depresi sesaat terjadi
karena kita bereaksi terhadap keadaan yang teradi, misalnya path hati. Depresi
ini terbilang tingkat ringan karena kemudian bisa hilang begitu kondisi tak
menyenangkan dilalui. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengatasi depresi
ini, karena jika kita menemukan sesuatu yang baru maka depresi ini akan hilang
dengan sendirinya
- Depresi Neurotik
Penyembuhan depresi ini
memakan waktu bertahun dan lebih sering ditemukan di antara orang-orang yang
tidak menikah, pengguna narkoba dan alkoholik. Dari sana menunjukkan bahwa
kasus depresi bisa terjadi pada orang segala usia. Tidak hanya orang dewasa
tetapi juga pada orang yang sangat tua maupun anak
- Depresi Berat
Pada orang yang terkena
gangguan depresi neurotik, sekitar 40 persen menjadi depresi berat. Tingkat
depresi berat itu adalah yang paling parah karena sebagian menjadi gila dan
mendapat perawatan rumah sakit. Biasanya kerja mulai terganggu atau tidak bisa
bekerja. Sedangkan depresi neurotik, biasanya diri sendiri merasa terganggu
tetapi dari luar belum kentara terganggu kualitasnya. Terganggu pada pekerjaan
tetapi masih bisa berjalan. Pada tingkatan depresi berat penderita harus selalu
mendapatkan perawatan yang intensif baik dari segi medis maupun melalui
psikiater.
3. PENYEBAB DEPRESI
Pada intinya, depresi
merupakan suatu kondisi di mana alam perasaan seseorang itu turun ke posisi
yang terendah. Sekalipun penyebab persis depresi tidak diketahui, tetapi bisa
diduga faktor-faktor yang mendukung terjadinya depresi
Macam-macam penyebab depresi :
1. Mengalami kekecewaan yang berat dalam hidupnya
2. Tidak berhasil mencapai suatu keinginan
3. Kehilangan orang yang paling dicintai
4. Tuntutan terhadap anak
5. Pertengkaran hebat antar pasangan
6. Derita penyakit berkepanjangan
7. Masalah keuangan
8. Persaingan karier
9. Rendahnya harga diri
10. Kesulitan menjalin hubungan dengan pasangan dan relasi
11. Gangguan hormonal
Sebab-sebab depresi di
atas merupakan penyebab depresi yang terjadi karena hubungan soial penderita.
Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati HIV dapat menyebabkan atau
memperburuk depresi, terutama efavirenz. Ada beberapa penyakit misalnya anemia
atau diabetes yang dapat menyebabkan gejala serupa dengan depresi, begitu juga
dengan penggunaan narkoba atau alkohol, serta testosteron, vitamin B6 atau
vitamin B12 yang rendah
4. GEJALA DEPRESI
Pasien depresif tidak
selalu mengeluh adanya sedih. Mereka mungkin mudah tersinggung dan banyak
keluhan fisik. Gejala deperesi berbeda-beda tergantung pada pasien yang
bersangkutan. Kebanyakan dokter mencurigai depresi bila pasien melaporkan bahwa
dia merasa sedih atau kehilangan gairah untuk kegiatan sehari-hari. Kemungkinan
kita mengalami depresi bila perasaan ini tetap berlanjut selama dua minggu atau
lebih.
Sebelum kita menjelajah
lebih jauh untuk mengenali gejala depresi, ada baiknya jika kita mengenal
apakah artinya gejala. Gejala merupakan sekumpulan peristiwa, perilaku atau
perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu bersamaan. Gejala
depresi merupakan kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dan
mempengaruhi fisik maupun psikis seseorang, serta dapat dikelompokkan sebagai
depresi[1]. Namun yang perlu diingat,
setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan suatu
peristiwa atau perilaku dihadapi secara berbeda dan memunculkan reaksi yang
berbeda antara satu orang dengan yang lain. Individu yang terkena depresi pada
umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti
murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang
semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan
menurunnya daya tahan. Gejala-gejala depresi dapat dikelompokkan menjadi tiga
gejala yaitu gejala dari segi fisik, psikis, dan sosial. Untuk lebih jelasnya,
kita lihat uraian di bawah ini
- Gejala
Fisik
Menurut para ahli, gejala
depresi yang kelihatan secara fisik mempunyai rentangan dan variasi yang luas
sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara garis besar
ada beberapa gejala fisik umum yang mudah untuk dideteksi. Gejala-gejala
tersebut antara lain:
-
Gangguan pola tidur, baik
mengalami kesulitan untuk tidur, terlalu sedikit maupun terlalu banyak.
-
Perubahan perilaku, pada umumnya,
orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang pasif, suka pada
kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti nonton TV, makan dan tidur.
-
Aktivitas menurun, dan mudah
capek. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh
motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan
kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi
untuk melakukan kegiatan seperti semula. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap
beraktifitas membuat penderita semakin kehilangan energi karena energi yang ada
sudah banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti
biasanya. Penderita mudah sekali lelah, capek padahal belum melakukan aktifitas
yang berarti Semangat kerja menurun, tidak konsentrasi terhadap pekerjaan.
Penyebabnya jelas orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan
perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga
akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan
justru hal-hal yang tidak efesien dan tidak berguna, seperti misalnya ngemil,
melamun, merokok terus-menerus, sering menelepon yang tidak perlu. Yang jelas,
orang yang terkena depresi akan terlihat dari metode kerjanya kurang
terstruktur, sistematika kerjanya jadi kacau atau kerjanya jadi lamban.
- Nafsu makan berkurang dan
kehilangan berat badan
b. Gejala Psikis
Gejala psikis adalah
segala sesuatu yang menyangkut emosi dan tingkah laku seseorang, seseorang yang
mengalami depresi akan mengalami perubahan tingkah laku dan watak yang mencolok
sekali. Berikut adalah gejala-gejala psikis yang dapat dialami oleh para
penderita depresi
-
Kehilangan rasa percaya diri.
Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu
dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali
membandingkan dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai,
beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan
oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya.
-
Sensitif. Orang yang mengalami
depresi senang sekali mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya
sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral dipandang dari sudut
pandang yang berbeda oleh penderita, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka
penderita mudah marah, mudah tersinggung, perasa, curiga akan maksud orang lain
(yang sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih, murung, dan lebih suka
menyendiri.
-
Merasa diri tidak berguna.
Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal
terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya penderita kuasai. Misalnya,
seorang manajer mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam
persepsinya, permutasian itu disebabkan ketidakmampuannya dalam bekerja dan
pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi sesuai dengan yang
diharapkan.
-
Perasaan bersalah. Perasaan
bersalah kadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka
memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat
dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan
diri mereka atas situasi tersebutr.
-
Perasaan terbebani. Banyak orang
menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa terbeban
berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.
c. Gejala Sosial
Masalah depresi yang
berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan
(atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap
perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umunya negatif (mudah marah,
tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial
yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja,
atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah
lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara
kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka
merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan
dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
Menurut dr. Hubertus gejala depresi dibagi menjadi 2 yaitu :
Gejal Major Depression :
1. Gelisah dan sedih
2. Pesimis
3. Tak berguna, tidak percaya diri
4. kehilangan minat pada aktivitas yang
menyenangkan termasuk seks
5. tak bersemangat dan lamban
6. sulit konsentrasi
7. sulit mengambil keputusan putus asa
8. sulit tidur atau terlalu banyak tidur
9. putus asa
10. kehilangan selerea makan atau makan jadi
berlebihan
11. berpikir tentang atau
ingin bunuh diri
12. mudah tersinggung
13. merasa sakit kepala atau
penyakit lain tak bisa sembuh seketika
Gejala Maniac-Depressive Illnes :
1. Gembira berlebihan dan tidak normal
2. Mudah tersinggung yang tidak lazim
3. Kebutuhan tidur menurun drastis
4. Bicara muluk tentang dirinya
5. Bicara berlebihan
6. Hasrat seksual meningkat pesat
7. Perilaku sosial menyimpang
8. Sulit berpikir jernih
5. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TERJADINYA DEPRESI
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang lebih berisiko terkena depresi, faktor tersebut antara
lain :
- Jenis
Kelamin
Pada pengamatan yang
hampir universal, terlepas dari kultur negara, terdapat prevalensi gangguan
depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki.
Walaupun alasn adanya perbedaan tersebut tidak diketahui, penelitian telah
jelas menunjukkan bahwa perbedaan di dalam masyarakat barat tidak semata-mata
karena praktek diagnostik yang secara sosial mengalami bias(sinopsis psikiatri
halm 779)
- Usia
Rata-rata usia onset
untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun, 50 persen dari semua
pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 30 tahun. Gangguan depresif berat
juga mungkin memiliki onset selama masa anak-anak atau pada lanjut usia, walaupun
hal tersebut jarang terjadi. Beberapa data epidemiologis baru-baru ini
menyatakan bahwa insidensi gangguan depresif berat mungkin meningkat pada
orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun. Karena pada usia tersebut
masalah hidup lebih berat Jika pengamatan tersebut benar, hal tersebut mungkin
berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat lain pada kelompok
usia tersebut.
- Status
Perkawinan
Pada umumnya, gangguan
depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal
yang erat atau yang bercerai atau berpisah. Hal ini mungkin karena penderita
tidak mempunyai tempat maupun orang untuk menceritakan atau berbagi masalah
yang dialami dalam kehidupannya
- Pertimbangan Sosioekonomi dan Kultural
Tidak ditemukan adanya
korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan depresif berat. Depresi
mungkin lebih sering di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Untuk
depresi sesaat ekonomi sangat berpengaruhmisalnya kenaikan harga BBM dapat
menyebabkan depresi, karena hal tersebut sangat memberatkan apalagi untuk
golongan ekonomi ke bawah. Tetapi depresi ini akan hilang dengan sendirinya
dalam jangk waktu tertentu. Dalam kasus ini jika harga BBM kembali turun maka
depresi tersebut akan hilang.
6. DAMPAK DEPRESI
Depresi tidak hanya
menyerang psikis seseorang, tetapi juga dapat menimbulkan efek-efek lain bagi
tubuh yang secara langsung dapat mengganggu aktifitas dan kesehatan penderita.
Efek paling berat paling dirasakan pada orang yang mengalami depresi berat,
karena pada tingkatan depresi ini sebagian besar harus mendapatkan perawatan di
rumah sakit jiwa. Lingkungan rumah sakit maupun efek obat untuk terapi tentu
akan berpengaruh secara langsung terhadap fisik pasien depresi di rumah sakit.
Ada berbagai macam dampak depresi dari yang paling ringan hingga yang sangat
berat bahkan menimbulkan kematian. Dampak-dampak tersebut antara lain :
1.
Depresi biasanya akan disertai dengan penyakit fisik, seperti asma, jantung
koroner, sakit kepala dan maag
2.
Menurut seorang ahli yang juga penulis buku, yaitu Philip Rice, depesi akan
meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit karena kondisi depresi
cenderung meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol sehingga menurunkan
tingkat kekebalan tubuhnya. Jika sistem kekebalan tubuh menjadi lemah maka
penyakit akan mudah untuk menyerang penderita depresi
3.
Penyakit mudah hinggap karena orang yang terkena depresi sering kehilangan
nafsu makan, kebiasaan makannya jadi berubah (terlalu banyak makan atau sulit
makan), kurang berolah raga, mudah lelah dan sulit tidur
4.
Selain penurunan daya tahan tubuh, depresi dipandang berbahaya bagi kesehatan
psikis dan fisik karena bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif, emosi dan
produktifitas dalam pekerjaan.
5.
Dampak depresi tidak hanya akan mempengaruhi diri sendiri penderita tersebut
tapi juga akan berdampak bagi “lingkungan” sekitarnya. Yang dimaksud dengan
lingkungan di sini adalah orang lain di sekitar penderita. Seperti halnya jika
kita terserang flu, maka seluruh tubuh kita merasa lemas dan tidak enak .
bukan hanya itu, orang lain yang ada disekitar kita juga berpotensi untuk
tertular oleh penyakit flu kita.
Menurut miner (1992),
seorang professor dari The State University di New York, di dalam konteks
organisasi situasi demikian dikenal dengan konsep the sick organization. Sebab,
seorang karyawan yang mengalami gangguan emosional seperti hanya depresi, akan
membawa implikasi tidak hanya pada kinerja dan kepuasan kerjanya sendiri
melainkan juga pada kinerja dan atmosphere organisasi.
6.
Ada pula dimana depresi tidak menyebabkan penyakit, tetapi justru penyakit yang
tak kunjung sembuh yang akhirnya menyebabka depresi sehingga akan memperparah
penyakit tersebut. Contoh kasus adalah depresi yang dialami penderita kanker,
asma, sakit punggung yang biasanya berlangsung bertahun-tahun.
7. PERAWATAN DEPRESI
Depresi sebenarnya mudah
untuk disembuhkan kecuali pada depresi berat. Pada tingkatan depresi ini
diperlukan terapi pengobatan yang agak sulit. Karena depresi berat sudh
mengarah pada ganggan kejiwaan. Kebanyakan orang kawatir dengan dampak
pengobatan antidepresan yang apabiladignakan dalam secara terus meners dan
dalam jangka waktu yang lama akan dapat mempengaruhi kerja otak. Rata-rata dua
dari tiga penderita depresi bisa disembuhkan, pada tingkat tertentu, yaitu pada
tingkatan depresi sesaat dan neurologis. Sedangkan pada depresi berat
diperlukan pemberian antidepresan. Untuk itu pengobatan depresi ditempuh
melalui dua jalan yaitu perawatan secara psikis dan perawatan secara medis.
Perawatan secara psikis
adalah cara perawatan untuk memperbaiki psikis penderita, perawatan ini lebih
menekankan pada terapi yang kontinu dalam meningkatkan percaya diri dan
mengurangi faham-faham negatif penderita depresi terhadap dirinya dan orang
lain. Perawatan medis adalah perawatan depresi yang menggunakan terapi obat dan
lebih menonjolkan pada terapi medis yang umumnya dilaksanakan dirumah sakit
jiwa. Perawatan ini lebih cenderung ditujukan pada penderita depresif
berat, walaupun pada depresif neurologis juga membutuhkan terapi ini,
tetapi persentasenya lebih kecil dibandingkan dengan depresi berat dalam
pemberian terapi ini.
Cara-cara perawatan depresi adalah sebagai berikut :
- Terapi
Psikis
Terapi psikis umumnya
tidak memerlukan seorang psikiater tapi lebih cenderung pada menerapkan
disiplin diri dan mencari jalan keluar untuk menghadapi masalah yang menjadi
sumber depresi tersebut.
a. Perhatian utama dalam
menangani masalah depresi adalah adanya komitmen dan persistensi untuk menyelesaikannya.
Fokuskan perhatian pasien pda da hal tersebut agar keiinginannya untuk sembuh
meningkat. Sehingga pasien lebih kooperatif dan kita mudah untuk mengetahui
permasalahan pasien
b. Banyak pasien depresi merasa
terkucil dan putus asa, ntuk itu diperlkan sikap kita yang lebih berteman.
Sehingga pasien tidak akan merasa kesepian dan dengan leluasa dapat mencurahkan
segala permasalahan hidupnya.
c. Beritahu pasien bahwa depresi itu
umum terjadi, sehingga pasien tidak merasa terkucilkan lagi
d. Bantulah pasien untuk
menemukan stressor atau masalah utama yang dihadapi sehingga mengakibatkan
depresi. Stressor dapat berupa individu, kelompok, maupun lingkungan. Dengan
menemukan stressor dapat mengurangi perasaan dosa dan rendah diri pasien
c. Tekankan pada pasien
bahwa depresi merupakan suatu penyakit, seperti juga hipertensi yang
membutuhkan pengobatan medik
d. Perbaiki segala macam
anggapan dan ambivalensi pasien. Berikan penjelasan bila terdapat ambivalensi
sehingga pasien ragu untuk mencari pengobatan. Anggapan yang beredar di
masyarakat biasanya orang yang pergi ke psikiateradalah orang gila.
e. Hindari bualan atau
harpan yang kosong
f. Memperbaiki hubungan
interpersonal. Apabila pasien memiliki hubungan dengan seseorang yang suka
menganiaya atau hubungan dengan seseorang yang selalu mencela pasien, sulit
bagi pasien untuk sembuh dari depresi
g. Terapi dari
pasangan dan terapi keluarga bisa membantu mengatasi depresi, hampir setiap
komunitas terdekat memiliki program untuk membantu pasien. Termasuk keluarga.
Keluarga diharapkan bisa membantu mengenali keluhan fisik akibat depresi,
mengawasi kondisi pasien dan memotivasi pasien untuk sembuh
h. Memperbaiki
hubungan dengan orang terdekat dapat membantu memperoleh dukungan positif saat
pasien berusaha menyembuhkan depresi
i. Penjadwalan
aktifitas, hal ini dimaksudkan agar pasien lebih meningkatkan aktifitasnya
terutama aktifitas yang menyenangkan. Untuk pengobatan depresi, sering
kali menekankan pada peningkatan jumlah aktifitas mingguan yang menyenngkan dan
yang dapat menimbulkan perasaan puas. Karena dengan hal itu pasien akan merasa
lebih baik
B. Terapi Obat
Depresi dapat diobati
dengan antidepresanObat untuk depresi, namun anti depresan dapat berinteraksi
dengan ARV. Anti depresan harus dipakai dalam pengawsan dokter yang mengetahui
mengenai ARV yang kita pakai. Ritonavir FOOt NOTE dan indinavir paling sering
beriteraksi dengan antidepresan.
Antidepresan yang paling
sering dipakai dalam mengobati depresi adalah SSRIFOOTNOTE. Efek samping obat
golongan ini dapat menyebabkn kehilangan nafsu seks, kehilangan nafsu makan,
sakit kepala, insomnia (sulit tidur), kelelahan, mual, diare, dan kegelisahan
Obat dari golongan
trisiklik menyebabkan lebih banyak efek samping daripada SSRI. Obat dari
golongan ini dapat menyebabkan sedasi FOOTNOTE, sembelit, dan denyut jantung
tidak teratur.
Pengobatan depresi ringan
dapat disesuaikan dengan gejala-gejala yang timbul. Misalnya susah tidur dan
kehilangan nafsu makan dapat diberikan obat penambah nafsu makan atau obat
tidur.
Terapi antidepresi yang
pasti adalah dengan obat atau kejang listrik (ECT) membutuhkan beberapa minggu
atau lebih lama. Informasi penting untuk menentukan tindakan pengobatan adalah
: apakah pasien psikotik?, apakah pasien telah minum obat atau alkohol?, adakah
gangguan medik yang ditemukan?. Jika kita telah mengetahui masing-masing
informasi tentang hal diatas, maka tindakan pengobatan selanjutnya akan lebih
aman, mengingat antidepresan sangat mudah bereaksi dengan obat lain.
Berikut ini adalah terapi obat
dengan antidepresan :
a. Bila pasien
mengidap gangguan organik, dapat diatasi dengan benzodiazepine seperti lorazem
(ativan) 1-2 mg per oral atau 1M, alprazolam (xanax) 0,5-1 mg per oral, atau
oksazepam (serax) 10-30 mg per oral, semua diberikan tiap 4 jam dan seperlunya
b. Bila gejala psikotik
timbul, benzodiazepine dapat digunkan, tetapi antipsikotika perlu
dipertimbangkan. Contuh haloperidol (haldol) 2-5 mg per oral atau 1M,
flufenazin (prolixin, anatensol) 2-5 mg per oral atau 1M, atau tiotiksen
(navane) 2-5 mg per oral atau 1M. semua diberikan tiap 4 jam seperlunya
8. PENCEGAHAN DEPRESI
Depresi memang dapat diobati
namun depresi juga dapat dicegah, ingat mencegah lebih baik daripada mengobati.
Berikut adalah cara mencegah depresi :
a.
Usahakan untuk selalu punya seseorang yang dekat untuk bercurah hati. Jangan
pernah untuk menyimpan sendiri beban hidup kita. Karena hal ini dapat
memperburuk depresi yang sdah dialami mapun dapat mengakibatkan depresi
b.
Berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang dapat membuat diri lebih baik, hal ini
dapat mengalihkan perhatian kita terhadap masalah yang sedang kita hadapi.
Ingat kita bkan lari dari masalah tetapi labih cenderung menyegarkn pikiran
kita sehingga kita lebih siap untuk menghadapinya lagi nanti.
c.
Berpikir realistis, jangan terlalu menghayal dan berimajinasi. Hilangkan kata
“seandainya saya…” dalam hidup kita
d.
Melakukan olahraga, aktif dalam kelompok agama dan sosial, kegiatan tersebut
membuat kita lebih jarang melamun
e.
Mengubah suasana hati, Usahakan untuk selalu membuat suasan hati kita gembira
karena hal tersebut dapat menghindarkan diri dari menyalahkan diri sendiri
f.
Jangan banyak berpengharapan
g.
Berpikir positif
h.
Lapang hati dan sabar dalam mengadapi segala cobaan hidup dapat menjauhkan diri
kita dari depresi.
LAPORAN PENDAHULUAN
I. MASALAH UTAMA
Gangguan alam perasaan: depresi dengan resiko bunuh diri.
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
Depresi adalah suatu
jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah,
murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia,
konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit
menurun.
Depresi disebabkan oleh
banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi,
faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor
neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan
sebagainya.
Depresi biasanya
dicetuskan oleh trauma fisik seperti bunuh diri, penyakit infeksi, pembedahan,
kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan
kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi
yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor
pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor
pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan
tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat
dimengerti oleh orang lain.
III. POHON MASALAH
IV.
MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG
PERLU DIKAJI
1. Gangguan alam perasaan depresi
a. Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan
pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa
dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa
putus asa dan cenderung bunuh diri.
b. Data obyektif:
Gerakan tubuh yang
terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot,
ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.Kadang‑kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak
ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses berpikir terlambat,
seolah‑olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat,
tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif
terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham
dosa, depersonalisasi dan halusinasi.Kadang‑kadang pasien suka menunjukkan
sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka
diganggu.
2. Koping maladaptif
a. DS : menyatakan putus asa dan tak
berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
b. DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak
dapat mengontrol impuls.
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan
depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi
berhubungan dengan koping maladaptif.
VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tujuan umum: Klien tidak mencederai
diri.
b. Tujuan khusus
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1. Perkenalkan diri dengan klien
1.2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin
dengan sikap empati
1.3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati
dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan,
anggukan.
1.4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons
sesuai dengan keinginannya
1.5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas,
singkat, sederhana dan mudah dimengerti
1.6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan
orang lain.
2.
Klien dapat menggunakan koping adaptif
2.1. Beri dorongan untuk mengungkapkan
perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
2.2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa
dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
2.3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari
koping yang biasa digunakan
2.4. Bersama pasien mencari berbagai
alternatif koping.
2.5. Beri dorongan kepada pasien untuk
memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
2.6. Beri dorongan kepada pasien untuk
mencoba koping yang telah dipilih
2.7. Anjurkan pasien untuk mencoba
alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
3. Klien
terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
3.1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
3.2. Jauhkan dan simpan alat‑alat yang dapat
digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman
dan terkunci.
3.3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan
pasien.
3.4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang
mudah dipantau oleh peramat/petugas.
4.
Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
4.2. Kaji dan kerahkan sumber‑sumber internal individu.
4.3. Bantu mengidentifikasi sumber‑sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal‑hal untuk diselesaikan).
5.
Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
5.1. Kaji dan manfaatkan sumber‑sumber ekstemal individu (orang‑orang
terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
5.2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa
lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
5.3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling
pemuka agama).
6. Klien
dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
6.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat).
6.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara, waktu).
6.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang
dirasakan.
6.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan
benar.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat dismpulkan bahwa siapa saja berpotensi untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan oleh faktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor biologis (hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu adanya fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga tergantung dari mekanisme pertahanan Ego orang yang bersangkutan).
Dalam DSM-IV, gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok dan masing-masing kelompok terdapat beberapa gangguan kepribadian dengan karakteristik yang khas dan berbeda-beda satu sama lain. Hampir semua gangguan kepribadian dapat disembuhkan baik melalui psikoterapi (terapi kejiwaan) maupun farmakoterapi (terapi obat-obatan), dengan teknik penyembuhan yang berbeda-beda untuk masing-masing gangguan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & Saddock, 1997, Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi ke-7, jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta.
2. Sri Mulyani Martaniah, MA, Prof. Dr. 1999, Handout Psikologi Abnormal, Yogyakarta.
3. Maslim, Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta.
4. Nida UI Hasanat, 2004, Print out Personality Disorder, Yogyakarta.
Sumber:
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar