Dafter isi

t;

Senin, 08 Oktober 2012

APENDISITIS


PENDAHULUAN
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering1. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan.2
Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain.2

A.   Latar Belakang
Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena itu praktek keperawatan merupakan tindakan yang mandiri melalui kerja sama tenaga kesehatan lainnya dalam bentuk kerja sama dengan pasien /keluarga sesuai lingkup peran dan fungsi seorang perawat. Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan juga memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam penanganan kasus yang dialami klien, salah satu diantara yang menjadi bahan studi penulis yaitu peran perawat dalam upaya penanganan Apendisitis
Tujuan
1)      Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi kliean dengan Apendisitis Akut
2)      Untuk mengetahui pengkajian pada klien Apendisitis Akut
3)      Untuk mengetahui diagnose keperawatan, Implementasi dan Intervensi pada kliean Apendisitis Akut
4)      Untuk mengetahui penatalaksana medis dengan klien Apendisitis Akut




















BAB 2
ISI

A. Pengertian

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering1. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan.2
Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain.2
Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.1
Ada pun beberapa pengertian menurut ahli sebagai berikut:
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dzri sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston, 1995).
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan ronggaabdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
B. Etiologi
Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.
  1. Menurut Syamsyuhidayat, 2004 :
    • Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.
    • Tumor apendiks.
    • Cacing ascaris.
    • Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.
    • Hiperplasia jaringan limfe.
  2. Menurut Mansjoer , 2000 :
    • Hiperflasia folikel limfoid.
    • Fekalit.
    • Benda asing.
    • Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
    • Neoplasma.
  3. Menurut Markum, 1996 :
    • Fekolit
    • Parasit
    • Hiperplasia limfoid
    • Stenosis fibrosis akibat radang sebelumnya
    • Tumor karsinoid
C.Patofisiologi
Menurut Mansjoer, 2000: Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus. Pada saat ini terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E  Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mulai naik.Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark diding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah, akan menyebabkan apendisitis perforasi.
Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.
Tahapan Peradangan Apendisitis
  1. Apendisitis akuta (sederhana, tanpa perforasi)
  2. Apendisitis akuta perforate ( termasuk apendisitis gangrenosa, karena dinding apendiks sebenarnya sudah terjadi mikroperforasi)











PENGKAJIAN
1.      Identitas Klien.
Nama                                         : Tn. S.
Umur                                          : 40 thn.
Jenis Kelamin                             : Laki-laki.
Alamat                                       : Jl. Kesehatan Asrama Kodim 1010/ Rantau.
Status                                         : Kawin.
Agama                                       : Islam.
Suku / Bangsa                            : Jawa / Indonesia.
Pekerjaan                                   : TNI AD.
Tanggal MRS                             : 24 Mei 2004
Tanggal Pengkajian                    : 26 Mei 2004
Dx Medis                                   : Appendiksitis Akut.

2.      Identitas Penanggung Jawab.
Nama                                         : Tn. S.
Alamat                                       : Jl. Kesehatan Asrama Kodim 1010/ Rantau.
Hubungan dengan klien             : Diri sendiri.

3.      Keluhan Utama.
Nyeri pada perut kuadran kanan bawah, terdapat nyeri tekan pada abdomen kanan bawah dan klien mengatakan terganggunya aktivitas karena nyeri pada abdomen kanan bawah.

4.      Riwayat Penyakit.
1)      Penyakit sekarang.
Klien mengatakan sakit dan nyeri perut sejak pagi (24 Mei 2004), terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan bawah, klien masuk Rumah Sakit pada jam 10.30 WITA. Besok harinya klien dioperasi, klien mengatakan nyeri bila bergerak, nyeri skala 2 (sedang).
2)      Penyakit dahulu
Klien mengatakan belum pernah masuk Rumah Sakit dan baru pertama kali menjalani operasi.
3)      Penyakit keluarga.
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama, juga untuk penyakit lain seperti DM, Jantung koroner dan Hipertensi tidak ada.

5.      Pemeriksaan Fisik.
a)      Keadaan Umum. ( Tgl 26 Mei 2004 )
Kesadaran pasien compos mentis, kx tampak tenang, nilai GCS = 4,5,6.
        Tanda-tanda vital:
TD: 130/80 mmHg,         N: 90 x/m,
R: 28 x/m,                                     T: 36,5 ‘C
Data Antropometrik:
BB: 65 kg,                                    TB: 167 cm,                LLA: 26 cm.
b)      Kulit dan Kuku.
Kulit kx berwarna coklat tidak ikterik, tidak terdapat memar, tidak ada edema, badan kx teraba hangat, dengan suhu 36,5 ‘C. Turgor kulit baik (dicubit kembali dalam waktu 2 detik), tidak ada lesi maupun massa, kuku kx tampak bersih, CRT normal (kembali dalam + 3 detik).
c)      Kepala dan Leher.
Struktur simetris , tidak ada nyeri/vertigo pada kepala, tidak terdapat trauma kepala dan leher, kelenjar tyroid tidak teraba, tidak ada keterbatasan gerak kepala. Rambut kx berwarna hitam dan terlihat bersih, kx mengatakan tidak ada kesulitan menelan.


d)     Penglihatan dan Mata.
Mata tampak simetris, tidak tampak adanya sekresi, penglihatan kx baik, konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada kelainan seperti strabismus, kx tidak menggunakan alat bantu penglihatan. 6 otot mata berfungsi dengan baik, bentuk pupil sama besar.
e)      Penciuman dan Hidung.
Struktur simetris, tidak tampak adanya peradangan / pendarahan, tidak ada obstruksi, tidak tampak adanya sekret yang keluar, fungsi penciuman baik.
f)       Pendengaran dan Telinga.
Struktur telinga simetris, tidak tampak adanya peradangan ataupun pendarahan, tidak ada nyeri tekan saat dipalpasi, tidak tampak adanya sekret yang keluar, fungsi pendengaran baik, kx tidak menggunakan alat bantu pendengaran, kx mengatakan tidak ada tinitus/ vertigo.
g)      Gigi dan Mulut.
Warna mukosa bibir merah, mulut dan lidah tampak bersih, tidak ada peradangan ataupun pendarahan, kx mengatakan ada gigi yang berlubang pada geraham kanan bawah, fungsi mengunyah baik, kx tidak menggunakan gigi palsu.
h)      Dada, Pernafasan dan Sirkulasi.
Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, gerakan dada simetris, kualitas pernafasan cepat, dengan frekuensi 28 x/m, tidak ada keluhan sesak nafas, pada saat diauskultasi tidak terdengar nafas tambahan, tidak ada nyeri tekan pada dada, saat diperkusi dada terdengar sonor, taktil premitus sejajar antara kanan dan kiri, saat diauskultasi bunyi jantung normal, tidak ada bunyi jantung tambahan.
i)        Abdomen.
Bentuk abdomen simetris, tidak tampak asites, tampak jaringan parut di abdomen bekas luka, terdapat luka post ops pada abdomen kanan bawah, dengan luka jahitan + 10 cm, terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian kanan bawah, saat diperkusi terdengar bunyi tympani, pada area luka tampak memerah, skala nyeri 2 (sedang).
j)        Genetalia dan Reproduksi.
Dari anamnesa dengan kx pada rektum tidak ada haemorroid, tidak ada lesi dan masa, tidak ada peradangan genetalia, tidak ada nyeri saat BAB / BAK.
k)      Ekstrimitas Atas dan Bawah.
Struktur ekstrimitas simetris, tidak terdapat keterbatasan aktifitas, tidak ada kelainan tulang, kx tidak menggunakan alat bantu gerak, skala aktifitas 2 (memerlukan bantuan orang lain dan pengawasan).
Skala Kekuatan otot :
            5          5
            5          5


6.      Kebutuhan Fisik, Psikologis, Sosial dan Spiritual.
a)      Aktifitas dan Istirahat.
Rumah   :
        Kx bekerja di Kodim 1010 REM 101/ Ant setiap paginya, tidur malam sekitar 6 jam, kx mengatakan tidak pernah tidur siang, tidak ada penggunaan obat-obatan.
RS         :
        Kx tidur malam 7-8 jam, tidur siang 1-2 jam, kx mengatakan tidak ada kesulitan tidur, skala aktifitas 2 (memerlukan bantuan orang lain dan pengawasan).
b)      Personal Hygent.
Rumah   :
        Frekuensi mandi 2x sehari, gosok gigi setiap pagi dan sore hari, keramas tidak tentu, potong kuku bila dirasa panjang.


RS         :
        Kx hanya diseka keluarganya, gosok gigi setiap pagi, tidak ada potong kuku.
c)      Eliminasi
Rumah   :
        Kx BAB 1x sehari, BAK tidak tentu, tergantung banyaknya konsumsi cairan yang masuk.
RS         :
        Pada saat pengkajian kx tidak ada BAB, BAK 2x, dengan warna dan bau yang khas, kx tidak menggunakan kateter.
d)     Nutrisi.
Rumah   :
        Kx makan 2x sehari, kx mengatakan makan apabila ada nafsu makan, kx mengatakan tidak ada makanan pantangan, tidak ada kesulitan/ gangguna dalam menelan.
        Pada saat pengkajian kx belum makan dan minum (kx dipuasakan).
RS         :
        Pada saat pengkajian kx belum makan dan minum (kx dipuasakan).
e)      Sexual.
Kx mengatakan hubungan keluarganya harmonis, kx memiliki 1 istri dan 2 anak.
f)       Psikologi.
Kx dapat beradaptasi dengan lingkungan RS, hubungan kx dengan perawat dan tim medis lain baik, kx tampak tenang, koping individu baik.
g)      Spiritual.
Kx beragama islam, kx saat ini dapat melakukan aktivitas ibadahnya, kx terlihat sabar dalam menghadapi penyakitnya.




7.      Data Penunjang.
1)      Laboratorium.
        HB                   : 15,6 gram%            ( L: 12-16, P: 12-14 )
        Leukosit           : 12.100 /cu mm       ( 6000-10000 )
        Ureum              : 23 mg/dl                 ( 10500 mg/dl )
        Gol. Darah       : A
        SGOT              : 8,5 u/l                     ( L: up to18,0 u/l
                                                                  P: up to 15,0 u/l )
        SGPT               : 13,0 u/l                   ( L: up to22,0 u/l
                                                                  P: up to 17 u/l )

2)      Obat-obatan.
        Viccilin 3x1 amp.
        Antrain 3x1 amp.
        Amoxan 3x1 tab.
        Ponstan 3x1 tab.

Data Fokus.
1)      Inspeksi.
Terlihat luka post op pada abdomen kanan bawah dengan luka jahitan + 10 cm. Disekitar luka tampak memerah.
2)      Palpasi.
Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah.
3)      Perkusi.
Terdengar tympani pada abdomen.
4)      Auskultasi : TD: 130/80 mmH

ANALISA DATA

N0

Data
Masalah
Etiologi
1











2











3













4
DS :
         Kx mengatakan nyeri pada abdomen kanan bawah.
         Kx mengatakan nyeri tekan pada abdomen kanan bawah dan area sekitar luka.
DO  :
         Tampak luka post ops, panjangnya + 10 cm pada abdomen bawah kanan
         Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah.
         Pada area luka tampak memerah
         Skala nyeri 2 (sedang)

DS :
         Kx mengatakan nyeri pada abdomen kanan bawah dan area sekitar luka.
DO  :
         Pada area luka tampak memerah
         Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah dan area sekitar luka.
         Skala nyeri 2 (sedang)
         TTV:
TD: 130/80 mmHg, N: 90 x/m,
R: 28 x/m, T: 36,5 ‘C

DS :
         Kx mengatakan tubuhnya terasa lemah.
         Kx mengatakan masih puasa karena belum ada flatus.
DO  :
         Keadaan umum kx tampak lemah.
         Mukosa bibir kx tampak kering.
         Turgor kulit kembali dalam 3 detik.
         TTV:
TD: 130/80 mmHg, N: 90 x/m,
R: 28 x/m, T: 36,5 ‘C
         Data antropometrik:
BB: 65 kg, TB: 167 cm.

DS :
         Kx mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas karena nyeri pada luka post ops.
         Kx mengatakan dalam beraktivitas sering dibantu keluarganya.
DO  :
         Kx tampak lemah.
         Kx tampak hanya melakukan aktivitas di tempat tidur.
         Skala kekuatan otot:
5                 5
5        5
         Skala aktivitas 2 (memerlukan bantuan dan pengawasan dari orang lain).
Gangguan rasa nyaman: nyeri










Resiko tinggi infeksi










Kekurangan volume cairan dan nutrisi.











Intoleransi aktivitas.
Luka post ops











Prosedur invasif insisi bedah










Pembatasan pasca ops (puasa)












Pasca ops Appendiksitis.


Prioritas Masalah:
1.      Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka post ops.
2.      Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasif insisi bedah..
3.      Kekurangan volume cairan dan nutrisi b.d pembatasan pasca ops (puasa).
4.      Intoleransi aktifitas b.d pasca ops Appendiksitis.










PROSES KEPERAWATAN
No Dx
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1


























2























3





























4
Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka post ops.
DS :
         Kx mengatakan nyeri pada abdomen kanan bawah.
         Kx mengatakan nyeri tekan pada abdomen kanan bawah dan area sekitar luka.
DO  :
         Tampak luka post ops, panjangnya + 10 cm pada abdomen bawah kanan
         Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah.
         Pada area luka tampak memerah
         Skala nyeri 2 (sedang)

Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasif insisi bedah.
DS :
         Kx mengatakan nyeri pada abdomen kanan bawah dan area sekitar luka.
DO  :
         Pada area luka tampak memerah
         Nyeri tekan pada abdomen kanan bawah dan area sekitar luka.
         Skala nyeri 2 (sedang)
         TTV:
TD: 130/80mmHg, N: 90 x/m
R: 28 x/m
T: 36,5 ‘C

Kekurangan volume cairan dan nutrisi b.d pembatasan pasca ops (puasa).
DS :
         Kx mengatakan tubuhnya terasa lemah.
         Kx mengatakan masih puasa karena belum ada flatus.
DO  :
         Keadaan umum kx tampak lemah.
         Mukosa bibir kx tampak kering.
         Turgor kulit kembali dalam 3 detik.
         TTV:
TD: 130/80 mmHg N: 90 x/m,
R: 28 x/m
T: 36,5 ‘C
         Data antropometrik:
BB: 65 kg
TB: 167 cm.

Intoleransi aktivitas b.d pasca ops Appendiksitis.
DS :
         Kx mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas karena nyeri pada luka post ops.
         Kx mengatakan dalam beraktivitas sering dibantu keluarganya.
DO  :
         Kx tampak lemah.
         Kx tampak hanya melakukan aktivitas di tempat tidur.
         Skala kekuatan otot:
5            5
5        5
         Skala aktivitas 2 (memerlukan bantuan dan pengawasan dari orang lain).
Dalam 4 hari perawatan nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria Evaluasi:
         Skala nyeri berkurang (1-0)
         Kx mengatakan nyeri hilang/ berkurang.
         Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
         Kx tampak rileks.












Dalam 3 hari perawatan luka bebas dari tanda-tanda infeksi

Kriteria Evaluasi:
         Kx mengatakan nyeri pada abdomen hilang/ berkurang.
         Luka tidak tampak memerah
         Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
         Skala nyeri berkurang (1-0)
         TTV dalam batas normal.





Kebutuhan volume cairan dan nutrisi kx terpenuhi dalam 2 hari perawatan.
Kriteria Evaluasi:
         Kx tidak merasa lemah lagi.
         Mukosa bibir kx tampak basah.
         Kebutuhan cairan dan nutrisi terpenuhi/ kembali seperti semula
         Tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
         BB dalam batas normal.











Aktivitas kembali normal dalam 3 hari perawatan.
Kriteria Evaluasi:
         Kx dapat melakukan aktivitas secara mandiri
         Kx mengatakan dalam beraktivitas tidak dibantu oleh orang lain]
         Aktivitas kx kembali normal (skala  0)

1)       Kaji nyeri, catat, lokasi dan karakteristik dan skala nyeri
2)       Pertahankan aktifitas hiburan
3)       Beri posisi yang nyaman seperti  posisi semi fowler
4)       Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
5)       Usahakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
Kolaborasi:
6)       Berikan analgetik sesuai indikasi



1)       Kaji tanda-tanda infeksi
2)       Monitor  tanda-tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, peningkatan nyeri abdomen
3)       Perawatan luka aseptik
4)       Lakukan pencucian tangan sebelum kontak dengan luka
5)       Perawatan luka 2 xsehari
Kolaborasi:
6)       Beri anti biotik sesuai indikasi


1)       Awasi TD dan nadi.
2)       Kaji membran mukosa dan turgor kulit.
3)       Auskultasi bising usus dan kelancaran flatus.
4)       Beri sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan oral dimulai
5)       Anjurkan perawatan oral
Kolaborasi:
6)       Beri infus D5%












1)       Kaji penyebab kelemahan aktivitas
2)       Berikan posisi yang nyaman bagi kx
3)       Kaji tingkat skala aktivitas kx
4)       Bantu kx dalam beraktivitas
5)       Dekatkan barang-barang yang diperlukan kx
1)       Menentukan intervensi yang lebih intensif
2)       Meningkatkan relaksasi
3)       Menghilangkan tegangan abdomen
4)       Mengalihkan perhatian untuk memberi rasa nyaman bagi kx.
5)       Suasana lingkungan yang tenang dapat mengurangi persepsi nyeri
6)       Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri








1)       Menentukan intervensi yang tepat
2)       Dugaan adanya infeksi, terjadinya sepsis abses
3)       Menurunkan resiko penyebaran bakteri
4)       Mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri
5)       Menurunkan resiko penyebaran bakteri
6)       Anti biotik untuk mematikan organisme




































1)       Untuk memudahkan intervensi yang tepat
2)       Untuk mempercepat proses penyembuhan
3)       Untuk mengetahui peningkatan aktivitas kx
4)       Mempermudah dan membantu kx dalam beraktivitas
5)       Agar kx mudah mengambil barang yang diperlukan

No Dx
Hari/ Tanggal
Jam
Implementasi
Evaluasi
1














2



















3













4












1













2

















3














4
Kamis
27 Mei 2004












Kamis
27 Mei 2004

















Kamis
27 Mei 2004











Kamis
27 Mei 2004










Jum’at
28 Mei 2004











Jum’at
28 Mei 2004















Jum’at
28 Mei 2004












Jum’at
28 Mei 2004

08.00


08.00

08.00


07.30


12.00



10.00
11.00



09.00


09.00



12.00







10.00
10.00

10.10
10.15

11.00







11.10

11.15

11.20

11.30

11.45




08.00


08.00

08.00


07.30


12.00


10.00
11.00



09.00


09.00



12.00





10.00
10.00

10.10
10.15

11.00








11.10

11.15

11.20

11.30

11.45
1)       Mengkaji nyeri (catat, lokasi, skala, dan karakteristik skala nyeri)
2)       Memberi posisi yang nyaman kepada kx
3)       Menganjurkan kepada kx untuk membaca koran sebagai teknik distraksi
4)       Mengusahakan suasana lingkungan yang nyaman.
Kolaborasi:
5)       Memberi analgetik sesuai indikasi.


1)       Mengkaji tanda-tanda infeksi
2)       Memonitor TTV (perhatikan demam, menggigil, berkeringat, peningkatan nyeri)
3)       Merawat luka dengan membalut luka memakai betadin secara aseptik
4)       Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan / kontak dengan luka
Kolaborasi:
5)       Memberikan Antibiotik







1)       Mengawasi TD dan nadi
2)       Mengkaji membran mukosa dan turgor kulit
3)       Memonitor kelancaran flatus
4)       Menganjurkan perawatan oral
Kolaborasi:
5)       Memberi infus D5%







1)       Mengkaji penyebab kelemahan aktivitas
2)       Memberikan posisi yang nyaman bagi kx
3)       Mengkaji tingkat skala aktivitas bagi kx
4)       Membantu kx dalam beraktivitas
5)       Mendekatkan barang-barang yang diperlukan kx



1)       Mengkaji nyeri (catat, lokasi, skala, dan karakteristik skala nyeri)
2)       Memberi posisi yang nyaman kepada kx
3)       Menganjurkan kepada kx untuk membaca koran sebagai teknik distraksi
4)       Mengusahakan suasana lingkungan yang nyaman.
Kolaborasi:
5)       Memberi analgetik sesuai indikasi.

1)       Mengkaji tanda-tanda infeksi
2)       Memonitor TTV (perhatikan demam, menggigil, berkeringat, peningkatan nyeri)
3)       Merawat luka dengan membalut luka memakai betadin secara aseptik
4)       Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan / kontak dengan luka
Kolaborasi:
5)       Memberikan Antibiotik





1)       Mengawasi TD dan nadi
2)       Mengkaji membran mukosa dan turgor kulit
3)       Memonitor kelancaran flatus
4)       Menganjurkan perawatan oral
Kolaborasi:
5)       Memberi infus D5%








1)       Mengkaji penyebab kelemahan aktivitas
2)       Memberikan posisi yang nyaman bagi kx
3)       Mengkaji tingkat skala aktivitas bagi kx
4)       Membantu kx dalam beraktivitas
5)       Mendekatkan barang-barang yang diperlukan kx

S       :
         Kx mengatakan nyeri masih terasa di abdomen kanan bawah
O      :
         Terdapat nyeri tekan di abdomen kanan dan area sekitar luka
         Skala nyeri 2
A      :
         Masalah nyeri belum teratasi
P       :
         Intervensi dilanjutkan

S       :
         Kx mengatakan di abdomen kanan bawah dan area sekitar luka masih terasa nyeri
O      :
         Disekitar luka tampak memerah.
         TTV:
TD: 130/90 mmHg
N: 64 x/m,
R: 24 x/m
T: 36,6 ‘C
A      :
         Masalah resiko tinggi infeksi belum teratasi
P       :
         Intervensi dilanjutkan


S       :
         Kx mengatakan sudah diperbolehkan minum/ makan sedikit
O      :
         Kx tampak lebih segar
         TTV:
TD: 130/90 mmHg
N: 64 x/m,
A      :
         Masalah teratasi sebaian
P       :
         Intervensi dilanjutkan

S       :
         Kx mengatakan sudah bisa duduk
O      :
         Kx tampak duduk di tempat tidur
         Skala aktivitas 2
A      :
         Masalah belum teratasi sepenuhnya
P       :
         Intervensi dilanjutkan

S       :
         Kx mengatakan nyeri masih terasa di abdomen kanan bawah
O      :
         Terdapat nyeri tekan di abdomen kanan bawah
         Skala nyeri 2
A      :
         Masalah nyeri belum teratasi
P       :
         Intervensi dilanjutkan

S       :
         Kx mengatakan nyeri masih terasa di abdomen kanan bawah, tapi di area sekitar luka berkurang
O      :
         Area luka tidak tampak memerah.
         TTV:
TD: 110/80 mmHg
N: 62 x/m,
R: 24 x/m
T: 36,9 ‘C
A      :
         Masalah belum teratasi
P       :
         Intervensi dilanjutkan

S       :
         Kx mengatakan sudah diperbolehkan minum/ makan sudah mulai lancar dengan diet NB.
O      :
         Kx tampak segar
         TTV:
TD: 110/80 mmHg
N: 62 x/m,
A      :
         Masalah teratasi
P       :
         Lanjutkan oral

S       :
         Kx mengatakan sudah bisa jalan sedikit
O      :
         Kx tampak bersemangat untuk membiasakan jalan tapi lepan
         Skala aktivitas kx 1 (mandiri)
A      :
         Masalah teratasi
P       :
         Intervensi dihentikan


















BAB 3
Penutup
A.    Kesimpuan

Berdasarkan urayan diatas dapat disimpulkan bahwa  Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dzri sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi
Setelah melakukan sauhan keperawatan pada Tn.s di ruang aster (penyakit dalam ) yang diawali dengan mengkaji data pasien secara boipsikososial dan spiritual, merumuskan masalah-masalah keperawatan yang muncul, menyusun rencana tindakan keperawatan, melakukan impelementasi dan diakhiri dengan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien Tn.s dengan diagnose medis Apendisitis akut
a)      Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka post ops.
b)      Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasif insisi bedah..
c)      Kekurangan volume cairan dan nutrisi b.d pembatasan pasca ops (puasa).
d)      Intoleransi aktifitas b.d pasca ops Appendiksitis

B.   Saran
a.       Bagi klein dan keluarga
Perlunya menjalin kerjasama dengan keluarga baik di rumah maupun di rumah sakit dan rasa percaya kepada perawat dan tim medis lainnya, sehingga dapat mempermudah dalam proses penyembuhan klian
b.      Bagi perawat
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Typhus Abdominalis yaitu secara komprehernsif dengan mengunakan proses keperawatan






Daftar Pustaka

Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC
Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC.
Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencana Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri: Mosby
 Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.
 Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-645.
Zeller, J.L., Burke, A.E., Glass, R.M., ”Acute Appendicitis in Children”, JAMA,http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/298/4/482 , 15 Juli 2007, 298(4): 482.
 Simpson, J., Humes, D. J., “Acute Appendicitis”, BMJ,http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530 , 9 September 2006, 333: 530-536.
Mittal, V.K., Goliath, J., Sabir, M., Patel, R., Richards, B.F., Alkalay, I., ReMine, S., Edwards,M., “Advantages of Focused Helical Computed Tomographic Scanning With Rectal Contrast Only vs Triple Contrast in the Diagnosis of Clinically Uncertain Acute Appendicitis”, Archives of Surgery, http://archsurg.ama-assn.org/cgi/content/full/139/5/495 , Mei 2004, 139(5): 495-500
 Grace, Pierce. A., Neil R. Borley., At a Glance, Edisi 3. Erlangga, Jakarta, 2007, hlm.106-107.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar