Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya
peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan
ikat, degenerasi, dan regenerasi,dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul
kekacauwan dalam susunan parenkim hati.
Etiologi
Secara marfologi, sirosis dibagi menjadi atas jenis
mikronodular (portal) makronodular(pascanekrotik) dan jenis campuran, sedang
dalam klinik dikenal 3 jenis, yaitu portal pascanekrotik, dan bilier. Penyakit-penyakit
yang diduga dapat menjadi penyebab sirosis hepatis antara lain maulnutrisi,
alkoholime, virus hepatitis, kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica,
penyakit Wilson, hemokromatosis,zat tokasin dan lain-lain
Gejal terjadi
akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang
terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejal dan tanda sevagai berikut:
1.
Gejala-gejala gastrointestinal yang tidak
khas seperti anoreksia, mual,muntah dan diare
2.
Demam, berat badan turun,lekas lelah.
3.
Asites, hidrotoraks, dan edema.
4.
Ikterus,kadang-kadang urin menjadi lebih
tua warnanya/ kecoklatan
5.
Hepatomegali, bila tlah lanjut hati
dapat mengecil karena fibrosis. Bila secara klinis didapat adanya
demam,ikterus, dan asites, dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, dikatakan
sirosis, dalam keadaan aktif. Hati-hati kemungkinan akan timbulnya prekoma dan
koma hepatikum
6.
Kelainan pembulu darah seperti
koleteral-koleteral di dindidng abdomen dan toraks, kaput medusa, wasir dan
varises esofagus
7.
Kelainan endokrin yang merupakan tanda
dari hiperetogenisme yaitu:
a. Impoten,
atrofi testis ginekomatia, hilangnya rambut aksila, dan pubis.
b. Amenore,
hiperpigmentasi areola mammae.
c. Spirder nevi dan eritema.
d. Hiperpigmentasi.
8.
Jari tubuh.
Pemeriksaan
Penunjang
Adanya anemia, ganguan faal
hati(penurunan kadar albumin serum, peninggian kadar globulin serum, peninggian
kadar bilirubin direk dan indirek), penurunan enzaim kolinesterase,serta
peninggian SGOT daN SGPT.
Pemeriksaan terhadap alfa feto
protein sering menunjukkan peningkatan. Untuk melihat kelainan secara
histopatologi dilakukan biopsi hati
penatalaksanaan
1.
Istirahat di tempat tidur sampai
terdapat perbaika ikterus, asites, dan demam
2.
Diet rendah protein(diet hati III:
protein 1 g/kg BB, 55 g protein, 2000 kalori). Bila ada asites dibeikan diet rendah garam II(600-800 mg )
atau III(1000-2000 mg) bila proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi kaloli
(2000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125 g/kg hari ). Bila ada tanda-tanda
perokoma / koma hepatikum, jumlah protein dalam makan dihentikan(diet hati I)
untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuai toleransi dan
kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang berlebihan kemampuan pasien /
meningginya hasil metabolism protein dalam darah visceral dapt mengaktifkan
timbunya koma hepatikum. Diet yang baik dilakukan dengan protein yang cukup
perlu diperhatikan.
3.
Mengatasi infeksi dengan antibody,. Diusahakan
memakai obat-obatan yang jelas tidak hepoatotoksik.
4.
Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu
dengan pemberian asam amino esensial berantai cabag dan glukosa.
5.
Roborasia. Vitamin B kompleks. Dilarang makan
dan minum bahan yang mengandung alcohol.
Penatalaksana asires dan edema adalah :
1.
Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat
dan diet rendah garam (200-500 mg perhari), kadang-kadang asiten dan edema
telah dapat diatasi. Adakalanya harus dibantu dengan membatasi junlah pemasukan
cairan selama 24 jam, hanya sampai 1 liter / kurang
2.
Bila dengan istirahat dan diet tidakdapat
diatasi, diberikan pengobatan diuretic berupa spironolakton 50-100 mg/hari
(awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila serelah 3-4 hari tidak
terdapat perubahan
3.
Bila terjadi asites refrakter (asites
yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi medikamentosa yang intensif)
dilakukan terapi parasintesis walaupun
merupakan cara pengobatan asites yang
tergolong kuno dan sempat ditinggalkan karena berbagai komplikasinya,
parasentesis banyak dicoba kembali untuk digunakan. Pada umumnya parasentesis
aman apabila disertai dengan infuse albumin sebanyak 6-8 g untuk setiap liter
cairan asites. Selain albumin dapat pula digunakan dekstran 70%. Walaupun demikian
untbila cairan tuk mencegah pembentukan asites setelah parasentesis, pengaturan
diet rendah garam dan diuretic biasanya tetap diperlukan
4.
Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi
penurunan berat badan 1 kg/2 hari /
keseimbangan cairan negative 600-800 ml/hari. Hati-hati bila cairan terlalu
banyak dikeluarkan dalam satu saat, dapat mencetuskan ensefalopati hepatic.
Komlikasi
Hematemesis melena dan koma hepatikum
Prognosis
Prognosis
tergantung pada luasnya kerusakan hati/kegagalan hepatosesular, beratnya
hiperyensi portal, dan timbulnya komplikasi lainya. Klasifikasi child dipakai
sebagai petunjuk prognosis yang tidak baik dari pasien sirosis
Table 48.1 Kriteria Child (modifikasi) pada penderita sirosis hepatis
Parameter klinis Derajat klasifikasi
|
1 2 3
Bilirubin (mg/dl) < 2 2-3 >3,0
Albumin (g/dl) >3,5 3-3,5 <3
Asites tidak
ada terkontrol sulit dikontrol
Deficit neurologic tidak ada minimal berat/koma
Nutrisi baik cukup kurang
|
Kombinasi skor: 5-6 (child A), 7-9
(child B ),10-15 (child C )
Mortalitas child A pada operasi
sekitar 10-15%,child B 30%,dan child C diatas 60%
Sumber:Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran UI , kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1,2001
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar