Dafter isi

t;

Rabu, 10 Oktober 2012

Askep PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR DAN LIHAT



LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR DAN LIHAT




I.       KONSEP DASAR

A.    Konsep Dasar Orientasi Realitas
            Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas.  Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
            Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan proses fikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi  sosial.  Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.  Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.
             Umumnya klien dengan gangguan orientasi realitas dibawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal-hal lain. Gejala yang sering menjadi alasan keluarga yaitu halusinasi, waham, isolasi sosial, perilaku kekerasan, kerusakan komunikasi.
             Dalam laporan asuhan keperawatan jiwa ini akan kita bahas lebih jauh tentang salah satu gejala diatas yaitu halusinasi.

B.    Pengertian  Halusinasi
             Hallucinations are perseptions of an external stimulus when no such stimulus is present.  They may involve any of the senses; sight, sound, smell, taste, and touch. (Rawlins, 1993 : 162).
             Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) panca indera tanpa rangsang dari luar diri (external).  Halusinasi  dapat berupa halusinasi dengar, lihat, hidu (cium), raba dan kecap.  (Keliat, 1998 : 5).
             Halusinasi suatu pengalaman sensorik tanpa dasar yang mencukupi dalam  rangsangan  luar, namun demikian pasien  menentukan letak asalnya di
luar dirinya sendiri.  ( Left, 1995 : 68 ).
             Halusinasi akustik (pendengaran) sering berbentuk akoasma, suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas dan phonema, suara-suara yang terbentuk suara yang jelas seperti yang berasal dari manusia, hewan atau mesin. (RSJP Banjarmasin, 2001 : 3).                                            
             Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi terhadap rangsang dari luar yang tidak nyata dan meskipun rangsangan tidak ada, pasien seolah-olah merasakan dalam keadaan sadar.  Menurut H. G. Morgan dan M. H. Morgan (1991: 42), bentuk halusinasi auditorik/pendengaran yang paling banyak yaitu 95 % dimana halusinasi pendengaran adalah mendengar suara-suara dan bunyi tanpa stimulus nyata dan orang lain.

C.    Faktor Predisposisi dan Presipitasi
             Menurut Stuart dan Sundeen, (1995) halusinasi pada seseorang muncul akibat adanya dua macam faktor, yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. (Keliat, 1998 : 3)
1.      Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mungkin  mengakibatkan gangguan orientasi realitas adalah aspek biologis, psikologis dan sosial. 
a.        Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/SSP dapat menimbulkan gangguan seperti :
1)           Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal, temporal, dan limbik. Gejala yang mungkin timbul adalah: hambatan dalam belajar, berbicara dan daya ingat.
2)           Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
b.       Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien.  Penolakan dapat dirasakan dari ibu, pengasuh atau teman yang bersikap dingin, cemas, tidak sensitif atau bahkan terlalu melindungi.  Pola asuh usia kanak-kanak yang tidak adekuat misalnya tidak ada kasih sayang, diwarnai kekerasan, ada kekosongan emosi. Konflik dan kekerasan dalam keluarga (pertengkaran orangtua, aniaya dan kekerasan rumah tangga) merupakan lingkungan resiko gangguan orientasi realitas.
c.        Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti kemiskinan, konflik sosial budaya, kehidupan yang terisolasi disertai stres yang menumpuk.
2.      Faktor Presipitasi
Umumnya sebelum timbul gejala klien mengalami hubungan yang bermusuhan,  tekanan,  isolasi, pengangguran, yang disertai perasaan tidak
berguna, tidak berdaya dan putus asa.

D.    Rentang Respon Neurobiologik
             Respon klien atau gejala dan tanda yang dapat dideteksi dari berbagai respon yang terkait dengan fungsi otak yaitu kognisi, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisasi,  yang juga saling berhubungan, dapat dilihat pada bagan rentang respon dibawah ini (Stuart & Sundeen, 1998 : 300)
 

  Respon Adaptif                                                              Respon Maladaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten dengan pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan sosial

Pikiran kadang menyimpang
Ilusi
Reaksi  emosional berlebihan atau kurang
Perilaku ganjil atau tak lazim
Menarik diri
Kelainan pikiran atau delusi
Halusinasi
Ketidakmampuan untuk mengalami emosi
Ketidakteraturan
Isolasi sosial
Gambar 2.1 Rentang Respon Neurobiologik
                    Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon diatas, sehinnga kita dapat menilai apakah respon tersebut adaptif atau maladaptif. Respon adaptif ditandai dengan pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku sesuai, hubungan sosial, tetapi apabila respon berada diantara rentang respon adaptif dan maladaftif ditandai dengan pikiran kadang menyimpang, ilusi, reaksi  emosional berlebihan atau kurang, perilaku ganjil atau tak lazim, menarik diri. Sedangkan pada respon klien yang maladaptif ditandai dengan kelainan pikiran atau delusi, halusinasi, ketidakmampuan untuk mengalami emosi, ketidakteraturan, isolasi sosial.       
E.    Tanda Dan Gejala Halusinasi
             Tanda dan gejala yang didasarkan atas penggolongan (Standar Asuhan Keperawatan  Jiwa RSJP Bogor dikutip oleh RSJP Banjarmasin 2001: 96-98) yaitu :
1.       Penggolongan yang memerlukan Perawatan Total  yaitu bicara, senyum dan tertawa sendiri, mondar-mandir, disorientasi waktu, tempat dan orang, bersikap seperti mendengarkan sesuatu, mata tertuju pada satu arah, mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium, dan merasakan sesuatu yang tidak nyata, konsentrasi kurang, curiga dan bermusuhan, sulit membuat keputusan, cemas, mudah tersinggung, menyalahkan diri sendiri/orang lain, ekspresi wajah tegang
2.       Penggolongan yang memerlukan Perawatan Parsial yaitu bicara, senyum dan tertawa sendiri, mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium, dan merasakan sesuatu yang tidak nyata, mulai dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, komunikasi sudah bisa diarahkan, sikap curiga dan bermusuhan, interaksi dengan orang lain terganggu, mudah tersinggung, kebersihan diri dengan dibimbing, cemas masih ada, kadang-kadang mengalami gangguan berpikir, mengalami ilusi, reaksi emosional yang berlebihan atau berkurang, perilaku aneh dan tidak biasa.
3.       Penggolongan yang memerlukan Perawatan Minimal yaitu ekspresi tenang, klien sudah mengenal halusinasinya, klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda timbulnya halusinasi, komunikasi klien terarah/kooperatif, perawatan kebersihan diri secara mandiri, klien dapat berkonsentrasi, klien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik, berpikir logis, persepsi adekuat, emosi sesuai dengan kenyataan, perilaku sesuai, dapat berinteraksi sosial.

F.     Jenis Halusinasi
              Menurut Stuart dan Sundeen, (1998: 306-307), halusinasi terbagi menjadi :
1.       Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara, paling sering suara orang, berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien, untuk menyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih tentang orang yang sedang berhalusinasi, kadang-kadang suara memerintahkan untuk melakukan hal yang berbahaya. Perilaku yang tampak melirikkan mata kekiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara, mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak berbicara atau kepada benda mati, terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak, menggerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.
2.       Halusinasi Penglihatan
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometrik, gambar karton, dan/atau panorama yang luas dan kompleks.  Penglihatan dapat sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster.
3.       Halusinasi Penciuman
Membau  busuk,  amis dan bau  yang menjijikkan seperti darah, urin, atau
feces. Kadang-kadang terhidu bau harum.
4.       Halusinasi Pengecapan
Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan seperti rasa darah, urin atau feces.
5.       Halusinasi Perabaan
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
6.       Senestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri, makanan dicerna atau pembentukan urin.

G.   Tingkat Intensitas Halusinasi
              Halusinasi terjadi secara bertahap dari yang paling ringan hingga ke arah halusinasi tingkat berat.
Menurut Stuart dan Sundeen, (1998 : 328-329), intensitas halusinasi ada 4  tahap yaitu :
Tabel 2.1 Intensitas halusinasi.

Tingkat
Karakteristik
Perilaku pasien yang teramati
Tahap I :


Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan
Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas; individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi
( nonpsikotik ).

Ø  Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
Ø  Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
Ø  Gerakan mata yang cepat.
Ø  Respons  verbal yang lamban.
Ø  Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
Tahap II :


Secara umum halusinasi menjijikkan
Pengalaman sensori bersi-fat menjijikkan dan mena-kutkan; orang yang ber-halusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsi-kan; individu mungkin merasa malu karena pe-ngalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain ( nonpsikotik ).
Ø  Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas mis ; peningkatan nadi, pernafasan dan TD.
Ø  Penyempitan kemampuan konsentrasi.
Ø  Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Tahap III :


Pengalaman sensori menjadi penguasa
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya; isi halusinasi dapat berupa permohonan; individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir
( psikotik )
Ø  Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya.
Ø  Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
Ø  Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
Ø  Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
Tahap IV :


Secara umum halusinasi menjadi bebih rumit dan saling terkait dengan delusi
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah ; halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik
( psikotik )
Ø  Perilaku menyerang teror seperti panik.
Ø  Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Ø  Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik diri, atau kataton.
Ø  Tidak mampu berespons terhadap petunjuk kompleks.
Ø  Tidak mampu berespons terhadap lebih dari satu orang.


H.    Penatalaksanaan
              Penatalaksanaan pasien dengan halusinasi meliputi farmakoterapi, terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi seni, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi aktivitas kelompok, rehabilitasi untuk proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan tujuan sosialnya dalam kehidupan sehari-hari yang wajar dalam masyarakat. Prinsip tindakan yang dapat diterapkan dalam merawat klien halusinasi yaitu membina hubungan saling percaya, mengkaji gejala halusinasi, memfokuskan pada gejala dan minta klien untuk menjelaskan apa yang terjadi, mengidentifikasi apakah klien sebelumnya telah minum obat atau alkohol, jika klien bertanya,  nyatakan secara sederhana bahwa anda tidak mengalami stimulus yang sama, membantu klien menjelaskan  dan membandingkan halusinasi saat ini dan yang baru saja dialami, mendorong klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan halusinasi (saat ini maupun yang lalu), membantu klien menjelaskan kerbutuhan yang mungkin direfleksikan dalam isi halusinasi, membantu klien mengidentifikasi hubungan antara halusinasi dan kebutuhan yang direfleksikan, menyarankan dan menguatkan penggunaan hubungan interpersonal dalam memenuhi kebutuhan, dan mengidentifikasi  gejala-gejala psikosis lainnya mempengaruhi aktifitas sehari-hari klien. (Stuart & Sundeen, 1998: 330-333)

I.       Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa  Klien Dengan Halusinasi Dengar dan Lihat
1.       Deskripsi
            Halusinasi berupa bermacam-macam suara, tetapi kebanyakan berupa kata-kata yang sedikit  banyak membentuk kalimat dan saling berhubungan atau yang dialamatkan kepada penderita. Penderita dapat berbicara atau bertengkar dengan suara-suara itu. Kadang-kadang isi perkataan menyenangkan, tetapi biasanya tidak menyenangkan, menghina, kotor atau bersifat menuduh. (RSJP Banjarmasin ,2001 : 3).
2.       Pengkajian
                    Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan masalah kebutuhan atau masalah klien.  Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.  Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor  predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Data dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien), sumber data sekunder seperti keluarga, teman dekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Isi pengkajian meliputi :
a.        Identitas klien
Nama, umur, tanggal masuk, tanggal pengkajian, informan, No. RM.
b.       Keluhan utama/alasan masuk
Apa penyebab klien masuk RS, apa yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah klien dan bagaimana hasilnya.
c.        Faktor predisposisi
Apakah    klien    pernah   mengalami   gangguan   jiwa   dimasa   lalu,
pengobatan yang pernah dilakukan, riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal, baik itu dilakukan, dialami, disaksikan oleh klien, apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.
d.       Aspek fisik / biologis
Ukur tanda vital, TB, BB. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan.
e.        Aspek psikososial
1).      Genogram
Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan hubungan klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan keluarga.
2).      Konsep diri
a)   Citra tubuh
Tanyakan dan observasi tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b)    Identitas diri
     Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan terhadap status dan sebagai laki-laki atau perempuan.
c)   Peran
    Tanyakan tugas yang diemban dalam keluarga, kelompok, masyarakat dan kemampuan klien melaksanakannya.
d)  Ideal diri
    Tanyakan harapan terhadap tubuh klien, posisi, status, tugas/peran.
e)   Harga  diri
    Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan   kondisi nomor 2 (a), (b), (c) dan penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupan klien.
3).      Hubungan sosial
Tanyakan siapa orang terdekat dalam kehidupan klien, kegiatan di masyarakat.
4).      Spiritual
Tanyakan nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien.
f.        Status mental
1).          Penampilan; penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.
2).          Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.
3).          Aktivitas motorik; nampak adanya kegelisahan, kelesuan, ketegangan, gelisah, agitasi, tremor, TIK, grimasum, kompulsif
4).          Alam perasaan; sedih, putus asa, gembira, ketakutan, khawatir.
5).          Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
6).          Interaksi selama  wawancara; bermusuhan, kooperatif / tidak, mudah tersinggung, curiga,kontak mata kurang, defensif.
7).          Persepsi : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengar, kadang suara yang didengar bisa menyenangkan tetapi kebanyakan tidak menyenangkan, menghina bisa juga perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya baik diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Biasanya terjadi pada pagi, siang, sore, malam hari atau pada saat klien sedang sendiri.
8).          Proses pikir; sirkumstansial, tangensial, kehilangan asosiasi, flight of ideas, bloking, perseverasi.
9).          Isi pikir; obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, waham, pikiran magis, ide yang terkait.
10).      Tingkat kesadaran; orientasi orang, waktu, tempat jelas, bingung, sedasi, stupor.
11).      Memori; apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek, saat ini, ataupun konfabulasi.
12).      Tingkat konsentrasi dan berhitung; observasi kemampuan klien berkonsentrasi, berhitung.
13).      Kemampuan penilaian; berikan pilihan tindakan yang sederhana.  apakah klien membuat keputusan atau harus dibantu.
14).      Daya tilik diri; apakah klien menerima atau mengingkari penyakitnya, menyalahkan orang lain atas penyakitnya.
g.       Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan mandi, BAB/BAK, makan, berpakaian, istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam dan diluar rumah.
h.       Mekanisme koping
Tanyakan tentang koping klien dalam mengatasi masalah baik yang adaptif maupun yang maladaptif.
i.         Masalah psikososial dan lingkungan
Apakah ada masalah dengan dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, dan pelayanan kesehatan.
j.         Pengetahuan
Mengkaji kurang pengetahuan klien tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.
k.       Aspek medik
Tuliskan diagnosa medik klien, tulis obat-obatan klien.


Pohon   Masalah













3.      Daftar masalah
a.     Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b.    Perubahan persepsi sensori; halusinasi dengar.
c.     Isolasi sosial; menarik diri.
d.    Menurunnya motivasi perawatan diri.
e.     Defisit perawatan diri.
f.     Gangguan konsep diri; harga diri rendah
g.    Koping individu tidak efektif.
h.    Berduka disfungsional.
i.      Perilaku kekerasan.
j.      Tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik.
k.    Tidak efektifnya koping keluarga; ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

4.       Diagnosa  Keperawatan
             Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok, komunitas terhadap proses kehidupan atau masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang mendasari intervensi keperawatan yang menjadi tanggung gugat perawat. (Keliat, 1998).
             Diagnosa  keperawatan yang sering muncul pada klien dengan halusinasi dengar adalah sebagai berikut :
a.     Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar.
b.    Perubahan persepsi sensori; halusinasi dengar berhubungan dengan menarik diri.
c.     Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
d.    Menurunnya motivasi perawatan diri berhubungan dengan harga diri rendah.
e.     Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya motivasi perawatan.
f.     Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
g.    Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.
h.    Perilaku kekerasan berhubungan dengan tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik.
i.      Tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
j.      Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
5.       Rencana Tindakan Keperawatan.
a.     Bina hubungan saling percaya dengan klien.
1)    Buat kontrak dengan klien; memperkenalkan nama perawat, tujuan dan waktu interaksi.
2)    Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama panggilan klien, untuk menunjukkan perhatian yang tulus kepada klien.
3)    Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi  klien tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
b.    Bantu klien mengenal halusinasinya.
1)    Adakan kontak sering dan bertahap.
2)    Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya; berbicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri dan kanan dan seolah-olah ada teman bicara.
3)    Bantu klien mengenal halusinasinya :
a)      Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang didengar.
b)      Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.
c)      Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh/menghakimi)
d)     Katakan bahwa klien lain ada yang seperti klien.
e)      Katakan bahwa perawat akan membantu klien .
4)    Diskusikan dengan klien :
a)      Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
b)      Waktu dan frekuensi terjadinya  halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri)
5)    Diskusikan dengan klien  apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah/takut, sedih, senang). Beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya.
c.     Ajarkan cara mengontrol halusinasi.
1)    Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, dan lain-lain).
2)    Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien jika bermanfaat beri pujian.
3)    Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi.
a)       Katakan “saya tidak mendengar kamu” pada saat halusinasi terjadi.
b)       Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
c)       Mencatat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
d)      Meminta keluarga/teman/perawat menyapa jika tampak  bicara sendiri.
4)    Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
5)    Beri kesempatan untuk melakukan cara-cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
6)    Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi realita, stimuli persepsi.
d.    Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
1)    Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi.
2)    Diskusikan dengan (pada saat keluarga berkunjung dan pada saat kunjungan rumah) :
a)       Gejala halusinasi yang dialami oleh klien.
b)       Cara yang dilakukan klien atau keluarga untuk memutus halusinasi.
c)       Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama dan bepergian bersama.
d)      Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan; halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai orang lain.
e.     Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1)    Diskusikan dengan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat.
2)    Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
3)    Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
4)    Diskusikan akibat berhentinya minum obat tanpa konsultasi.
5)    Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

6.       Evaluasi
a.  Klien mampu :
1).  Memutus halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan.
2).  Melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
3).  Meminta bantuan keluarga.
4).  Menggunakan obat dengan benar.
5).  Melakukan follow up secara teratur.
b.    Keluarga mampu :
1).  Mengidentifikasi  gejala halusinasi
2).  Merawat klien di rumah; cara memutus halusinasi, mendukung kegiatan klien.
3).  Menolong klien menggunakan obat dan follow up.





BAB III
HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN

A.    Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Halusinasi Dengar dan Lihat
1.       Pengkajian
        Ruang Rawat             :  Kelas III Wanita
        Tanggal Dirawat        :  2003
a.          Identitas Klien
                    Nama                         :      Nn.M
                    Umur                          :      21 tahun
                    Jenis Kelamin             :      Perempuan
                    Agama                       :      Islam
                    Tanggal Masuk          :              2003
                    Informan                    :      Klien, Keluarga dan Status
                    Tanggal Pengkajian    :      04 – 07 Nopember 2003
                    RM  No.                     :     
                    Alamat                       :      Jl. Ayani Gg. Mubtadin RT.02 No.72 Kertak Hanyar
b.         Alasan Masuk :  mengamuk kalau ditegur terlalu keras. Klien  kadang-kadang berbicara sendiri, susah tidur pada malam hari, bicara ngawur, mengganggu tidur saudara-saudaranya, klien juga pernah mengamuk.
Masalah keperawatan: Resiko mencederai orang lain dan lingkungan.
c.          Faktor Predisposisi , tidak adekuatnya pengawasan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien. Selain itu menurut penuturan klien ayahnya sangat keras, suka marah sampai memukul terlebih lagi pada klien yang dianggap tidak bisa diatur. Di rumah klien dikurung bila mengamuk. Beberapa hari sebelum masuk RSJ klien mengamuk dan merusak barang-barangnya sendiri, mengancam akan membakar rumah, tidak tidur sepanjang malam,  Klien mengatakan bahwa ia melakukan itu semua karena ada bisikan-bisikan yang membuatnya sangat terganggau..
              Masalah keperawatan :
-           Koping keluarga inefektif; ketidaktahuan keluarga merawat klien.
-           Resiko mencederai orang lain dan lingkungan.
-           Perubahan persepsi-sensori ; halusinasi dengar
d.         Pemeriksaan Fisik.
Tanda vital :  TD = 100/80 mmHg,  N = 92 x/menit, S = 36°C, 
P = 20 x/menit.   BB = ... kg, TB =  156 cm.
  Masalah keperawatan :   -
e.          Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien pernah diolok-olok mengenai keadaan rambutnya yang botak, klien merasa malu sehingga ia tidak ingin melanjutkan sekolahnya lagi.
Masalah keperawatan :
-      Koping individu tidak efektif
-      Gangguan konsep diri ; Harga Diri Rendah
f.          Psikososial
1).     Genogram



                       
                       


     
     
                 
                  Keterangan :          =  Laki-laki
                                                =  Perempuan
                                                =  Klien
                                                =  Serumah
                                                =  Meninggal
                                                =  Hubungan terdekat
Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dalam keluarga klien,ayah klien pernah mengalamu gangguan jiwa (ayah) dan pernah dirawat diRSJ..  Klien tinggal serumah dengan ayah, ibu dan adiknya saja, sedangkan keluarga yang lainnya tinggal terpisah. Hal ini menyebabkan klien sering sendiri, tidak ada yang menemani, komunikasi kurang karena terkadang keluarga merasa bosan jika klien berbicara terlalu berbelit-belit. Klien juga mengatakan kalau ayahnya pemarah dan suka memukul. 
                    Masalah keperawatan :                                        
Koping keluarga inefektif ; ketidaktahuan keluarga merawat klien.
2).     Konsep
Gambaran diri  :  Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya,kecuali pada rambutnya yang botak.
Identitas           :  Klien mengatakan bahwa ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Klien merasa puas sebagai seorang perempuan.
Peran                :  Klien sudah menderita gangguan jiwa sejak 2 bulan terakhir ini          sehingga ia tidak dapat menjalankan perannnya baik terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat., klien tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah.
Ideal diri           :  Klien mengatakan apabila ia keluar dari RSJ ingin membantu melakukan pekerjaan rumah.
Harga diri         :  Klien merasa malu karena ia tidak memiliki rambut yang botak.
Masalah keperawatan :  Harga diri rendah .
3).     Hubungan Sosial
Menurut penuturan keluarga orang yang paling dekat dengan klien adalah ibunya karena dialah yang paling sabar mendengarkan  klien bercerita. Klien tidak mengikuti organisasi atau kelompok apapun di lingkungannya.  Apabila klien baik/tidak kambuh klien dapat bergaul atau berbicara dengan teman-temannya, tetapi jika sedang kambuh klien suka mengamuk, oleh keluarga dikurung dalam kamar. Dirumah klien pernah mengurung diri dikamar, menyendiri, lampu dimatikan, tidak memperhatikan kebersihan diri dan kamar. Di RSJ klien lebih suka menyendiri, tidak mau bergaul dengan klien lain, klien lebih banyak tidur, klien tampak ragu-ragu bila meminta bantuan pada orang lain .
              Masalah keperawatan :  Isolasi sosial ; menarik diri.
4).     Spiritual
Saat ditanya tentang pengertian sakit jiwa, klien menjawab bahwa orang sakit jiwa adalah orang yang  terganggu jiwanya. Klien beragama Islam,  di rumah klien  melakukan ibadah.
Masalah keperawatan :  -
f.          Status Mental
1).     Penampilan
Penampilan klien kurang rapi namun cara berpakaian dan penggunaan pakaian sesuai.
Masalah keperawatan :  -
2).     Pembicaraan
Terkadang dalam berbicara klien dpt berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain.(Inkoheren), tetapi masih dapat diarahkan.
                      Masalah keperawatan :  -
3).     Aktivitas motorik
Klien dapat disuruh duduk di samping perawat, klien dapat di suruh mengambil air, bisa mandi sendiri, makan sendiri. Aktivitas terarah jika diarahkan oleh perawat, terkadang klien tampak gelisah.
Masalah keperawatan :  -
4).     Alam perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan respon klien tampak sedih/marah bila menceritakan sesuatu yang tidak menyenangkan dan tampak senang ketika  diberi stimulus yang menyenangkan.
Masalah keperawatan :  -
5).     Afek
Ekspresi wajah klien datar/tidak berubah, klien mengatakan bahwa ia ingin pulang dan bertemu dengan keluarganya.
Masalah keperawatan :  Gangguan konsep diri; harga diri rendah 
6).     Interaksi selama wawancara
Selama wawancara klien bersikap kooperatif, terkadang jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan, harus diarahkan, klien mampu memulai pembicaraan, isi pembicaraan jelas.
Masalah keperawatan :  -
7).     Persepsi
Dua hari yang lalu klien mendengar bisikan-bisikan yang menurutnya suara seseorang, sangat nyaring, suara tidak jelas dan banyak, sehingga klien menutup telinganya. Pada saat pengkajian klien tidak mengakui bahwa ia mendengar bisikan, tetapi perilaku klien menunjukkan klien tampak gelisah, terkadang berbicara sendiri.
Masalah keperawatan :  Perubahan persepsi sensori; halusinasi dengar.
8).     Proses pikir
Klien dalam berbicara sering berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.
Masalah keperawatan :  -
9).     Isi pikir
Tidak ada gangguan dalam isi pikir.
Masalah keperawatan :  -
10). Tingkat kesadaran
Klien mampu berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang dengan baik. Klien mengetahui bahwa ia berada di RSJ, klien dapat mengingat nama perawat.
Masalah keperawatan :  -
11). Memori
Tidak ada gangguan dalam mengingat peristiwa yang lalu, pendek, dan saat ini. Dibuktikan klien masih ingat alamat tempat tinggalnya dan kenapa ia sampai dirawat diRSJ.
Masalah keperawatan :  -
12). Tingkat konsentrasi dan berhitung
Dalam berbicara/menjawab pertanyaan klien tidak mampu berkonsentrasi penuh kadang-kadang bisa beralih, klien mampu berhitung sederhana.
Masalah keperawatan :  -
13). Kemampuan penilaian
Klien mampu membuat keputusan antara 2 pilihan saat ditanya makan dulu baru mencuci tangan atau cuci tangan dulu baru makan, klien menjawab cuci tangan dulu baru makan.
Masalah keperawatan :  -
14). Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa ia sedang sakit, dirawat dan berobat. 
Masalah keperawatan :  -
g.         Kebutuhan Persiapan Pulang
1)       Makan
Klien mampu makan sendiri, 3x sehari secara mandiri.
2)       BAB / BAK
Klien mampu BAB / BAK secara mandiri,dan pada tempatnya, BAB 1 kali sehari dan BAK 3-5 kali sehari.
3)       Mandi
Mandi 2x sehari, gosok gigi 1 kali sehari memakai sabun mandi dan pasta gigi. Klien mampu melakukannya secara mandiri hanya terkadang perlu disuruh.
4)       Berpakaian / berhias
   Klien mampu berpakaian dan berhias secara mandiri, namun    kadang tidak rapi.
5)       Istirahat dan tidur
Klien lebih banyak tidur (pada siang hari), tidak ada gangguan dan dapat tidur dengan nyenyak.
6)       Penggunaan obat
         Klien dapat minum obat sendiri sebelum ia makan.
7)       Pemeliharaan kesehatan
Klien berobat Pusat Pelayanan Kesehatan juga pengobatan secara tradisional untuk mengobati penyakitnya.
8)       Aktivitas di dalam rumah
                           Klien mau melaksanakan tugas sehari-hari dan terkadang tidak.
9)       Aktivitas di luar rumah
         Klien tidak bekerja, bila klien tidak kambuh klien dapat bergaul atau berbicara dengan teman-temannya, tetapi jika sedang kambuh klien mengurung diri dikamar, mengamuk.
Masalah keperawatan : 
-           Resiko mencederai orang lain dan lingkungan.
-           Isolasi sosial ; menarik diri

h.         Mekanisme Koping
Koping yang biasa digunakan klien jika ada masalah adalah memendamnya sendiri dan mengurung diri kamar . Koping yang biasa digunakan klien  jika ada yang membisikinya/melihat sesuatu yang menggangunya  adalah mengamuk
              Masalah keperawatan : 
-           Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.
-           Koping individu tidak efektif.
i.        Masalah Psikososial Dan Lingkungan
1).         Masalah dengan dukungan kelompok.
         Spesifik ; -
2).         Masalah dengan lingkungan.
         Masyarakat merasa terganggu jika klien mengamuk.
3).         Masalah dengan pendidikan.
         Klien hanya sampai tingkat II tsanawiyah
4).         Masalah dengan pekerjaan.
         Klien tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah
5).         Masalah dengan ekonomi.
         Klien tidak bekerja dan hanya meminta uang pada ayahnya.
6).         Masalah dengan pelayanan kesehatan.
          Klien apabila sakit berobat Pusat pelayanan kesehatan terdekat dan juga pengobatan tradisional.
7).        Masalah lainnya.
       Spesifik ; -
Masalah keperawatan : -
j.        Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit jiwa, Faktor predisposisi, Sistem pendukung, Obat-obatan, Koping yang efektif.
Masalah keperawatan :  Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
k.      Aspek Medik
Dx medik              :           ...............
Terapi medik         :           ...............        
                                                     CPZ (Chlorpromazine) ...............                                                                         HLP (Haloperidol)                 
                                                     Biosanbe                                 2 x 1 capsule
                                                     Parsidol                                   2 x 1 mg
Laboratorium
Hematologi (25 Juli 2003)
Hb                        :           11,3 gr %         (N= 11,5-15,5 gr %)
Leukosit               :           4.400 / mm3      (N= 4300-11300 per mm3)
LED                     :           27 mm             (N= 0-20 mm)
Trombosit             :           311.000/mm3   (N= 150-500/mm3)
Kimia Klinik  (25 Juli 2003)
SGOT                   :           20 u / L            (N= ≤ 26 U/L)
SGPT                    :           22 u / L            (N= ≤ 29 U/L)
2.        Analisa Data.
No.
Data
Penyebab
Masalah
1.
Data Subjektif :
-     Klien mengatakan mendengar suara dan melihat sesuatu (seperti cahaya)  yang selalu mengganggunya. 
-     Menurut penuturan keluarga klien mengamuk bila ditegur terlalu keras
-     Klien pernah melempar batu kepada tetangganya.
Data Objektif :
-     Klien klien merusak kasur
Halusinasi dengar dan lihat
Resiko mencederai orang lain dan lingkungan.
2.
Data Subjektif :
-     Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang katanya suara syetan, sangat nyaring, suara tidak jelas dan banyak.
-     Beberapa hari terakhir ini klien tidak mengakui bahwa ia mendengar bisikan.
-     Klien mengatakan bahwa ia tidak mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat
-     Menurut keluarga klien,klien pernah dikurung  dikamar sendirian, lampu dimatikan.
-     Keluarga mengatakan apabila klien baik/tidak kambuh klien dapat bergaul dengan orang lain, tetapi jika sedang kambuh klien mengurung diri kamar.
Data Objektif :
-     Klien tampak  berbicara sendiri.
-     Klien tampak gelisah
-     Di RSJ klien lebih suka menyendiri.
-     Tidak mau bergaul dengan klien lain.
-     Klien lebih banyak tidur.
Menarik diri.
Perubahan persepsi-sensori; halusinasi dengar.
3.
Data Subjektif :
-     Klien mengatakan bahwa ia tidak mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat.
-     Menurut keluarga klien pernah mengurung diri dikamar, menyendiri, tidak memper-hatikan kebersihan diri dan kamar.
-     Keluarga mengatakan apabila klien baik/tidak kambuh klien dapat bergaul dengan orang lain, tetapi jika sedang kambuh klien dikurung kamar.
-     Klien mengatakan merasa malu,  karena tidakmemilikirambutlagi
Data Objektif :
-     Di RSJ klien lebih suka menyendiri.
-     Tidak banyak bergaul dengan klien lain.
-     Klien lebih banyak tidur.
Harga diri rendah.
Isolasi sosial; menarik diri.
4.
Data Subjektif :
-     Klien mengatakan merasa malu karena tidak memiliki rambut lagi
-     Klien mengatakan apabila ada masalah ia memendamnya sendiri dan mengurung diri dikamar.

Data Objektif :
-     Klien tampak ragu-ragu  meminta bantuan kepada orang lain .
-     Klien lebih suka menyendiri
-     Tidak banyak bergaul dengan klien lain.
-     Klien lebih banyak tidur.
Koping individu tidak efektif.
Gangguan konsep diri; harga diri rendah.
5.
Data Subjektif :
-     Klien MRSJ  karena mengamuk.
-     Tidak adekuatnya pengawasan keluarga terhadap peengenalan masalah klien.
-     Klien merasa hanya ibunya yang menyayangunya
-     Klien mengatakan ayahnya seorang yang pemarah dan suka memukul.
Data Objektif :
-     Kurang Pengetahuan Tentang  Penyakit jiwa, faktor predisposisi, sistem pendukung, obat-obatan, koping yang efektif.
Ketidaktahuan merawat anggota keluarga yang sakit.
Tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik.


3. Pohon Masalah.


 









 

 

 

 











3.      Daftar Masalah.
a.       Resiko mencederai orang lain dan lingkungan
b.      Perubahan persepsi sensori; halusinasi dengar.
c.       Isolasi sosial ; menarik diri.
d.      Gangguan konsep diri; harga diri rendah.
e.       Koping individu tidak efektif.
f.       0Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif.
g.      Koping keluarga tidak efektif; ketidaktahuan merawat anggota keluarga yang sakit.

4.      Daftar Diagnosa Keperawatan.
a.       Resiko mencederai  orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar.
b.      Perubahan persepsi sensori ; halusinasi  dengar berhubungan dengan menarik diri.
c.       Isolasi sosial ; menarik diri berhubungan dengan  harga diri rendah.
d.      Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan  koping individu tidak efektif.
e.       Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan ketidaktahuan merawat anggota keluarga yang sakit.

5.      Rencana Tindakan Keperawatan. (Lihat pada lampiran 2)

6.      Catatan Keperawatan. (Lihat pada lampiran 3)



B.     Pembahasan

        Klien Nn. M. di rawat di ruang Kelas I II Wanita sejak tanggal.... Nopember 2003 untuk yang kedua kalinya dengan alasan masuknya yaitu melakukan tindakan yang berbahaya, membakar baju dan barang-barangnya serta keinginannya untuk membakar rumah, mengamuk bila ditegur terlalu keras, susah tidur pada malam hari, bicara ngawur.
               Dari hasil pengkajian penulis mendapatkan data yang  menjadi faktor pendukung/pencetus munculnya masalah seperti yang dialami klien :
1.      Faktor individu
Nn M. memiliki koping individu yang tidak efektif dalam menyelesaikan masalahnya yaitu dengan memendamnya sendiri dan jarang mau menceritakannya kepada keluarga/orang terdekatnya, jika klien ditegur/dimarahi atas suatu kesalahannya klien bisa tidak pulang kerumahnya, klien sering dimarahi sampai dipukul oleh ayahnya. Klien juga mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kilen diolok-olok mengenai rambutnya yang botak, sehingga klien merasa malu merasa malu. Klien tidak mempunyai pekerjaan dan hanya tinggal dirumah saja ditemani ayah,ibu dan adiknya yang terkadang juga sibuk dengan urusan masing-masing.
2.      Faktor lingkungan
a.         Lingkungan keluarga
Klien  tinggal  dirumah  bersama  ayah  dan  adiknya,  keluarga  tidak
tahu cara merawat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa, klien dibiarkan sendiri, komunikasi kurang karena keluarga merasa bosan mendengarkan klien yang bila berbicara berputar-putar, , terkadang klien dimarahi, dikurung jika mengamuk. Keluarga tidak mengetahui secara pasti gangguan jiwa yang dialami oleh klien, serta faktor pencetusnya.
b.      Lingkungan masyarakat
Menurut penuturan klien ia sering diolok-olok oleh orang-orang disekitarnya sebagai orang gila.
             Dibawah ini akan diuraikan perubahan yang terjadi pada klien, sejak    pertama kali berinteraksi dengan perawat hingga hari terakhir intervensi sesuai dengan diagnosa yang terjadi pada klien
1.       Resiko mencederai orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar.
            Pada saat pengkajian pertama yang dilakukan pada Nn. M, respon pada awal interaksi, klien tampak bingung dan hanya mau diajak berbicara dengan terlebih dahulu dibujuk akan diberi sesuatu yang diinginkannya. Pada saat pengkajian berlangsung sikap klien kooperatif, meskipun dalam berbicara klien terkadang berpindah-pindah dari satu topik ke topik lain tapi masih bisa diarahkan. Berdasarkan data yang diperoleh penyebab klien mengamuk dan melakukan tindakan yang berbahaya disebabkan karena ada bisikan dan melihat sesuatu yang menyuruhnya untuk melakukan hal tersebut, jika bisikan-bisikan tersebut tidak dapat dikontrol oleh klien maka tidak tertutup kemungkinan klien bisa mengamuk lagi. Sesuai dengan teori, bisikan/sesuatu yang dilihat bisa menyenangkan tetapi ada juga yang tidak menyenangkan, menghina, bersifat menuduh, juga memerintah untuk melakukan hal-hal yang berbahaya (RSJP Banjarmasin, 2001:3) Tujuan umum dari diagnosa ini adalah klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dengan intervensi yang dilakukan yaitu pada tahap awal membina hubungan saling percaya dan hal ini tercapai pada hari pertama pengkajian (04-11-2003) dengan keluarga pasien yang sedang mmbesuk pasien (ayahdan bibi Klien) dimana hubungan saling percaya langsung terbina dan klien mau mengungkapkan permasalahannya, hari kedua (05-11-2003) secara bertahap perawat mencoba melakukan intervensi selanjutnya yaitu mengenalkan klien pada halusinasinya, kontrak pertama jam 09.15 Wita tidak dapat dilakukan intervensi dikarenakan klien tampak asyik menonton acara telavisi dan selalu berkata ingin pulang , perawat mencoba untuk melakukan alternatif lain dengan mengadakan kontak sering tapi singkat (sekitar 10 menit) tetapi klien tetap bersikap menghindar sehingga perawat mengakhiri pertemuan dan membuat kontrak untuk bertemu kembali siang hari jam 012.00 Wita (sesudah klien makan siang), pada pertemuan ini klien dapat diajak untuk mengenal halusinasinya tetapi hanya sampai pada pengenalan bahwa bisikan-bisikan dan sesuatu yang dilihatnya tanpa ada orang disekitarnya yang bersuara dinamakan halusinasi dengar danlihat. Sedangkan untuk pengenalan mengenai waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi tidak dapat dilakukan karena klien tidak mengakui bahwa dia masih mendengar bisikan-bisikan tersebut Ini terjadi sewaktu malam hari). Sehingga untuk intervensi ini tidak dapat tercapai sepenuhnya. Kemudian perawat mencoba untuk mengajarkan cara mengontrol halusinasinya dan klien dapat mengulang kembali apa yang diajarkan perawat untuk mengontrol halusinasinya yaitu bila halusinasinya terjadi klien akan berkata “Aku tidak ingin mendengar / melihat kamu”, dan mencari teman untuk diajak berbicara. Hal ini tidak dapat dipraktekkan secara langsung dikarenakan klien tidak mengakui bahwa ia mendengar bisikan-bisikan meskipun perilaku klien menampakkan seperti menutup telinga dengan kapuk dan telapak tangan, klien tampak gelisah. Jika hal itu terjadi perawat mencoba untuk mengajak klien berbicara. Setelah intervensi ke-3 dapat dilaksanakan meskipun tidak dapat tercapai sepenuhnya,  perawat mencoba untuk masuk pada intervensi ke-4 mengenai penggunaan obat. Ini dilakukan pada hari ketiga (7-11-2003) perawat mencoba mengenalkan kepada klien tentang jenis obat yang diberikan, mengenai warna obat, berapa kali harus diminum dalam sehari,  kegunaan obat serta pentingnya untuk minum obat secara teratur tidak hanya ketika klien di RS tapi juga ketika klien sudah pulang kerumah. Selain itu pada keluarga juga dilakukan intervensi untuk memvalidasi data, mendapat dukungan dari keluarga untuk mengatasi halusinasi jika terjadi dirumah serta untuk mencegah kekambuhan kembali. Semua intervensi diatas dapat diimplementasikan sehingga untuk diagnosa resiko mencederai orang lain dan lingkungan sampai hari terakhir intervensi tidak terjadi. 
2.       Tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan  ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
            Untuk diagnosa ini, tindakan yang telah dilakukan  adalah mengoptimalkan fungsi keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi dengar. Salah satunya penulis melakukan kunjungan rumah, menjelaskan tentang  masalah halusinasi, meliputi apa itu halusinasi, penyebabnya, tanda dan gejala, cara-cara perawatan anggota keluarga yang mengalami halusinasi, aspek-aspek kemajuan yang berhasil klien capai sementara, penggunaan obat serta tentang pentingnya dukungan keluarga dalam proses penyembuhan klien. Setelah mendapat penjelasan dari perawat keluarga menunjukkan respon yang baik dan mau bekerjasama didalam perawatan terhadap klien baik ketika klien masih di RS atau ketika pulang
                   Sedangkan untuk diagnosa perubahan persepsi-sensori; halusinasi dengar berhubungan dengan; menarik diri, Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah, Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu, tidak dapat diimplementasikan sesuai dengan rencana dikarenakan  oleh  keadaan dari klien dan waktu praktek yang tidak memungkinkan bagi penulis untuk melakukan tindakan dari seluruh rencana tindakan yang akan dilaksanakan. 



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN MENCEDERAI DIRI SENDIRI, ORANG LAIN DAN LINGKUNGAN
BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI LIHAT DAN DENGAR

Nama               :  Nn.M                                                                                                                  Dx. Medis : F.20.1
Ruang              :  Kelas III wanita                                                                                                 No. CM     : 00 32 15
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
I N T E R V E N S I
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
1.
Perilaku kekerasan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensorik : halusinasi dengar dan lihat.
















TUM :
Klien dapat mengenal hakusinasinyasehingga tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya.












1.1. Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapinya.





1.1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
a.            Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b.           Perkenalkan diri dengan sopan.
c.            Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d.           Jelaskan tujuan pertemuan.
e.            Jujur dan menepati janji.
f.            Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g.           Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.


TUK 2 :
Klien dapat mengenal halusinasinya.
2.1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi.

2.1.1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
2.1.2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi-nya; bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri/kanan/depan seolah-seolah ada teman bicara.
2.1.3. Bantu klien mengenal halusinasinya.
a.       Jika menemukan klien yang sedang halusinasi-nya, tanyakan apakah ada suara yang didengar.
b.      Jika klien menjawab ada, lanjutkan; apa yang dikatakan.
c.       Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).
d.      Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien.
e.       Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
2.1.4.   Diskusikan dengan klien :
a.      Situasi yang menimbul-kan/tidak menimbulkan halusinasi.
b.      Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel/sedih)                                                         



2.2. Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
2.2.1. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadinya halusinasi (marah/takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.


TUK 3 :
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
3.1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
3.1.1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasinya (tidur, marah, menyibukan diri, dll).
3.1.2. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.



3.2. Klien dapat menyebutkan cara baru.
3.2.1. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi :
a.      Katakan “saya tidak mau dengar kamu” (pada saat halusinasi terjadi)
b.      Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengarnya.
c.      Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
d.     Meminta keluarga/teman/perawat menyapa jika tampak bicara sendiri.



3.3. Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien.
3.3.1. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.




3.4.      Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya.
3.4.1. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.



3.5.      Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.

3.5.1. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.


TUK 4:
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengonrol halusinasinya.
4.1.      Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
4.1.1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi.



4.2.      Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
4.2.1. Diskusikan dengan  keluarga (pada saat keluarga berkunjung/pada saat kunjungan rumah).
a.       Gejala halusinasi yang dialami klien.
b.      Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
c.       Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah; beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama.
d.      Beri informasi waktu follow up  atau kapan perlu mendapat bantuan; halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai orang lain.



TUK 5 :
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
5.1. Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.
5.1.1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.



5.2. Klien dapat mendemonstra-sikan penggunaan obat dengan benar.
5.2.1. Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.



5.3. Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat.
5.3.1. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.



5.4. Klien memahami akibat berhentinya minum obat tanpa konsultasi
5.4.1. Diskusikan akibat berhentinya minum obat-obat tanpa konsultasi.



















5.5. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.

5.5.1. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.

2.
Perubahan persepsi-sensorik;  halusinasi dengar berhubungan dengan menarik diri.
TUM :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.




TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1. Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
1.1.1.   Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :
a.      Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal.
b.      Perkenalkan diri dengan sopan.
c.      Tanyakan  nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d.     Jelaskan tujuan pertemuan.
e.      Jujur dan menepati janji.
f.       Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g.      Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.


TUK 2 :
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
2.1 Klien dapat  menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari :
-   Diri sendiri
-   Orang lain
-   Lingkungan
2.1.1.   Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2.1.2.   Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
2.1.3.  Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul.
2.1.4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.


TUK 3 :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
3.1.Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.


3.1.1.  Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.2.  Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.3.  Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
3.1.4.  Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.



3.2. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

3.2.1.  Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.2.  Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.3.  Diskusi bersama klien kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.4.   Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian  tidak berhubungan dengan orang lain.



TUK 4 :
Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap



4.1.Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial  secara bertahap antara :
-    Klien dan perawat.
-    Klien dan perawat dan klien.
-    Klien dan perawat dan keluarga.
-    Klien dan perawat dan kelompok
4.1.1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
4.1.2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain, melalui tahap :
-        Klien dan perawat.
-        Klien dan perawat dan pasien lain.
-        Klien dan perawat dan perawat lain dan pasien lain.
-    Klien dan keluarga/ kelompok/ masyarakat.
4.1.3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.1.4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
4.1.5. Diskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
4.1.6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan harian.
4.1.7. Beri reinforcement positif atas  kegiatan klien di ruangan.


TUK 5 :
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
5.1.Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk :
-       Diri sendiri
-       Orang lain
5.1.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhu-bungan dengan orang lain.
5.1.2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
5.1.3. Beri reinforcement  positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain


TUK 6 :
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain
6.1. Keluarga dapat :
-       Menjelaskan perasaannya.
-       Menjelaskan cara merawat klien menarik diri.
-       Mendemon-strasikan cara perawatan klien menarik diri.
-       Berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri.
6.1.1. Bina        hubungan saling percaya dengan keluarga :
-       Salam, perkenalkan diri.
-       Sampaikan tujuan.
-       Buat kontrak.
-       Eksplorasikan perasaan keluarga.
6.1.2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
-       Perilaku menarik diri.
-       Penyebab perilaku menarik diri.
-       Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi.
-       Cara keluarga klien menghadapi klien menarik diri.
6.1.3. Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.1.4. Anjurkan   anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu  kali seminggu.
6.1.5.   Beri  reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga



3.
Isolasi  sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
TUM :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara optimal.




TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.



1.1. Setelah 3x pertemuan klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. 
.

1.1.1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :
a.      Sapa klien dengan ramah baik verbal mapun non verbal.
b.      Perkenalkan diri dengan sopan.
c.      Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d.     Jelaskan tujuan pertemuan.
e.      Jujur dan menepati janji.
f.       Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g.      Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.


TUK 2 :
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2.1.Setelah 4x pertemuan klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki :
-       Aspek intelektual
-       Aspek sosial budaya.
-       Aspek fisik.
-       Aspek emosional/ke-pribadian klien.
2.1.1.  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.1.2.  Setiap bertemu klien dihindari memberi penilaian negatif.
2.1.3.  Utamakan memberi pujian yang realistis.


TUK. 3 :
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
3.1. Setelah 6X pertemuan klien dapat menyebutkan kemampuan yang dapat digunakan.



3.1.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
3.1.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.



TUK. 4 :
Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.


4.1. Setelah 7X pertemuan klien membuat rencana kegiatan harian.



4.1.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan :
-        Kegiatan mandiri.
-        Kegiatan dengan bantuan sebagian.
-        Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
4.1.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.1.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.


TUK 5 :
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
5.1. Setelah 10 kali pertemuan klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan.

5.1.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
5.1.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.1.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.


TUK. 6 :
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
6.1. Setelah 12 kali pertemuan klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.
6.1.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
6.1.2.   Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.1.3.   Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4.
Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tak efektif
TUM :
Klien mampu meningkatkan harga dirinya





TUK 1 :
Klien dapat mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosinya

1.1.Klien dapat mengungkapkan perasaannya
1.1.1.Buat kontrak dengan klien, lakukan pendekatan dengan memperhatikan prinsip hubungan terapeutik perawat pasien
1.1.2.Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya, dengarkan dengan penuh perhatian dengan berespon dengan tenang
1.1.3.Amati perilaku verbal dan non verbal klien saat bicara, buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya



TUK 2 :
Setelah 2 kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi pola koping personal dan konsekuensi perilaku yang diakibatkannya
2.1.Klien dapat mengidentifikasi pola koping yang telah dimiliki
2.1.1   Ingatkan klien tentang kontrak yang dibuat, identifikasi koping yang biasa digunakan klien dalam mengatasi masalah
2.1.2   Diskusikan bersama klien tentang pemahamannya terhadap kejadian saat ini dan bagaimana koping yang biasa digunakan untuk mengatasi masalah


TUK 3 :
Setelah 2 kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan dengan orang lain

3.1.Klien dapat mengidentifikasi kekuatan yang ada pada dirinya
3.1.1.Bantu klien mengidentifikasi kemampuan/kelebihan yang dimiliki
3.1.2.Identifikasi tugas yang mungkin dikerjakan sesuai dengan kemampuan klien
3.1.3.Kembangkan hal-hal positif yang dimiliki klien melalui kegiatan yang bermanfaat
3.1.4.Bantu klien berinteraksi dengan orang lain
3.1.5.Beri umpan balik positif atas kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain


TUK 4 :
Setelah 3 kali pertemuan klien dapat mendemonstrasikan  strategi koping adaptif dalam mengatasi masalah

4.1.Klien dapat mendemonstrasi-kan strategi koping adaptif dalam mengatasi masalah

4.1.1.   Bantu klien dalam proses pemecahan masalah dengan menggunakan koping adaptif
4.1.2.   Identifikasi alternatif koping yang mungkin menunjukkan adaptasi yang positif
4.1.3.   Diskusikan keuntungan dan konsekuensi dari setiap alternatif
4.1.4. Seleksi  alternatif yang paling sesuai
4.1.5.   Evaluasi keefektifan dari alternatif yang paling dipilih


TUK 5 :
Setelah 4 kali pertemuan klien mendapat dukungan dari keluarga dalam proses pemecahan masalah

5.1.  Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam proses pemecahan masalah
5.1.1.   Perkenalkan diri pada keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang perubahan perilaku klien dan hubungannya dengan kejadian atau peristiwa yang dialami
5.1.2.   Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga dalam membantu klien mengatasi masalah
5.1.3.   Beri umpan balik positif atas keterlibatan keluarga dalam proses pemecahan masalah.
5.
Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan koping keluarga inefektif (Ketidakmampuan).
TUM :
Keluarga dapat merawat klien yang  mengalami gangguan jiwa sehingga penatalaksanaan regimen terapeutik efektif.




TUK 1 :
Keluarga dapat mengenal masalah  yang dapat menyebabkan klien kambuh.
1.1.Keluarga dapat mengidentifikasi masalah pencetus klien kambuh, yang dipengaruhi oleh sikap keluarga, masyarakat dan klien sendiri.
1.1.1.   Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
-         Sapa keluarga dengan ramah.
-         Jelaskan tujuan perawatan dan perannya selama bersama klien.
-         Dorong keluarga untuk mengungkapkan masalah.
1.1.2.   Kaji persepsi keluarga tentang perilaku klien yang maladaptif
1.1.3.   Diskusikan dengan keluarga beberapa masalah yang dapat menjadi faktor penyebab klien kambuh, seperti :
-        Tidak menghargai klien.
-        Mengisolasi klien.
-        Tidak memperhatikan klien/tidak memberi kegiatan selama dirumah.
1.1.4.   Diskusikan dengan keluarga tentang sikap yang harus dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan individu terhadap perilaku maladaptif dari klien.
1.1.5. Bantu keluarga mengenal sikap dan perilakunya yang dapat memicu dan dapat menyebabkan klien kambuh.


TUK 2 :
Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan terhadap klien

2.1.Keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam merawat klien. Dapat menyebutkan akibat bila klien tidak dirawat dengan tepat.

2.1.1.   Diskusikan dengan keluarga bahwa keluarga merupakan penanggung jawab utama dalam merawat klien di rumah
2.1.2.   Jelaskan kepada keluarga bahwa keluarga merupakan pengambil keputusan dalam keperawatan keluarga.
2.1.3.   Jelaskan pada keluarga akibat bila masalah tidak ditangani dengan cepat
2.1.4.   Motivasi keluarga untuk memutuskan hal yang menguntungkan klien.



TUK 3 :
Keluarga dapat merawat klien di rumah

3.1.Keluarga dapat menyebutkan cara merawat klien di rumah.
3.1.1.  Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien di rumah dan demonstrasikan seperti :
-        Bantu klien dalam memenuhi  kebutuhan sehari-hari
-        Libatkan klien dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan keluarga
-        Dengarkan keluhan yang dirasakan  klien.
-        Berikan jalan keluar setiap klien mengalami masalah.
-        Beri reinforcemen positif bila klien dapat melakukan tugasnya.
3.1.2.   Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya klien minum obat secara teratur.


TUK 4 :
Keluarga dapat mengidentifikasi support sistem yang ada di dalam keluarga
4.1. Keluarga mampu menjelaskan support sistem yang ada di dalam keluarga, misalnya :
-        Sikap keluarga yang positif
-        Do’a

4.1.1.   Identifikasi dengan keluarga tentang support sistem yang ada di dalam keluarga.
4.1.2.   Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya partisipasi aktif dari support sistem dalam perawatan klien.
4.1.3.   Diskusikan dengan keluarga pentingnya keluarga dalam menghargai nilai positif klien
4.1.4.   Anjurkan keluarga untuk menerima apa adanya (kelemahan dan kekurangan yang klien dimiliki klien tidak ditampilkan).
-        Identifikasi bersama keluarga tentang kondisi dan lingkungan keluarga yang dapat mendukung kesehatan klien
-        Ciptakan suasana keluarga yang tenang dan nyaman bagi klien


TUK 5 :
Keluarga dapat memodifikasi lingkungan  yang terapeutik dalam merawat klien.
5.1. Keluarga dapat menyediakan lingkungan yang terapeutik dalam mendukung proses keperawatan klien.

5.1.1.  Beri reinforcement positif pada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat dan dapat digunakan keluarga sebelum klien dibawa ke rumah sakit jiwa bila kambuh.
5.1.2.  Diskusikan dengan keluarga pentingnya pemanfaatan  fasilitas tersebut serta tahu prosedur yang harus dilakukan keluarga
5.1.3.  Anjurkan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas  yang ada di dekat rumah, sebagai alternatif pemecahan  masalah bila klien kambuh.


TUK 6 :
Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat untuk merawat kesehatan klien.
6.1. Keluarga dapat mengunjungi fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat dalam mengoptimalkan perawatan klien di rumah seperti :
-      Tempat yang dapat dikunjungi keluarga bila klien kambuh atau kontrol kesehatan.
-      Keluarga tahu waktu pelaksanaan-nya
-      Keluarga mengerti cara serta prosedur yang dilakukan
6.1.1.  Kaji pandangan keluarga tentang keberadaan puskes-mas dalam perawatan klien
6.1.2.  Dorong keluarga untuk memanfaatkan Puskesmas dalam perawatan klien.



CATATAN KEPERAWATAN
 

Hari/
Tgl
Dx. Kep
Tujuan
Implementasi

Evaluasi

TTD

I
TUM:
Setelah tindakan kepada klien, klien tidak akan mencederai  orang lain dan lingkungan



Kamis7–8–2003 
I
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1.    Membina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
a.       Menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
“Assalamu’alaikum”
b.      Memperkenalkan diri dengan ramah.
“Boleh berkenalan”
“Nama saya Agustina “
c.       Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
“Namanya siapa ?”
“Dipanggil siapa ?”

d.      Menjelaskan tujuan pertemuan.
“Saya perawat, saya ingin membantu kamu”
e.       Jujur dan menepati janji.
f.       Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g.      Memberi perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.
h.      Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya.
“Bisa kita ketemu lagi , besok pagi jam 07.30 Wita.”

S :   -  “Sandara Innah”.
       -  “ Dara”.
O :   - Klien diam saja saat disapa dengan salam dan dikatakan tentang tujuan pertemuan.
-    Klien mau duduk berdampingan dengan perawat dan menatap perawat.
-    Klien menganggukan kepala ketika diajak untuk bertemu kembali esok pagi.
A :      Hubungan saling percaya dapat terbina, klien mau bicara dan menjawab pertanyaan  perawat.
P :     Teruskan intervensi untuk mencapai TUK 2. Membuat kontrak untuk bertemu besok pagi pukul 07.30 Wita.

Kamis7-8-2003
I
TUK 4
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

1.    Membina hubungan saling percaya dengan keluarga .
Memperkenalkan diri dan tujuan pertemuan
“Nama saya Agustina”
“Saya mahasiswi Akper, saya punya tugas merawat Dara dan saya ingin memperoleh informasi lebih lanjut mengenai Dara”
2.    Mendiskusikan dengan keluarga tentang :
a.   Gejala halusinasi yang dialami klien.
b.  Cara yang dapat dilakukan klien  dan keluarga untuk memutus halusinasi.
c.   Cara  merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah; beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama.
d.  Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan; halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai orang lain.
S :  -   Keluarga mengatakan tidak tahu apa penyebab klien bisa mengamuk dan cara merawat klien bila dirumah.
 -   Setelah mendapat penjelasan  keluarga mengatakan mengerti tentang penyakit yang dialami klien dan mau diajak bekerjasama dalam proses perawatan klien baik saat masih dirawat di RSJ ataupun ketika klien sudah pulang.
O :  -   Keluarga mau mengungkapkan permasalahan yang dialami dalam cara merawat klien.
A :      Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
P :      -

Jumat, 8 – 8 - 2003
I
TUK 2
Klien dapat mengenal halusinasi
nya.
1.     Mengadakan kontak sering dan singkat secara bertahap. Menemui klien pada jam 07.30, 09.30, 10.30, 13.30 WITA selama sekitar 10 menit.
2.     Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya; bicara dan tertawa sendiri tanpa stimulus, memandang kekiri/kanan/depan/ belakang seolah-olah ada teman bicara.

S : - “Aku handak bulik“
O : -    Klien masih ingat nama perawat.
     -    Ketika ditanyakan mengenai “suara yang didengar” klien mengalihkan pembicaraan.
-        Klien tampak gelisah
-    Klien minum obat setelah makan siang.
A :      Klien belum dapat diarahkan untuk mengenal halusinasinya.
P :     Ulangi lagi intervensi TUK 2, buat kontrak baru untuk bertemu kembali esok hari..

Jumat, 08 – 8 – 2002
I
TUK 2
Klien dapat mengenal halusinasi
nya.
1.     Mengadakan kontak kembali dengan klien. Menemui klien pada jam 16.30WITA, selama ± 30 menit.
2.     Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya.
3.     Membantu klien mengenal halusinasinya :
a.   “Bujurlah Dara mendengar bisikan-bisikan?”
b.   “Handaklah Dara tahu apa bisikan-bisikan itu?”
c.   “Bisikan-bisikan itu disebut Halusinasi“
“Bisikan itu timbul bila Dara ketuju saorangan“


S :   -  “Klien mengatakan suara yang didengar suara setan“
O :   -  Klien mampu mengulang kembali  apa yang telah diajarkan perawat.
          “Suara yang didengar padahal tidak ada  orang yang berbicara dinamakan halusinasi dengar“.
       -  Klien tidak mau mengakui bahwa dia masih mendengar bisikan-bisikan tersebut.
A :      Klien dapat mengenal halusinasinya.
P :      Lanjutkan intervensi TUK 3.

Jum’at 09 – 08 – 2002
I
TUK 3
Klien dapat mengontrol halusinasinya.





















1.    Pada hari yang sama jam 17.00 Wita perawat masuk pada TUK 3.
2.    Mengidentifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
3.    Mendiskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
4.    Mendiskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi :
  1. Katakan “ Saya tidak mau mendengar kamu”
  2. Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk bercakap-cakap/mengatakan halusinasi yang didengar.
  3. Membuat jadwal kegiatan sehari – hari agar bisikan itu tidak sempat muncul.
  4. Meminta teman, keluarga atau perawat disini untuk menyapamu bila tampak bicara sendiri. “
S :  - “Aku kada handak dangar ikam”

          “Aku mencari kawan”

O :  -   Klien mampu menyebutkan kembali cara mengontrol halusinasi seperti yang diajarkan perawat.
A :      Klien masih belum bisa mengontrol halusinasinya secara penuh.
P :      Lanjutkan intervensi TUK 3. buat kontrak untuk bertemu besok pagi jam 08.00

Sabtu,9-8-2003

TUK 5
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1.    Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
2.    Menganjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
3.    Mendiskusikan akibat berhentinya minum obat-obat tanpa konsultasi.
4.    Membantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
5.    Menjelaskan tentang kegunaan masing-masing obat yang diminum oleh klien.
6.    Memberikan obat :
-    Chlorpromazine 50 mg.
-    Haloperidol  3 mg.
-    Trihexipenidil  2 mg.
-    Biosanbe 1 tablet.
-    Parsidol 1 mg.  

S :  - “Ulun minum obat 3 kali sehari habis makan”.
      - Klien mengetahui jumlah obat yang diminum baik pagi, siang ataupun malam hari
O :  - Klien minum obat habis makan sesuai dengan jumlah yang diberikan oleh perawat.
A :    Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
P :    Melanjutkan pemberian pengobatan sesuai program.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar