PENDAHULUAN
Apendisitis adalah kondisi di
mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa
perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur.
Apendisitis adalah peradangan
yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering1. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah
usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat,
karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum
diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali
menimbulkan masalah kesehatan.2
Apendiks merupakan organ yang
berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm)
dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir
itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum.
Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu
penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin
sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam
sistem imun). Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah
IgA. Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi
sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada
apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna
lain.2
A. Latar
Belakang
Keperawatan merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena itu praktek keperawatan
merupakan tindakan yang mandiri melalui kerja sama tenaga kesehatan lainnya
dalam bentuk kerja sama dengan pasien /keluarga sesuai lingkup peran dan fungsi
seorang perawat. Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan juga memiliki
tanggung jawab untuk ikut serta dalam penanganan kasus yang dialami klien,
salah satu diantara yang menjadi bahan studi penulis yaitu peran perawat dalam
upaya penanganan Apendisitis
Tujuan
1)
Untuk
mengetahui etiologi dan patofisiologi kliean dengan Apendisitis Akut
2)
Untuk mengetahui
pengkajian pada klien Apendisitis Akut
3)
Untuk mengetahui
diagnose keperawatan, Implementasi dan Intervensi pada kliean Apendisitis Akut
4)
Untuk
mengetahui penatalaksana medis dengan klien Apendisitis Akut
BAB 2
ISI
A. Pengertian
Apendisitis adalah kondisi di
mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa
perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur.
Apendisitis adalah peradangan
yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering1. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah
usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat,
karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum
diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali
menimbulkan masalah kesehatan.2
Apendiks merupakan organ yang
berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm)
dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir
itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum.
Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu
penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin
sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam
sistem imun). Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah
IgA. Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi
sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada
apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna
lain.2
Apendisitis dapat mengenai
semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia
10-30 tahun.1
Ada pun beberapa
pengertian menurut ahli sebagai berikut:
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti
kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dzri sekum.
Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses
yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui
peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston,
1995).
Apendiksitis akut adalah
penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan ronggaabdomen,
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
B. Etiologi
Apendisitis umumnya terjadi
karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya.
Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini
biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit),
hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam
tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun,
diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan
hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering
terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi
mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica.
Penelitian epidemiologi
menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh
konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja yang keras dapat
menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan
meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan
mempermudah timbulnya apendisitis.
- Menurut
Syamsyuhidayat, 2004 :
- Fekalit/massa
fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.
- Tumor
apendiks.
- Cacing
ascaris.
- Erosi
mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.
- Hiperplasia jaringan
limfe.
- Menurut
Mansjoer , 2000 :
- Hiperflasia
folikel limfoid.
- Fekalit.
- Benda
asing.
- Striktur
karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
- Neoplasma.
- Menurut
Markum, 1996 :
- Fekolit
- Parasit
- Hiperplasia limfoid
- Stenosis fibrosis akibat
radang sebelumnya
- Tumor
karsinoid
C.Patofisiologi
Menurut Mansjoer, 2000: Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Menurut Mansjoer, 2000: Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus. Pada saat ini terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Sumbatan
menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium, nausea, muntah. invasi
kuman E Coli dan
spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularisa,
dan akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan
bawah.Suhu tubuh mulai naik.Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan
terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah,
dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah. Keadaan ini
yang kemudian disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran
arteri terganggu akan terjadi infark diding apendiks yang diikuti dengan
gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh pecah, akan menyebabkan apendisitis perforasi.
Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.
Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.
Pada anak-anak karena
omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis.
Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.
Tahapan Peradangan Apendisitis
- Apendisitis
akuta (sederhana, tanpa perforasi)
- Apendisitis
akuta perforate ( termasuk apendisitis gangrenosa, karena dinding apendiks
sebenarnya sudah terjadi mikroperforasi)
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien.
Nama :
Tn. S.
Umur :
40 thn.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Alamat :
Jl. Kesehatan Asrama Kodim 1010/ Rantau.
Status :
Kawin.
Agama :
Islam.
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia.
Pekerjaan :
TNI AD.
Tanggal MRS :
24 Mei 2004
Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2004
Dx Medis :
Appendiksitis Akut.
2. Identitas Penanggung Jawab.
Nama :
Tn. S.
Alamat :
Jl. Kesehatan Asrama Kodim 1010/ Rantau.
Hubungan dengan klien : Diri sendiri.
3. Keluhan Utama.
Nyeri pada perut kuadran kanan bawah, terdapat nyeri tekan
pada abdomen kanan bawah dan klien mengatakan terganggunya aktivitas karena
nyeri pada abdomen kanan bawah.
4. Riwayat Penyakit.
1)
Penyakit sekarang.
Klien mengatakan sakit dan nyeri perut sejak pagi (24 Mei
2004), terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan bawah, klien masuk Rumah
Sakit pada jam 10.30 WITA. Besok harinya klien dioperasi, klien mengatakan
nyeri bila bergerak, nyeri skala 2 (sedang).
2)
Penyakit dahulu
Klien mengatakan belum pernah masuk Rumah Sakit dan baru
pertama kali menjalani operasi.
3)
Penyakit keluarga.
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama, juga untuk penyakit lain seperti DM, Jantung koroner dan
Hipertensi tidak ada.
5. Pemeriksaan Fisik.
a)
Keadaan Umum. ( Tgl 26 Mei 2004 )
Kesadaran pasien compos mentis, kx tampak tenang, nilai GCS =
4,5,6.
♦
Tanda-tanda vital:
TD: 130/80 mmHg, N: 90 x/m,
R: 28 x/m, T:
36,5 ‘C
Data Antropometrik:
BB: 65 kg, TB:
167 cm, LLA: 26 cm.
b)
Kulit dan Kuku.
Kulit kx berwarna coklat tidak ikterik, tidak terdapat memar,
tidak ada edema, badan kx teraba hangat, dengan suhu 36,5 ‘C. Turgor kulit baik
(dicubit kembali dalam waktu 2 detik), tidak ada lesi maupun massa, kuku kx
tampak bersih, CRT normal (kembali dalam + 3 detik).
c)
Kepala dan Leher.
Struktur simetris , tidak ada nyeri/vertigo pada kepala,
tidak terdapat trauma kepala dan leher, kelenjar tyroid tidak teraba, tidak ada
keterbatasan gerak kepala. Rambut kx berwarna hitam dan terlihat bersih, kx
mengatakan tidak ada kesulitan menelan.
d)
Penglihatan dan Mata.
Mata tampak simetris, tidak tampak adanya sekresi,
penglihatan kx baik, konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
kelainan seperti strabismus, kx tidak menggunakan alat bantu penglihatan. 6
otot mata berfungsi dengan baik, bentuk pupil sama besar.
e)
Penciuman dan Hidung.
Struktur simetris, tidak tampak adanya peradangan /
pendarahan, tidak ada obstruksi, tidak tampak adanya sekret yang keluar, fungsi
penciuman baik.
f)
Pendengaran dan Telinga.
Struktur telinga simetris, tidak tampak adanya peradangan
ataupun pendarahan, tidak ada nyeri tekan saat dipalpasi, tidak tampak adanya
sekret yang keluar, fungsi pendengaran baik, kx tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, kx mengatakan tidak ada tinitus/ vertigo.
g)
Gigi dan Mulut.
Warna mukosa bibir merah, mulut dan lidah tampak bersih,
tidak ada peradangan ataupun pendarahan, kx mengatakan ada gigi yang berlubang
pada geraham kanan bawah, fungsi mengunyah baik, kx tidak menggunakan gigi
palsu.
h)
Dada, Pernafasan dan Sirkulasi.
Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, gerakan
dada simetris, kualitas pernafasan cepat, dengan frekuensi 28 x/m, tidak ada
keluhan sesak nafas, pada saat diauskultasi tidak terdengar nafas tambahan,
tidak ada nyeri tekan pada dada, saat diperkusi dada terdengar sonor, taktil
premitus sejajar antara kanan dan kiri, saat diauskultasi bunyi jantung normal,
tidak ada bunyi jantung tambahan.
i)
Abdomen.
Bentuk abdomen simetris, tidak tampak asites, tampak
jaringan parut di abdomen bekas luka, terdapat luka post ops pada abdomen kanan
bawah, dengan luka jahitan + 10 cm, terdapat nyeri tekan pada abdomen
bagian kanan bawah, saat diperkusi terdengar bunyi tympani, pada area luka
tampak memerah, skala nyeri 2 (sedang).
j)
Genetalia dan Reproduksi.
Dari anamnesa dengan kx pada rektum tidak ada haemorroid,
tidak ada lesi dan masa, tidak ada peradangan genetalia, tidak ada nyeri saat
BAB / BAK.
k)
Ekstrimitas Atas dan Bawah.
Struktur ekstrimitas simetris, tidak terdapat keterbatasan
aktifitas, tidak ada kelainan tulang, kx tidak menggunakan alat bantu gerak,
skala aktifitas 2 (memerlukan bantuan orang lain dan pengawasan).
Skala Kekuatan otot :
5 5
5 5
6. Kebutuhan Fisik, Psikologis, Sosial dan
Spiritual.
a)
Aktifitas dan Istirahat.
Rumah :
♦
Kx bekerja di Kodim 1010 REM 101/ Ant setiap paginya,
tidur malam sekitar 6 jam, kx mengatakan tidak pernah tidur siang, tidak ada
penggunaan obat-obatan.
RS :
♦
Kx tidur malam 7-8 jam, tidur siang 1-2 jam, kx
mengatakan tidak ada kesulitan tidur, skala aktifitas 2 (memerlukan bantuan
orang lain dan pengawasan).
b)
Personal Hygent.
Rumah :
♦
Frekuensi mandi 2x sehari, gosok gigi setiap pagi dan
sore hari, keramas tidak tentu, potong kuku bila dirasa panjang.
RS :
♦
Kx hanya diseka keluarganya, gosok gigi setiap pagi,
tidak ada potong kuku.
c)
Eliminasi
Rumah :
♦
Kx BAB 1x sehari, BAK tidak tentu, tergantung banyaknya
konsumsi cairan yang masuk.
RS :
♦
Pada saat pengkajian kx tidak ada BAB, BAK 2x, dengan
warna dan bau yang khas, kx tidak menggunakan kateter.
d)
Nutrisi.
Rumah :
♦
Kx makan 2x sehari, kx mengatakan makan apabila ada
nafsu makan, kx mengatakan tidak ada makanan pantangan, tidak ada kesulitan/
gangguna dalam menelan.
♦
Pada saat pengkajian kx belum makan dan minum (kx
dipuasakan).
RS :
♦
Pada saat pengkajian kx belum makan dan minum (kx
dipuasakan).
e)
Sexual.
Kx mengatakan hubungan keluarganya harmonis, kx memiliki 1
istri dan 2 anak.
f)
Psikologi.
Kx dapat beradaptasi dengan lingkungan RS, hubungan kx dengan
perawat dan tim medis lain baik, kx tampak tenang, koping individu baik.
g)
Spiritual.
Kx beragama islam, kx saat ini dapat melakukan aktivitas
ibadahnya, kx terlihat sabar dalam menghadapi penyakitnya.
7. Data Penunjang.
1)
Laboratorium.
♦
HB :
15,6 gram% ( L: 12-16, P: 12-14
)
♦
Leukosit :
12.100 /cu mm ( 6000-10000 )
♦
Ureum :
23 mg/dl ( 10500 mg/dl )
♦
Gol. Darah :
A
♦
SGOT :
8,5 u/l ( L: up to18,0
u/l
P:
up to 15,0 u/l )
♦
SGPT :
13,0 u/l ( L: up to22,0
u/l
P:
up to 17 u/l )
2)
Obat-obatan.
♦
Viccilin 3x1 amp.
♦
Antrain 3x1 amp.
♦
Amoxan 3x1 tab.
♦
Ponstan 3x1 tab.
Data Fokus.
1)
Inspeksi.
Terlihat luka post op pada abdomen kanan bawah dengan luka
jahitan + 10 cm. Disekitar luka tampak memerah.
2)
Palpasi.
Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah.
3)
Perkusi.
Terdengar tympani pada abdomen.
4)
Auskultasi : TD: 130/80 mmH
ANALISA
DATA
N0
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1
2
3
4
|
DS :
♦
Kx mengatakan nyeri pada abdomen kanan bawah.
♦
Kx mengatakan nyeri tekan pada abdomen kanan bawah
dan area sekitar luka.
DO :
♦
Tampak luka post ops, panjangnya + 10 cm pada
abdomen bawah kanan
♦
Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah.
♦
Pada area luka tampak memerah
♦
Skala nyeri 2 (sedang)
DS :
♦
Kx mengatakan nyeri pada abdomen kanan bawah dan
area sekitar luka.
DO :
♦
Pada area luka tampak memerah
♦
Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah dan area
sekitar luka.
♦
Skala nyeri 2 (sedang)
♦
TTV:
TD:
130/80 mmHg, N: 90 x/m,
R: 28
x/m, T: 36,5 ‘C
DS :
♦
Kx mengatakan tubuhnya terasa lemah.
♦
Kx mengatakan masih puasa karena belum ada flatus.
DO :
♦
Keadaan umum kx tampak lemah.
♦
Mukosa bibir kx tampak kering.
♦
Turgor kulit kembali dalam 3 detik.
♦
TTV:
TD:
130/80 mmHg, N: 90 x/m,
R: 28
x/m, T: 36,5 ‘C
♦
Data antropometrik:
BB: 65 kg, TB: 167 cm.
DS :
♦
Kx mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas karena
nyeri pada luka post ops.
♦
Kx mengatakan dalam beraktivitas sering dibantu
keluarganya.
DO :
♦
Kx tampak lemah.
♦
Kx tampak hanya melakukan aktivitas di tempat tidur.
♦
Skala kekuatan otot:
5
5
5 5
♦
Skala aktivitas 2 (memerlukan bantuan dan pengawasan
dari orang lain).
|
Gangguan rasa nyaman: nyeri
Resiko tinggi infeksi
Kekurangan volume cairan dan nutrisi.
Intoleransi aktivitas.
|
Luka post ops
Prosedur invasif insisi bedah
Pembatasan pasca ops (puasa)
Pasca ops Appendiksitis.
|
Prioritas Masalah:
1.
Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka post ops.
2.
Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasif insisi
bedah..
3.
Kekurangan volume cairan dan nutrisi b.d pembatasan
pasca ops (puasa).
4.
Intoleransi aktifitas b.d pasca ops Appendiksitis.
PROSES
KEPERAWATAN
No Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1
2
3
4
|
Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka post ops.
DS :
♦
Kx mengatakan nyeri pada abdomen kanan bawah.
♦
Kx mengatakan nyeri tekan pada abdomen kanan bawah
dan area sekitar luka.
DO :
♦
Tampak luka post ops, panjangnya + 10 cm pada
abdomen bawah kanan
♦
Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah.
♦
Pada area luka tampak memerah
♦
Skala nyeri 2 (sedang)
Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasif insisi bedah.
DS :
♦
Kx mengatakan nyeri pada abdomen kanan bawah dan
area sekitar luka.
DO :
♦
Pada area luka tampak memerah
♦
Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah dan area
sekitar luka.
♦
Skala nyeri 2 (sedang)
♦
TTV:
TD: 130/80mmHg, N: 90 x/m
R: 28 x/m
T: 36,5 ‘C
Kekurangan volume cairan dan nutrisi b.d pembatasan pasca
ops (puasa).
DS :
♦
Kx mengatakan tubuhnya terasa lemah.
♦
Kx mengatakan masih puasa karena belum ada flatus.
DO :
♦
Keadaan umum kx tampak lemah.
♦
Mukosa bibir kx tampak kering.
♦
Turgor kulit kembali dalam 3 detik.
♦
TTV:
TD: 130/80 mmHg N: 90 x/m,
R: 28 x/m
T: 36,5 ‘C
♦
Data antropometrik:
BB: 65 kg
TB: 167 cm.
Intoleransi aktivitas b.d pasca ops Appendiksitis.
DS :
♦
Kx mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas karena
nyeri pada luka post ops.
♦
Kx mengatakan dalam beraktivitas sering dibantu
keluarganya.
DO :
♦
Kx tampak lemah.
♦
Kx tampak hanya melakukan aktivitas di tempat tidur.
♦
Skala kekuatan otot:
5
5
5 5
♦
Skala aktivitas 2 (memerlukan bantuan dan pengawasan
dari orang lain).
|
Dalam 4 hari perawatan nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria Evaluasi:
♦
Skala nyeri berkurang (1-0)
♦
Kx mengatakan nyeri hilang/ berkurang.
♦
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
♦
Kx tampak rileks.
Dalam 3 hari perawatan luka bebas dari tanda-tanda infeksi
Kriteria Evaluasi:
♦
Kx mengatakan nyeri pada abdomen hilang/ berkurang.
♦
Luka tidak tampak memerah
♦
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
♦
Skala nyeri berkurang (1-0)
♦
TTV dalam batas normal.
Kebutuhan volume cairan dan nutrisi kx terpenuhi dalam 2
hari perawatan.
Kriteria Evaluasi:
♦
Kx tidak merasa lemah lagi.
♦
Mukosa bibir kx tampak basah.
♦
Kebutuhan cairan dan nutrisi terpenuhi/ kembali
seperti semula
♦
Tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
♦
BB dalam batas normal.
Aktivitas kembali normal dalam 3 hari perawatan.
Kriteria Evaluasi:
♦
Kx dapat melakukan aktivitas secara mandiri
♦
Kx mengatakan dalam beraktivitas tidak dibantu oleh
orang lain]
♦
Aktivitas kx kembali normal (skala 0)
|
1)
Kaji nyeri, catat, lokasi dan karakteristik dan
skala nyeri
2)
Pertahankan aktifitas hiburan
3)
Beri posisi yang nyaman seperti posisi semi fowler
4)
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
5)
Usahakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
Kolaborasi:
6)
Berikan analgetik sesuai indikasi
1)
Kaji tanda-tanda infeksi
2)
Monitor
tanda-tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat,
peningkatan nyeri abdomen
3)
Perawatan luka aseptik
4)
Lakukan pencucian tangan sebelum kontak dengan luka
5)
Perawatan luka 2 xsehari
Kolaborasi:
6)
Beri anti biotik sesuai indikasi
1)
Awasi TD dan nadi.
2)
Kaji membran mukosa dan turgor kulit.
3)
Auskultasi bising usus dan kelancaran flatus.
4)
Beri sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan
oral dimulai
5)
Anjurkan perawatan oral
Kolaborasi:
6)
Beri infus D5%
1)
Kaji penyebab kelemahan aktivitas
2)
Berikan posisi yang nyaman bagi kx
3)
Kaji tingkat skala aktivitas kx
4)
Bantu kx dalam beraktivitas
5)
Dekatkan barang-barang yang diperlukan kx
|
1)
Menentukan intervensi yang lebih intensif
2)
Meningkatkan relaksasi
3)
Menghilangkan tegangan abdomen
4)
Mengalihkan perhatian untuk memberi rasa nyaman bagi
kx.
5)
Suasana lingkungan yang tenang dapat mengurangi
persepsi nyeri
6)
Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri
1)
Menentukan intervensi yang tepat
2)
Dugaan adanya infeksi, terjadinya sepsis abses
3)
Menurunkan resiko penyebaran bakteri
4)
Mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri
5)
Menurunkan resiko penyebaran bakteri
6)
Anti biotik untuk mematikan organisme
1)
Untuk memudahkan intervensi yang tepat
2)
Untuk mempercepat proses penyembuhan
3)
Untuk mengetahui peningkatan aktivitas kx
4)
Mempermudah dan membantu kx dalam beraktivitas
5)
Agar kx mudah mengambil barang yang diperlukan
|
No Dx
|
Hari/ Tanggal
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1
2
3
4
1
2
3
4
|
Kamis
27 Mei 2004
Kamis
27 Mei 2004
Kamis
27 Mei 2004
Kamis
27 Mei 2004
Jum’at
28 Mei 2004
Jum’at
28 Mei 2004
Jum’at
28 Mei 2004
Jum’at
28 Mei 2004
|
08.00
08.00
08.00
07.30
12.00
10.00
11.00
09.00
09.00
12.00
10.00
10.00
10.10
10.15
11.00
11.10
11.15
11.20
11.30
11.45
08.00
08.00
08.00
07.30
12.00
10.00
11.00
09.00
09.00
12.00
10.00
10.00
10.10
10.15
11.00
11.10
11.15
11.20
11.30
11.45
|
1)
Mengkaji nyeri (catat, lokasi, skala, dan karakteristik
skala nyeri)
2)
Memberi posisi yang nyaman kepada kx
3)
Menganjurkan kepada kx untuk membaca koran sebagai
teknik distraksi
4)
Mengusahakan suasana lingkungan yang nyaman.
Kolaborasi:
5)
Memberi analgetik sesuai indikasi.
1)
Mengkaji tanda-tanda infeksi
2)
Memonitor TTV (perhatikan demam, menggigil,
berkeringat, peningkatan nyeri)
3)
Merawat luka dengan membalut luka memakai betadin
secara aseptik
4)
Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan / kontak
dengan luka
Kolaborasi:
5)
Memberikan Antibiotik
1)
Mengawasi TD dan nadi
2)
Mengkaji membran mukosa dan turgor kulit
3)
Memonitor kelancaran flatus
4)
Menganjurkan perawatan oral
Kolaborasi:
5)
Memberi infus D5%
1)
Mengkaji penyebab kelemahan aktivitas
2)
Memberikan posisi yang nyaman bagi kx
3)
Mengkaji tingkat skala aktivitas bagi kx
4)
Membantu kx dalam beraktivitas
5)
Mendekatkan barang-barang yang diperlukan kx
1)
Mengkaji nyeri (catat, lokasi, skala, dan
karakteristik skala nyeri)
2)
Memberi posisi yang nyaman kepada kx
3)
Menganjurkan kepada kx untuk membaca koran sebagai
teknik distraksi
4)
Mengusahakan suasana lingkungan yang nyaman.
Kolaborasi:
5)
Memberi analgetik sesuai indikasi.
1)
Mengkaji tanda-tanda infeksi
2)
Memonitor TTV (perhatikan demam, menggigil,
berkeringat, peningkatan nyeri)
3)
Merawat luka dengan membalut luka memakai betadin
secara aseptik
4)
Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan / kontak
dengan luka
Kolaborasi:
5)
Memberikan Antibiotik
1)
Mengawasi TD dan nadi
2)
Mengkaji membran mukosa dan turgor kulit
3)
Memonitor kelancaran flatus
4)
Menganjurkan perawatan oral
Kolaborasi:
5)
Memberi infus D5%
1)
Mengkaji penyebab kelemahan aktivitas
2)
Memberikan posisi yang nyaman bagi kx
3)
Mengkaji tingkat skala aktivitas bagi kx
4)
Membantu kx dalam beraktivitas
5)
Mendekatkan barang-barang yang diperlukan kx
|
S :
♦
Kx mengatakan nyeri masih terasa di abdomen kanan
bawah
O :
♦
Terdapat nyeri tekan di abdomen kanan dan area
sekitar luka
♦
Skala nyeri 2
A :
♦
Masalah nyeri belum teratasi
P :
♦
Intervensi dilanjutkan
S :
♦
Kx mengatakan di abdomen kanan bawah dan area
sekitar luka masih terasa nyeri
O :
♦
Disekitar luka tampak memerah.
♦
TTV:
TD: 130/90 mmHg
N: 64 x/m,
R: 24 x/m
T: 36,6 ‘C
A :
♦
Masalah resiko tinggi infeksi belum teratasi
P :
♦
Intervensi dilanjutkan
S :
♦
Kx mengatakan sudah diperbolehkan minum/ makan
sedikit
O :
♦
Kx tampak lebih segar
♦
TTV:
TD: 130/90 mmHg
N: 64 x/m,
A :
♦
Masalah teratasi sebaian
P :
♦
Intervensi dilanjutkan
S :
♦
Kx mengatakan sudah bisa duduk
O :
♦
Kx tampak duduk di tempat tidur
♦
Skala aktivitas 2
A :
♦
Masalah belum teratasi sepenuhnya
P :
♦
Intervensi dilanjutkan
S :
♦
Kx mengatakan nyeri masih terasa di abdomen kanan
bawah
O :
♦
Terdapat nyeri tekan di abdomen kanan bawah
♦
Skala nyeri 2
A :
♦
Masalah nyeri belum teratasi
P :
♦
Intervensi dilanjutkan
S :
♦
Kx mengatakan nyeri masih terasa di abdomen kanan
bawah, tapi di area sekitar luka berkurang
O :
♦
Area luka tidak tampak memerah.
♦
TTV:
TD: 110/80 mmHg
N: 62 x/m,
R: 24 x/m
T: 36,9 ‘C
A :
♦
Masalah belum teratasi
P :
♦
Intervensi dilanjutkan
S :
♦
Kx mengatakan sudah diperbolehkan minum/ makan sudah
mulai lancar dengan diet NB.
O :
♦
Kx tampak segar
♦
TTV:
TD: 110/80 mmHg
N: 62 x/m,
A :
♦
Masalah teratasi
P :
♦
Lanjutkan oral
S :
♦
Kx mengatakan sudah bisa jalan sedikit
O :
♦
Kx tampak bersemangat untuk membiasakan jalan tapi
lepan
♦
Skala aktivitas kx 1 (mandiri)
A :
♦
Masalah teratasi
P :
♦
Intervensi dihentikan
|
BAB 3
Penutup
A.
Kesimpuan
Berdasarkan urayan diatas dapat
disimpulkan bahwa Apendiksitis adalah
radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak
pada bagian inferior dzri sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai
aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi
Setelah melakukan sauhan
keperawatan pada Tn.s di ruang aster (penyakit dalam ) yang diawali dengan
mengkaji data pasien secara boipsikososial dan spiritual, merumuskan
masalah-masalah keperawatan yang muncul, menyusun rencana tindakan keperawatan,
melakukan impelementasi dan diakhiri dengan mengevaluasi hasil asuhan
keperawatan pada pasien Tn.s dengan diagnose medis Apendisitis akut
a)
Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka post ops.
b)
Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasif insisi
bedah..
c)
Kekurangan volume cairan dan nutrisi b.d pembatasan
pasca ops (puasa).
d)
Intoleransi aktifitas b.d pasca
ops Appendiksitis
B. Saran
a.
Bagi
klein dan keluarga
Perlunya menjalin kerjasama
dengan keluarga baik di rumah maupun di rumah sakit dan rasa percaya kepada
perawat dan tim medis lainnya, sehingga dapat mempermudah dalam proses
penyembuhan klian
b.
Bagi
perawat
Dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Typhus Abdominalis yaitu secara komprehernsif dengan
mengunakan proses keperawatan
Daftar Pustaka
Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC
Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC.
Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencana Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri: Mosby
Mansjoer, A., Suprohaita.,
Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2,
Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.
Sjamsuhidajat, R., Jong,
W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta,
2005,hlm.639-645.
Zeller, J.L., Burke, A.E., Glass, R.M., ”Acute
Appendicitis in Children”, JAMA,http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/298/4/482 ,
15 Juli 2007, 298(4): 482.
Simpson,
J., Humes, D. J., “Acute Appendicitis”, BMJ,http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530 ,
9 September 2006, 333: 530-536.
Mittal, V.K., Goliath, J., Sabir, M., Patel, R.,
Richards, B.F., Alkalay, I., ReMine, S., Edwards,M., “Advantages of Focused Helical
Computed Tomographic Scanning With Rectal Contrast Only vs Triple Contrast in
the Diagnosis of Clinically Uncertain Acute Appendicitis”, Archives of Surgery, http://archsurg.ama-assn.org/cgi/content/full/139/5/495 ,
Mei 2004, 139(5): 495-500
Grace, Pierce. A., Neil R.
Borley., At
a Glance, Edisi
3. Erlangga, Jakarta, 2007, hlm.106-107.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar