A. Pengertian Pankreatitis
Pankreatitis adalah inflamasi yang
mengenai pankreas yang bersifat serius dengan intensitas yang ringan sampai
berat dan berakibat fatal.
Pankreatitis juga didefinisikan
sebagai peradangan pada pankreas yang mengganggu fungsi eksokrin dalam membantu
menjalankan metabolisme dalam tubuh. (Riyadi,2008)
B.
Pengertian
Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut merupakan
inflamasi pada pankreas akibat tercernanya organ tersebut oleh enzim-enzim yang
dikeluarkan pankreas (terutama tripsin). Terjadi secara tiba-tiba dan dapat
segera sembuh dengan penanganan yang tepat.
C.
Etiologi
Etiologi pankreatitis akut antara
lain:
1) Konsumsi
alkohol cukup lama
Konsumsi alkohol akan mengakibatkan
suasana lebih alkalis pada enzim-enzim pankreas. Suasana itu akan berakibat
timbulnya kerusakan pada pankreas.
2) Infeksi
bakteri
Walaupun jarang bakteri juga dapat
mencapai pankreas untuk merusak organ pankreas. Kerusakan ini akan berdampak
pada peningkatan enzim pankreas yang justru dapat merusak pankreas.
3) Infeksi
virus
Virus yang sering menimbulkan
kerusakan pada pankreas adalah virus parotitis.
D.
Patofisiologi
Pankreas menyekresikan sejumlah enzim;
amilase dan lipase disekresikan dalam bentuk aktif sementara protease, elastase
dan fosfolipase disekresikan sebagai proenzim yang dalam keadaan normal harus
diaktifkan oleh tripsin di dalam duodenum. Tripsin sendiri normalnya diaktifkan
oleh enteropeptidase duodenal. Patogenesis pankreatitis akut berpusat pada
aktivitas tripsin yang tidak tepat di dalam pankreas; tripsin yang sudah
diaktifkan tersebut akan mengubah (i) berbagai proenzim menjadi aktif (ii)
prekalikrein menjadi kalikrein yang akan mengaktifkan sistem kinin serta
pembekuan. Hasil nettonya berupa inflamasi pankreas dan trombosis. Ciri-ciri
pankreatitis meliputi proteolisis jaringan, lipolisis dan perdarahan, terjadi
karna efek destruktif enzim-enzim pankreas yang dilepas dari sel-sel asiner.
Mekanisme yang dikemukakan untuk aktivitas enzim pankreas meliputi hal-hal berikut ini:
a. Obstruksi duktus penkreatikus. Batu empedu dapat terjepit di dalam ampula Vateri; di sebelah proksimal obstruksi, cairan kaya enzim menumpuk dan menimbulkan jejas parenkim pankreas. Leukosit dalam jaringan parenkim akan melepaskan sitokin proinflamatorik yang menggalakkan inflamasi local dan edema.
b. Jejas primer sel asiner. Keadaan ini dapat disebabkan oleh kerusakan karna virus (parotitis), obat-obatan, trauma atau iskemia.
c. Defek transportasi-intraseluler proenzim. Enzim-enzim eksokrin pankreas mengalami kesalahan arah dalam perjalanannya, yaitu menuju lisosom dan bukan menuju sekresi; hidrolisis proenzim di dalam lisosom akan menyebabkan aktivitas dan pelepasan enzim.
d. Alkohol dapat meningkatkan jejas sel asiner lewat perjalanan proenzim intraseluler yang salah arah dan pengendapan sumbatan protein yang mengental serta bertambah banyak di dalam duktud pankreatikus sehingga terjadi inflamasi dan obstruksi lokal.
e. Pankreatitis herediter ditandai oleh serangan rekuren pankreatitis yang hebat dan sudah di mulai sejak usia kanak-kanak. Kelainan ini disebabkan oleh mutasi germ line (garis-turunan sel tunas) pada:
i) Gen tripsinogen kationik (PRSS1), menimbulkan kehilangan suatu tempat pada tripsin yang esensial untuk inaktivasi enzim itu sendiri (mekanisme pengaman yang penting untuk mengatur aktivitas enzim tripsin).
ii) Gen inhibitor protease serin, Kazal tipe I (SPINK1), yang menimbulkan protein yang cacat sehingga tidak lagi mampu memperlihatkan aktivitas tripsin.
Mekanisme yang dikemukakan untuk aktivitas enzim pankreas meliputi hal-hal berikut ini:
a. Obstruksi duktus penkreatikus. Batu empedu dapat terjepit di dalam ampula Vateri; di sebelah proksimal obstruksi, cairan kaya enzim menumpuk dan menimbulkan jejas parenkim pankreas. Leukosit dalam jaringan parenkim akan melepaskan sitokin proinflamatorik yang menggalakkan inflamasi local dan edema.
b. Jejas primer sel asiner. Keadaan ini dapat disebabkan oleh kerusakan karna virus (parotitis), obat-obatan, trauma atau iskemia.
c. Defek transportasi-intraseluler proenzim. Enzim-enzim eksokrin pankreas mengalami kesalahan arah dalam perjalanannya, yaitu menuju lisosom dan bukan menuju sekresi; hidrolisis proenzim di dalam lisosom akan menyebabkan aktivitas dan pelepasan enzim.
d. Alkohol dapat meningkatkan jejas sel asiner lewat perjalanan proenzim intraseluler yang salah arah dan pengendapan sumbatan protein yang mengental serta bertambah banyak di dalam duktud pankreatikus sehingga terjadi inflamasi dan obstruksi lokal.
e. Pankreatitis herediter ditandai oleh serangan rekuren pankreatitis yang hebat dan sudah di mulai sejak usia kanak-kanak. Kelainan ini disebabkan oleh mutasi germ line (garis-turunan sel tunas) pada:
i) Gen tripsinogen kationik (PRSS1), menimbulkan kehilangan suatu tempat pada tripsin yang esensial untuk inaktivasi enzim itu sendiri (mekanisme pengaman yang penting untuk mengatur aktivitas enzim tripsin).
ii) Gen inhibitor protease serin, Kazal tipe I (SPINK1), yang menimbulkan protein yang cacat sehingga tidak lagi mampu memperlihatkan aktivitas tripsin.
E.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dianjurkan pada
penderita pankretitis antara lain:
- Pengobatan yang bersifat simptomatik seperti
pemberian analgetik, contohnya meperidil untuk mengurangi nyeri penderita,
pemberian obat antiemetik untuk mengurangi mual dan muntah.
- Semua asupan oral harus dihentikan karena dapat
mempengaruhi sekresi pada gaster dan pankreas dimana sekresi itu akan naik
apabila ada bahan makanan yang masuk.
- Pemberian makanan melalui Total Parenteral
Nutrition (TPN)
- Pemasangan NGT disertai dengan pengisapan.
Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi volume sekrsi yan ada pada gaster,
juga untuk mengurangi mual dan muntah
- Pemberian preparat yang dapat mengurangi sekresi
gaster seperti simetidin
- Pemberian cairan parenteral untuk mengatasi
defisit cairan dalam tubuh
- Pemberian insulin (bila terdapat hiperglikemia
yang berat)
- Drainase billier. Tindakan ini bertujuan untuk
mengurangi timbunan sekresi pada pankreas dan akan melancarkan aliran pada
pankreas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PANKREATITIS
AKUT
A.
Pengkajian
Riwayat
kesehatan difokuskan pada karakteristik nyeri abdomen serta adanya gangguan
rasa nyaman yang dialami pasien. Munculnya rasa nyeri, lokasi dan hubungannya
dengan makan dan konsumsi alkohol serta hasil berbagai upaya yang dilakukan
pasien untuk mengurangi rasa nyeri perlu dicatat. Status cairan serta nutrisi
pasien dan riwayat serangan batu empedu serta konsumsi alkohol harus dikaji.
Riwayat masalah gastrointestinal, yang mencakup mual, muntah, diare dan
pengeluaran feses yang berlemak harus ditanyakan. Pemeriksaan abdomen harus
dilakukan untuk mengkaji rasa sakit, nyeri tekan, ketegangan muskuler dan
bising usus. Adanya abdomen yang kaku seperti papan atau yang lunak harus
dicatat. Status pernapasan, frekuensi dan corak pernapasan serta suara pernapasan
harus dikaji. Suara napas yang normal, suara tambahan, dan hasil-hasil perkusi
dada yang abnormal, termasuk suara pekak pada basis paru dan taktil fremitus
yang abnormal juga harus didokumentasikan.
Status
emosional serta psikologis pasien dan anggota keluarganya serta upaya mereka
untuk mengatasinya harus dikaji karna mereka sering merasa takut dan cemas
mengingat beratnya gejala pasien serta sakit yang dideritanya.
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan Pankreatitis Akut adalah:
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan Pankreatitis Akut adalah:
1) Nyeri
berhubungan dengan proses inflamasi pankreas
2) Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual muntah
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
respon sistemik peradangan
4) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
efusi pleura
5) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual muntah
C.
Intervensi
1)
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pankreas
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan selama 3x24jam nyeri teratasi
Kriteria
Hasil : a. Pasien mengatakan
nyeri berkurang
b. Skala
nyeri turun
c. Wajah
pasien tampak rileks
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kolaborasi
pemberian analgesik, antibiotika, dan anti inflamasi sesuai indikasi
|
Dapat
mengurangi nyeri, membunuh kuman dan mengurangi peradangan sehingga
mempercepat penyembuhan
|
2.
|
Berikan
posisi yang nyaman
|
Mengurangi
nyeri
|
3.
|
Evaluasi
ulang skala nyeri, lokasi, intensitas dan frekuensi
|
Mengetahui
ketidakefektifan intervensi
|
2)
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (
mual dan muntah ).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama 1x24jam keseimbangan cairan
Kriteria Hasil : a. Jumlah intake dan output cairan seimbang
Kriteria Hasil : a. Jumlah intake dan output cairan seimbang
b. Turgor
baik, mukosa lembab
c. Nadi
normal (60-100x/menit)
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.2.3.4.
|
Berikan
cairan tambahan IV sesuai indikasi.Pantau tanda-tanda vital, evaluasi turgor
kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.Kolaborasi pemberian cimetidine
dan ranitidineevaluasi intake dan output cairan tiap 4 jam
|
Mengganti
kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase
segera.Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk
peningkatan penggantian cairan.Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk
menghambat sekresi asam lambung Mengoreksi keseimbangan cairan
|
3)
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon
sistemik peradangan
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
suhu tubuh
dapat normal (360-370C)
Kriteria
Hasil : a. Suhu
tubuh dalam rentang normal (360-370C)
b. Kulit
tidak teraba hangat
c. Wajah
tidak tampak merah
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kolaborasi
dengan pemberian antipiretik
|
Untuk
menurunkan panas
|
2.
|
Ukur suhu
tiap 4-8 jam
|
Untuk
mengetahui perkembangan klien
|
3.
|
Ajarkan
komprest dan banyak minum
|
Untuk
menurunkan panas tubuh dan mengganti cairan tubuh yang hilang
|
4.
|
Evaluasi
cairan input dan output
|
Untuk
mengetahui balance cairan pasien
|
4)
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efusi
pleura
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam
pola nafas
efektif
Kriteria
Hasil : a. RR normal
(16-24x/menit)
b. Irama
nafas reguler
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Pertahankan
posisi semi fowler
|
Menurukan
tekanan paru oleh diafragma sehingga ekspansi paru maksimal.
|
2.
|
Dorong
pasien untuk melakukan nafas dalam dan batuk tiap jam.
|
Membersihkan
saluran nafas dan mencegah atelektasis
|
3.
|
Anjur
pasien untuk membatasi aktivitas
|
Aktivitas
berlebih akann meningkatkan rangsangan sekresi gaster yang dapat menambahh
distensi abdomen
|
4.
|
Evaluasi
status pernapasan (irama, frekuensi) dan gas darah
|
Untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
|
5)
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual muntah
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam
tidak
terjadi resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.
Kriteria
Hasil : a. Porsi makan
habis
b. Berat
badan normal
c. Albumin =
3,4 – 4,8 gr/dl
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kolaborasikan
pemberian trigliserida rantai sedang (contoh : MCT, portagen)
|
Memberikan
nutrisi tambahan yang tidak menggunakan enzim pankreas untuk mencernanya
|
2.
|
Berikan
perawatan oral higiene
|
Menurunkan
rangsang mual muntah
|
3.
4.
|
Anjurkan
pasien untuk selalu menghabiskan porsi makanEvaluasi tingkat pemenuhan
nutrisi dan metabolisme
|
Memenuhi
nutisi sesui kebutuhanMembantu pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pankreatitis Akut adalah peradangan pankreas
yang terjadi secara tiba-tiba, bisa bersifat ringan atau berakibat fatal. Terjadi
secara tiba-tiba dan dapat segera sembuh dengan penanganan yang tepat. Dan
salah satu penyebabnya Ialah Konsumsi Alkohol yang begitu lama, Infeksi virus,
atau Infeksi Bakteri . Patogenesis pankreatitis akut
berpusat pada aktivitas tripsin yang tidak tepat di dalam pankreas yang akan
mengaktifkan sistem kinin serta pembekuan. Hasil nettonya berupa inflamasi
pankreas dan trombosis. Biasanya Diagnosa yang sering muncul pada Klien dengan
Pankreatitis akut adalah Nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi pankreas, Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan mual muntah, Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon sistemik
peradangan, Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efusi pleura, dan Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
B. Saran
Diharapkan bagi perawat atau
mahasiswa agar dapat menegakkan diagnosa dan tindakan keperawatan dengan benar
dan tepat
DAFTAR
PUSTAKA
Delmann, H.D. 1993. Textbook of Veterinary Histology. Lea and
Fiebiger: Philadelphia
Faiz, Omar, dkk. 2004. At a Glance Anatomi.
Erlangga: Jakarta
Getty, R. 1975. Sisson and Grossman's The Anatomy
of the Domestic Animals. Vol.1. W.B. Saunders Company: Philadelphia.
London. Toronto.
Gibson, John. 1981. Modern Physiology and Anatomy
for Nurses. Blackwell Science Limited: Oxford
Doenges, Marilynn E., 1999, Rencana Asuhan Kepeawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3), Jakarta, EGC.
Mitchell, Richard N., 2008, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Jakarta , EGC.
Smeltzer, Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, (Edisi 8), Jakarta, EGC.
Thanks atas infonya. Sesekali berkunjung dan berkomentar donk di blog butut saya..
BalasHapus