LAPORAN
PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS
PARU PADA ANAK
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1.
Pengertian
Tuberculosis
paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 1999)
Tuberculosis
paru adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang
biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang
dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Corwin, 2001)
Tuberculosis paru adalah : penyakit
infeksius terutama menyerang parenchim paru dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lain, termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. ( Brunner
& Suddart, 2002 )
Tuberculosis
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium Tuberculosis).
Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh
lainnya.
2.
Anatomi
dan Fisiologi Paru-Paru
a.
Anatomi Paru-paru
Paru-paru terletak sedemikian rupa sehingga setiap
paru-paru berada di samping mediastinum. Oleh karenanya, masing-masing
paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar
serta struktur-struktur lain dalam mediastinum. Masing-masing paru-paru
berbentuk konus dan diliputi oleh pleura viseralis. Paru-paru terbenam bebas
dalam rongga pleuranya sendiri, dan hanya dilekatkan ke mediastinum oleh radiks
pulmonalis. Masing-masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul, menjorok ke
atas dan masuk ke leher sekitar 2,5 cm di atas klavikula. Di pertengahan
permukaan medial, terdapat hilus pulmonalis, suatu lekukan tempat masuknya
bronkus, pembuluh darah dan saraf ke paru-paru untuk membentuk radiks
pulmonalis.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru
kiri dan dibagi oleh fisura oblikua dan fisura horisontalis menjadi 3 lobus, yaitu
lobus superior, medius dan inferior. Sedangkan paru-paru kiri dibagi oleh
fisura oblikua menjadi 2 lobus, yaitu lobus superior dan inferior.
Setiap bronkus lobaris, yang berjalan ke lobus
paru-paru, mempercabangkan bronkus segmentalis. Setiap bronkus segmentalis yang
masuk ke lobus paru-paru secara struktural dan fungsional adalah independen,
dan dinamakan segmen bronkopulmonalis. Segmen ini berbentuk piramid, mempunyai
apeks yang mengarah ke radiks pulmonalis dan basisnya mengarah ke permukaan
paru-paru. Tiap segmen dikelilingi oleh jaringan ikat, dan selain bronkus juga
diisi oleh arteri, vena, pembuluh limfe dan saraf otonom.
Asinus adalah unit respiratori fungsional dasar,
meliputi semua struktur dari bronkhiolus respiratorius sampai ke alveolus. Dalam
paru-paru manusia, terdapat kira-kira 130.000 asini, yang masing-masing terdiri
dari tiga bronkhiolus respiratorius, tiga duktus alveolaris dan 17 sakus
alveolaris.
Alveolus adalah kantong udara terminal yang
berhubungan erat dengan jejaring kaya pembuluh darah. Ukurannya bervariasi,
tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks,
ukuran alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I
berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk
pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta
dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan, yang
melapisi alveolus dan mencegah kolapnya alveolus.
Sirkulasi pulmonal memiliki aliran yang tinggi
dengan tekanan yang rendah (kira-kira 50 mmHg). Paru-paru dapat menampung
sampai 20% volume darah total tubuh, walaupun hanya 10% dari volume tersebut
yang tertampung dalam kapiler. Sebagai respon terhadap aktivitas, terjadi
peningkatan sirkulasi pulmonal. Yang paling penting dari sistem ventilasi
paru-paru adalah upaya terus menerus untuk memperbarui udara dalam area
pertukaran gas paru-paru. Antara alveoli dan pembuluh kapiler paru-paru terjadi
difusi gas yang terjadi berdasarkan prinsip perbedaan tekanan parsial gas yang
bersangkutan.
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak
pernah sampai pada daerah pertukaran gas, tetapi tetap berada dalam saluran
napas di mana pada tempat ini tidak terjadi pertukaran gas, seperti pada
hidung, faring dan trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi, sebab tidak
berguna dalam proses pertukaran gas. Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali
dikeluarkan adalah udara ruang rugi, sebelum udara di alveoli sampai ke udara
luar. Oleh karena itu, ruang rugi merupakan kerugian dari gas ekspirasi
paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi menjadi ruang rugi anatomik dan ruang rugi
fisiologik. Ruang rugi anatomik meliputi volume seluruh ruang sistem pernapasan
selain alveoli dan daerah pertukaran gas lain yang berkaitan erat. Kadang-kadang
sebagian alveoli sendiri tidak berungsi atau hanya sebagian berfungsi karena
tidak adanya atau buruknya aliran darah yang melewati kapiler paru-paru yang
berdekatan. Oleh karena itu, dari segi fungsional, alveoli ini harus juga
dianggap sebagai ruang rugi dan disebut sebagai ruang rugi fisiologis.
Gambar
1. Anatomi Paru-paru
b. Fisiologi
Paru-paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan
karbon dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna,
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan
darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran
alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini
dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini
dipompa ke dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru
pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen
jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah
satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler
darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan
keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan
pulmoner atau pernafasan eksterna :
1.
Ventilasi pulmoner, atau gerak
pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2.
Arus darah melalui paru-paru
3.
Distribusi arus udara dan arus darah
sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian
tubuh
4.
Difusi gas yang menembusi membran
pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah
yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak
badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan
dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan, dengan penambahan
ventilasi maka terjadi pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2.
3.
Etiologi
Tuberculosis
paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um. Sebagian besar kuman
terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat lain kuman ini adalah
aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan O2 nya.
Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi
dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberculosis. (Soeparman, 1999)
Mereka yang paling
beresiko tertular basil adalah mereka yang tinggal berdekatan dengan orang yang
terinfeksi aktif khususnya individu yang sistem imunnya tidak adekuat. (Corwin,
2001)
4.
Tanda
dan Gejala
Gejala utama TB
paru menurut Mansjoer (1999) adalah :
a. Demam
Biasanya
subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-kadang panas badan dapat
mencapai 40 – 41oC,
b. Batuk
Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar, sifat batuk dimulai dari batuk kering
(non-produktif) kemudian setelah muncul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak
nafas
Pada penyakit
yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
d. Nyeri
dada
Nyeri dada
timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis.
e. Malaise
Gejala maleise
sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun,
sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat malam.
Pasien TB paru
menampakkan gejala klinis yaitu :
a. Tahap
asimtomatis
b. Gejala
TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
c. Eksaserbasi
yang memburuk.
d. Gejala
berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
a.
Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial,
ronchi basah, dan lain-lain).
b.
Tanda-tanda penarikan paru diafragma,
dan mediastrium.
c.
Sekret di saluran nafas dan ronchi.
d.
Suara nafas amforik karena adanya
kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus.
5.
Fatofisiologi
Mycobacterium
tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah
(droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. Apabila
bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil menembus mekanisme
pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati saluran napas bawah, maka
pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan yang kuat. Karena respons
yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka hanya sekitar 5 % orang
yang terpajan basil tersebut menderita tuberculosis aktif. Penderita TBC yang
bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberculosis
aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.
Basil
mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah mengkolonisasi
saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih untuk mengepung dan
mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respons selular melibatkan sel T
serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan jaringan
fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel akhirnya
mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan
sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami perlunakan
(perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem
trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah
dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel
infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada jalan nafas atau
paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh dan berkembang biak
dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh
lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang
tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang
terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar cenderung
tertahan di salurang hidung dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.
Kerusakan pada
paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi imun dan
peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan jaringan parut
permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida
sehingga pertukaran gas menurun. (Corwin, 2001)
6.
Pathway
Tuberculosis Paru
Droplet nucler/dahak yang mengandung
basil
TBC (Mycobacterium Tuberculosis)
Batuk, bersin
|
Faktor dari luar:
-
Faktor toksik
(alkohol, rokok)
-
Sosial
ekonomi rendah
-
Terpapar
penderita TBC
-
Lingkungan
buruk
|
Faktor dari dalam:
-
Usia
muda/bayi
-
Gizi buruk
-
Lanjut usia
|
Bronchus
|
Pleura
|
Membentuk sarang TB
Premonia
Kecil/sarang primer
|
Infiltrasi
setengah bagian paru
|
Kurang pengetahuan
|
Kurang informasi
|
Resiko
tinggi
Penyebaran
kuman
|
Imunitas tubuh menurun
|
Mycobacterium
menetap/dormant
|
Dihirup
masuk paru
|
Menyebabkan
infiltrasi pleura
|
Sesak napas
|
Iritasi
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan
|
Anoreksia
|
Pembuluh
darah pecah
|
Terjadi
gesekan inspirasi dan eksperasi
|
Nyeri dada
|
Resiko kerusakan pertukaran gas
|
Distres
pernapasan
|
Peradangan
pada bronkus
|
Batuk
|
Skret kental
|
Batuk darah
|
Malaise
|
Bersihan
jalan napas tidak efektif
|
Gangguan
tumbuh kembang
|
Penurunan
status gizi
|
Sumber : (Corwin, 2001; Soeparman,
1998 & Doengoes, 2000)
|
7.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan dignostik pada
penderita tuberkulosis antara lain :
a.
Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin merupakan uji paling penting untuk
menentukan apakah anak sudah terinfeksi tuberkel basilus atau tidak. Prosedur
yang dianjurkan adalah Uji
Mantoux, yang menggunakan derifat protein murni (PPD, Purified
protein derifatif). Dosis standar adalah 5 unit tuberkulin dalam 0,1 ml
larutan, di injeksi secara intradermal. Pembacaan uji tuberkulin dilakukan
48-72 jam setelah penyuntikan dan di ukur diameter melintang dari indurasi yang
terjadi. Hasil dianggap positif bila terdapat indurasi dengan 5 mm keatas, bila
4 mm negatif, 5-9 mm masih dianggap meragukan, tetapi jika 10 mm keatas jelas
positif.
b.
Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji
tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin dilakukan
foto rontgen paru, dan untuk diagnosis tidak cukup hanya pemeriksaan radiologis
tetapi diperlukan juga data klinis.
c.
Pemeriksaan bakteriologis
Ditemukannya basil
tuberkulosis akan memastikan diagnosis tuberkulosis. Bahan-bahan yang digunakan
untuk pemeriksaan bakteriologis ialah :
· Bilasan lambung
· Sekret bronkus
· Sputum (pada anak yang besar)
· Cairan pleura
d.
Uji BCG
Di Indonesia BCG
diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin. Bila ada anak yang
mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari
7 hari setelah penyuntikan berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis. Pada
anak dengan tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan
besar oleh karena itu, reaksi BCG dapat dijadikan alat diagnostik.
Vaksin BCG diletakkan
pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C serta pelindung dari
cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal atau
intrakutan pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif
bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi terdermal. Dosis yang
digunakan sebagai berikut :
· Untuk infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan
diberikan satu dosis vaksin BCG sebanyak 0,05 mg.
· Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan
satu dosis vaksin BCG sebanyak 0,1 mg.
Tabel 1. Diagnosis
TBC pada anak dengan sistem skoring (scoring system)
Parameter
|
0
|
1
|
2
|
3
|
Kontak TB
|
Tidak jelas
|
Laporan keluarga, BTA (-) atau
tidak tahu, BTA tidak jelas
|
BTA (+)
|
|
Uji tuberkulin
|
Negatif
|
Positif (> 10 mm, atau > 5
mm pada keadaan imunosupresi)
|
||
Berat badan/keadaan gizi (menurut
KMS)
|
Bawah garis merah (KMS) atau BB/U
< 80%
|
Klinis gizi buruk (Bb/U < 60%)
|
||
Demam tanpa sebab jelas
|
≥ 2 minggu
|
|||
Batuk
|
≥ 3 minggu
|
|||
Pembesaran kelenjar limfe leher.
Axila, inguinal
|
≥ 1cm ,
jumlah ≥ 1, tidak
nyeri
|
|||
Pembengkakan tulang/sendi,
panggul, lutut, palang
|
Ada pembengkakan
|
|||
Poto rontgen thorak
|
Normal/tidak jelas
|
Kesan TB
|
||
Ket : Anak didiagnosis TB jika
jumlah scor ≥ 6, ( scor
maksimal 13)
|
8.
Komplikasi
a.
Penyakit paru primer
pogresif
Komplikasi infeksi
tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila fokus primer membesar
dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar. Pencarian dapat
menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai dengan sejumlah besar
basili. Pembesaran fokus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam bronkus yang
berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih lanjut.
b.
Efusi pleura
Efusi pleura
tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-mula keluarnya basili
kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau limfonodi.
c.
Perikarditis
Perikarditis biasanya
berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari limponodi subkranial.
d.
Meningitis
Meningitis
tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer yang tidak diobati pada
anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa dapat terjadi beberapa tahun setelah
infeksi primer, bila robekan satu atau lebih tuberkel subependimal
menegeluarkan basil tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
e.
Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan
sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis cenderung menyerang vetebra.
Manifestasi klasik spondilitis tuberculosa berkembang menjadi penyakit Pott,
dimana penghancuran corpus vertebra menyebabkan gibbus dan kifosis.
Tuberkulosis skeletona adalah komplikasi tuberkulosis lambat dan menjadi
perwujudan yang jarang sejak terapi antituberkulosis tersedia.
9.
Penatalaksanaan
a.
Farmakologi
1)
Rifampisin, dengan
dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari per oral, diminum dalam
keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan.
2)
INH (isoniazid),
bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif ekstraseluler dan
basil didalam makrofag. Dosis INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian
18-24 bulan.
3)
Pirazinamid, bekerja
bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30-35 mg/kgBB/hari per oral, 2
kali sehari selama 4-6 bulan.
4)
Etambutol, dosis 20
mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
5)
Kortikosteroid,
diberikan bersama-sama dengan obat antituberkulosis yang masih sensitif,
diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid
di berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier,
meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran bronkogen,
atelektasis, tuberkulosis berat atau keadaan umum yang buruk.
b.
Non farmakologi
1)
Melakukan postural
drainase
2)
Melakukan suction
untuk mengeluarkan dahak
3)
pemberian nutrisi
yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak terjadi
penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
4)
memantau kepatuhan
ibu dalam memberikan obat kepada anaknya
10.
Tumbuh
Kembang Anak
a. Pengertian
Tumbuh
kembang adalah proses
yang kontinyu sejak
dari konsepsi sampai maturitas/dewasa yang
dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan lingkungan. Ini
berarti bahwa tumbuh
kembang anak sudah
terjadi sejak di dalam
kandungan dan setelah kelahiran
merupakan suatu masa dimana
mulai saat itu
tumbuh kembang anak
dapat dengan mudah dipahami.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interseluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik
dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan
satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Depkes RI, 2005)
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan
perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan sistem neuromusculer, kemampuan bicara, emosi dan
sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia
yang utuh.
b. Tahap-tahap
tumbuh kembang
Walaupun
terdapat variasi yang sangat besar, akan tetapi setiap anak akan melalui
suatu "milestone" yang merupakan tahapan
dari tumbuh kembang anak
dan setiap tahapan
mempunyai ciri-ciri tersendiri.
adapun tahap-tahap tumbuh kembang anak (Cecily, 2002) :
1) Masa
pranatal
§ Masa
mudigah / embrio : Konsepsi – 8
minggu
§ Masa
janin / fetus : 9 minggu
– lahir
2)
Masa bayi
§ Masa
neonatal : 0 – 28
hari
§ Masa
neonatal dini : 0 – 7 hari
§ Masa
neonatal lanjut : 8 – 28 hari
§ Masa
pasca neonatal : 29 hari – 1
tahun
§ Masa
prasekolah : 1 – 6
tahun
3) Masa
sekolah : 6 –
10/20 tahun
§ Masa
praremaja : 6 – 10 tahun
§ Masa
remaja
- Masa
remaja dini : Wanita, usia 8-13 tahun
- Masa remaja
lanjut : Wanita,
usia 13-18 tahun
dan Pria, usia 15-20 tahun
Menurut Sigmund Freud, periodesasi
perkembangan dibagi 5 fase :
1) Fase oral
(0-1 tahun)
Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang
bersumber pada mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan
atau minum susu. Objek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat menyusu.
2) Fase anal
(1-3 tahun)
Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di anus,
terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajarkan
disiplin pada anak termasuk toilet training.
3) Fase falik
(3-5 tahun)
Anak memindahkan pust
kenikmatannya pada daerah kelamin. Anak mulai tertarik dengan perbedaan
anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki kedekatan dengan
ibunya menimbulkan gairah sexual perasaan cinta yang disebut Oedipus Complex.
Sedangkan pada anak perempuan disebut Electra Complex.
4) Fase laten
(5-12 tahun)
Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami
perkembangan pesat pada aspek motorik dan kognitif.. Anak mencari figure ideal
diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya.
5) Fase
genital (12 ke atas)
Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat
kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk
hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan
pada orang lain yang berlawan jenis.
Menurut
Erik H. Erikson perkembangan anak dibagi dalam 8 tahap :
1) Masa
oral-sensorik yaitu masa kepercayaan vs ketidakpercayaan.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira
terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini
adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan
untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan.
2) Masa anal-muskular yaitu
kebebasan vs perasaan
malu-malu atau ragu-ragu.
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot
(anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung
mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan
pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan
malu dan ragu-ragu.
3) Masa
genital-locomotor yaitu inisiatif vs rasa bersalah
Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor
(genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada
suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan
tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya
gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.
4) Masa
laten yaitu ada gairah vs rendah diri
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada
usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang
diperlukan dalam tahap ini ialah mengembangkan kemampuan bekerja keras dan
menghindari perasaan rasa rendah diri.
5) Masa
remaja yaitu identitas vs kekaburan peran
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang
dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. melalui
tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya
identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang
terjun ke tengah masyarakat.
6) Masa
dewasa yaitu kemesraan vs keterasingan
yaitu pada masa dewasa
awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Adalah ingin mencapai kedekatan dengan
orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri.
7) Masa
dewasa muda yaitu generativitas vs kehampaan
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke
tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun.
salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan
antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa
(stagnasi).
8) Masa
kematangan yaitu integritas ego vs kesedihan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap
usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke
atas. Yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya
menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Tabel
1. Ringkasan Kemajuan Perkembangan Anak
dari Lahir Sampai 5
Tahun (Sacharin, 1996)
Umur
|
Motorik/Sensorik
|
Sosial
|
Bahasa
|
Manipulatif
|
Sampai 1 bulan
|
·
Reflek-reflek primitif
·
Dapat enghisap
·
Menggenggam,
· Memberikan
respon terhadap suara-suara mengejutkan
|
|||
1-3 bulan
|
· Menegakkan kepala sebentar,
·
Mengadakan gerakan-gerakan
merangkak
jika tengkurap
|
·
Memberikan respon
senyum
|
||
3-4 bulan
|
·
Mengangkat kepala
dari posisi tengkurap dalam waktu
yang singkat.
·
Memalingkan kepala ke
arah suara.
|
· Tersenyum.
|
·
Bersuara jika diajak
bicara.
|
·
Mulai mengamati
tangan sendiri
·
Mampu untuk
memegang
kerincingan.
|
Umur
|
Motorik/Sensorik
|
Sosial
|
Bahasa
|
Manipulatif
|
5-9 bulan
|
·
Berguling dari sisi
ke sisi ketika terlentang.
·
Memalingkan kepala
pada orang yang berbicara.
|
·
Memperlihatkan
kegembiraan dengan
berlagak dan tersipu-
sipu.
|
·
Bervokalisasi suara-suara bergumam, suaraseperti
"da", "ma".
|
·
Mulai memindahkan
benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
·
Mampu memanipulasi benda-benda.
|
9-10 bulan
|
·
Duduk dari posisi berbaring
·
Berpindah
·
Merangkak.
|
·
Mengenal dan
menolak orang asing
·
Meniru
·
Berteriak untuk menarik perhatian.
|
·
Ngoceh dan bervokalisasi
·
Mengatakan kata-kata seperti da-da, mam-
mam.
|
·
Memungut benda
diantara jari-jari dan ibu jari.
|
1 tahun
|
·
Merangkak dengan
baik
·
menarik badan sendiri
untuk berdiri
·
Dapat berjalan dengan dibimbing.
|
·
Menurut perintah
sederhana
·
meniru orang dewasa.
·
Memperlihatkan
berbagai emosi.
|
·
Mengucapkan kata-kata
tunggal
|
·
Memegang gelas untuk
minum.
|
1 ½
tahun
|
·
Berjalan tanpa
ditopang
·
Menaiki tangga atau peralatan rumah tangga
(kursi)
|
·
Ingin bermain dekat
anak-anak lain.
·
Meminta minum.
·
Mengenal gambar-
gambar binatang.
·
Mengenal beberapa
bagian tubuhnya.
|
·
Telah menggunakan
20 kata-kata yang dapat dimengerti.
|
·
Mencoret-coret,
·
Membalik-balik halaman,
·
Bermain dengan balok-balok bangunan ecara
konstruktif.
|
2 tahun
|
·
Mampu berlari
·
Memanjat
·
Menaiki tangga
·
Membuka pintu.
|
·
Mulai bernain dengan anak-anak lain
|
·
Mulai menggunakan dua atau tiga kata secara
bersamaan
|
·
Berpakaian sendiri,
tidak mampu untuk mengikat atau memasang kancing.
|
3 tahun
|
·
Berlari bebas
·
Melompat
·
Mengendari sepeda roda tiga.
|
·
Mengetahui nama dan
jenis kelaminnya sendiri
dapat diberi pengertian
·
Bermain secara konstruktif dan imitatif.
|
·
Berbicara dengan
kalimat-kalimat pendek.
|
·
Menggambar lingkaran
·
Menggambar gambar-gambar
yang dapat dikenal.
|
Umur
|
Motorik/Sensorik
|
Sosial
|
Bahasa
|
Manipulatif
|
4-5 tahun
|
·
Mengetahui banyak
huruf-huruf dari alphabet
·
Mengetahui lagu kanak-kanak
·
Dapat menghitung sampai 10.
|
·
Bernyanyi
·
Berdendang
|
c. Faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembang
1) Keturunan
Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara
kuat mmpengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk
mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hubungan yang besar antara orangtua
dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat badan, dan laju
pertumbuhan..
2) Neuroendokrin
Beberapa hubungan fungsional diyakini ada diantara
hipotalamus dan system endokrin yang memengaruhi pertumbuhan.Kemungkinan semua
hormone memengaruhi pertumbuhan dan beberapa cara. Tiga hormon-hormon
pertumbuhan, hormone tiroid, dan endrogen. Tampak bahwa setiap hormone yang
mempunyai pengaruh bermakna pada pertumbuhan memanifestasikan efek utamanya pa
periode pertumbuhan yang berbeda.
3) Nutrisi
Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh
paling pentng pada pertumbuhan. Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua
tahap perkembangan, dan efeknya ditujukan pada cara beragam dan rumit.
4) Hubungan
Interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran
penting dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual, dan
kepribadian. luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan perkembangan
kepribadian yang sehat.
5) Tingkat
Sosioekonomi
Riset menunjukkan bahwa tingkat sosioekonomi
keluarga anak mempunyai dapak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
6) Penyakit
Banyak penyakit kronik dan Gangguan apapun yang
dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh
akan member efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
7) Bahaya
lingkungan
Bahaya dilikungan adalah sumber kekhawatiran pemberi
asuhan kesehatan dan orang lain yang memerhatikan kesehatan dan keamanan.
Bahaya dari residu kimia ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek
enzimatik, dan akumulasi. (Baum dan Shannon, 1995)
8) Stress
pada masa kanak-kanak
Stress adalah ketidakseimbagan antara tuntutan
lingkungan dan sumber koping individu yang menggangggu ekuiibrium individu
tersebut. ( mastern dkk, 1998)
Usia anak, temperamen situasi hidup, dan status
kesehatan mempengaruhi kerentanan, reaksi dan kemampuan mereka untuk mengatasi
stress. Koping adalah tahapan khusus dari reaksi individu terhadap stressor.
Strategi koping adalah cara khusus anak mengatasi stersor ang dibedakan dari
gaya koping yang relative tidak mengubah karakteristik kepribdian atau hasil
koping. ( Ryan-wengger, 1992)
9) Pengaruh
media masa
Terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai berbagai
pengaruh media pada perkembangan anak. (Rowitz, 1996)
11.
Dampak
Hospitalisasi
1) Pengertian
Menurut Wong (2000), hospitalisasi
adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat
mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak adalah cemas,
marah, sedih, takut dan rasa bersalah.
Penyebab timbul reaksi
hospitalisasi pada anak (Wong, 2000) :
§ Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah
dialaminya
§ Rasa tidak aman dan nyaman
§ Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan
sesuatu yang dirasakan menyakitkan
2)
Reaksi anak terhadap
hospitalisasi
a.
Masa bayi ( 0 -
1 tahun )
§ Perpisahan dengan orang tua : gangguan pembentukan
rasa percaya dan kasih sayang.
§ Terjadi
stranger anxiety ( usia 6 bulan ) : cemas apabila berhadapan dengan orang asing
dan perpisahan.
§ Reaksinya :
menangis, marah, banyak melakukan gerakan.
b.
Masa toddler ( 2
– 3 tahun )
§ Sumber stress yang utama : cemas akibat perpisahan
§ Respon : tahap protes, putus asa dan pengingkaran
§ Tahap protes : menangis kuat, menjerit memanggil orang
tua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain
§ Tahap putus asa : menangis berkurang,anak tidak aktif,
kurang menunjukkan minat bermain dan makan, sedih dan apatis
§ Tahap pengingkaran : mulai menerima perpisahan,membina
hubungan secara dangkal, anak mulai terlihat menyukai lingkungannya
c.
Masa prasekolah
§ Perawatan di RS : anak untuk berpisah dari lingkungan
yang dirasakannya aman, penuh kasing sayang dan menyenagkan.
§ Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan, sering
bertanya, menagis secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas
kesehatan
d.
Masa sekolah
§ Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang
dicintainya
Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas
Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas
§ Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga, kehilangan
kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan
sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan fisik
§ Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri : ekspresi
baik secara verbal maupun nonverbal : anak sudah mampu mengkomunikasikannya, sudah
mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri : menggigit bibir/menggigit dan
memegang sesuatu dengan erat.
e.
Masa remaja
§ Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman
sebayanya
§ Pembatasan aktivitas di RS : anak kehilangan kontrol
terhadap dirinya dan menjadi tergantung pada keluarga atau pertugas kesehatan.
§ Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau
tindakan yang dilakukan, anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan
atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien dan petugas kesehatan.
§ Perasaan sakit : respon anak bertanya-tanya, menarik
diri dari lingkungannya / menolak kehadiran orang lain.
3)
Reaksi orang tua
terhadap hospitalisasi anak
a.
Perasaan cemas
dan takut
§ Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur
menyakitkan
§ Cemas paling tinggi : menunggu informasi tentang
diagnosa penyakit anaknya.
§ Takut muncul : takut kehilangan anak pada kondisi
sakit terminal
§ Perilaku : sering bertanya/bertanya tentang hal yang
sama secara berulang-ulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah
tegang dan marah.
b.
Perasaan sedih
§ Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal
§ Perilaku : isolasi, tidak mau didekati orang lain,
tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
c.
Perasaan
frustasi
§ Putus asa dan frustasi : anak yang telah dirawat cukup
lama dan tidak mengalami perubahan, tidak adekuatnya dukungan psikologis.
§ Perilaku : tidak kooperatif, putus asa, menolak
tindakan, menginginkan pulang paksa.
B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan
Oksigenasi
Reaksi
inflamasi/peradangan alveoli mengakibatkan produksi mukus meningkat, upaya
batuk (-), terjadi penumpukan secret pada alveoli, mengakibatkan bersihan jalan
napas tidak efektif. Jika infiltrasi meluas mengakibatkan terjadinya gangguan
pertukaran gas.
2. Kebutuhan
Nutrisi
Respon
gastrointestinal terhadap reaksi inflamasi terjadi mual dan anoreksia,
menyebabkan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan.
3. Kebutuhan
Aktifitas
Kelemahan fisik
mengakibatkan terjadinya keterbatasan dalam beraktifitas.
4. Kebutuhan
Rasa Aman
Kurangnya
informasi mengakibatkan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengelolaan
penyakit TBC.
5. Pertumbuhan
dan Perkembangan
Adanya mual dan
anoreksia menyebabkan terjadinya penurunan status gizi, dan penurunan imunitas yang
mengakibatkan klien menjadi rentan terhadap infeksi, sehingga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir,
usia, agama, jenis kelamin, juga identitas orangtuanya yang meliputi : nama
orangtua, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Riwayat
Kesehatan
1. Keluhan
utama
a.
Saat masuk Rumah
Sakit
Keluhan utama penyebab klien
sampai dibawa ke rumah sakit.
b.
Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat
dilakukan pengkajian meliputi PQRST (palliative, quantitatif, region, scale,
timing)
c.
Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien
selain keluhan utama. Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul
pada tempat-tempat kelenjar seperti :
leher, inguinal, axilla dan sub mandibula
2. Riwayat
Kehamilan
a.
Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi
, terserang penyakit infeksi selama hamil.
b.
Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di
jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi menderita caput sesadonium, bayi
menderita cepal hematom.
c.
Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi
menderita penyakit infeksi, asfiksia, icterus.
3.
Riwayat
Masa Lalu
a.Penyakit
waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien
pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat
kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak
sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah
berobat tapi tidak teratur?)
b. Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil
sampai membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah
atau seperti apa.
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk
diketahui, agar kerja obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui.
Pemberian antibiotik dalam jangka panjang perlu diidentifikasi.
d. Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi,
pada bagian apa, atas indikasi apa.
e. Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan,
udara atau makanan.
f. Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat sebelumnya,
apabila mengalami kecelakaan apakah langsung di beri tindakan, atau di bawa
berobat ke dokter atau hanya di diamkan saja.
g. Imunisasi
· Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan
dengan cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri
yang akan membuat zat antibody yang akan bertahan bertahun-tahun lamanya.
Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif
· Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri
zat anti akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan
bahan atau serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut
mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan
c. Pemeriksaan
fisik
1.
Keadaan umum : pada
umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering ditemukan sudah dalam
keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak bergairah
2.
Tanda-tanda vital :
sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat lama atau naik turun,
nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau panas biasanya tekanan nadi anak
menjadi tachicardi.
3.
Antropometri
Mengukur
lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat badan.
4.
Pemeriksaan fisik
a.
Kepala : kaji bentuk
kepala, kebersihan rambut
b.
Mata : kaji bentuk
mata, konjungtiva, sklera, pupil
d.
Hidung : terdapat
cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret atau tidak, simetris tidak.
e.
Mulut : kaji
kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
f.
Telinga : kaji
kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairan atau tidak, uji
pendengaran anak
g.
Leher :
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub
mandibula.
h.
Dada : Batuk: terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi
radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
· Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana
infiltrasi radang sampai setengah paru.
· Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura.
· Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
· Pada tahap dini sulit diketahui.
· Ronchi basah, kasar dan nyaring.
· Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup
dan pada auskultasi memberi suara limforik.
· Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut
dan fibrosis.
· Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
i.
Perut : kaji bentuk
perut, bising usus
j.
Ekstermitas : kaji
kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada kelemahan
k.
Kulit : Pembesaran
kelenjar biasanya multipel.
· Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),
axilla,
· inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
l.
Genetalia : kaji
apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk, skrotum sudah turun atau
belum, apakah lubang ureter ditengah.
5.
Pemeriksaan tingkat
perkembangan anak usia 18-24 bulan
· Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan
rumah tangga (seperti kursi)
· Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum,
mengenal gambar-gambar binatang, mengenal beberapa bagian tubuhnya.
· Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
· Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan
balok-balok bangunan secara konstruktif.
2.
Diagnosa keperawatan
yang sering muncul
1)
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan secret kental, upaya batuk buruk.
2)
Hiperthermia berhubungan dengan proses
peradangan.
3)
Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
4)
Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri
sendiri maupun orang lain berhubungan dengan virulensi kuman, pertahanan primer
tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
5)
Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi,
aturan tindakan dan pencegahan penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap
informasi yang ada.
6)
Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak
3.
Intervensi keperawatan
Diagnosis Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret kental, upaya batuk
buruk.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama .......x24 jam, bersihan jalan napas efektif dengan kriteria :
· Sekret berkurang sampai dengan hilang
·
Pernafasan
dalam batas normal :
-
0-2 bulan : 50 s/d < 60
x/menit
-
2 bln-12 bln : 40 s/d < 50
x/menit
-
12 bln-60bln : 30 s/d < 40
x/menit
|
1.
Kaji
fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, kedalaman dan penggunaan otot
aksesori.
2.
Catat
kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter,
jumlah sputum, adanya hemoptisis.
3.
Berikan
pasien posisi semi atau fowler,
4.
Bersihkan
sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.
5.
Berikan
obat : agen
mukolitik, bronkodilator sesuai indikasi
|
1.
Untuk
mengetahui tingkat sakit dan tindakan apa yang harus dilakukan
2.
Untuk
mengetahui perkembangan kesehatan pasien
3.
Semi fowler
memudahkan pasien untuk bernafas
4.
Untuk
mencegah penyebaran infeksi
5.
Untuk membantu mengencerkan
secret sehingga mudah untuk dikeluarkan.
|
Hiperthermia
berhubungan dengan proses peradangan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ......x24 jam, suhu tubuh kembali normal, dengan kriteria hasil :
·
Suhu tubuh 36-37,5 o C
|
1.
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
2.
Berikan kompres hangat
3.
Kolaborasi pemberian antipirektik
|
1.
Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)
2.
merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3.
Kolaborasi pemberian antipirektik
|
Diagnosis Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Perubahan
nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
|
setelah dilakukan tindakan
perawatan selama ........x 24 jam, kebutuhan nutrisi terpenuhi,
dengan kriteria hasil :
·
Nafsu makan meningkat
·
BB meningkat atau normal sesuai umur
|
1.
Ukur dan
catat berat
badan pasein
2.
Sajikan
makanan dalam porsi kecil tapi sering
3.
Sajikan
makanan yang dapat menimbulkan selera makan
4.
Berikan
makanan tinggi TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
5.
Jelaskan
kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis
sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.
6.
Laksanakan
pemberian roboransia sesuai
program terapi.
|
1.
BB
menggambarkan status gizi pasien
2.
Sebagai
masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
3.
Sebagai
alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
4.
Protein
mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah
5.
Meningkatkan
pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan
klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi diet yang telah diberikan selama
hospitalisasi.
6.
Roborans,
meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai
keadaan malnutrisi.
|
Resiko
tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain berhubungan
dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pathogen.
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan
selama .........x24 jam, penyebaran infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil :
·
Klien/keluarga dapat mengidentifikasi tindakan untuk
mencegah/menurunkan resiko infeksi.
·
Klien/keluarga
menunjukkan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
|
1.
Kaji
patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet
2.
Identifikasi
orag lain yang beresiko (anggota keluarga/teman)
3.
Anjurkan
klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari meludah
4.
Lakukan
tindakan isolasi sebagai pencegahan
5.
Pertahankan
teknik aseptic saat melakukan tindakan perawatan
6.
Beritahu
klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang tuntas
7.
Kolaborasi
pemberian obat anti tuberculosis
|
1.
Membantu
klien/keluarga agar mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang diberikan untuk
mencegah komplikasi.
2.
Pengetahuan
dan terapi dapat meminimalkan kerentanan terjadinya penyebaran
3.
Kebiasaan
ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
4.
Mencegah infeksi yang bersumber dari susceptible
host
5.
Mencegah terjadinya cross infection
6.
Pengobatan tuntas sangat penting untuk mencegah
resistensi kuman terhadap abat
7.
Untuk membunuh kuman TBC
|
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan
dan pencegahan penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap informasi
yang ada.
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan
selama .........x24 jam, pengetahuan klien/keluarga meningkat, dengan kriteria hasil :
·
Klien/keluarga
memahami proses penyakit dan kebutuhan
pengobatan
·
Klien/keluarga
melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki
kesehatan
|
1.
Kaji
tingkat pengetahuan keluarga
2.
Berikan
pendidikan kesehatan berkaitan dengan penyakit pasien
3.
Jelaskan
setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan
|
1.
Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan keluarga pasien sampai mana
2.
Agar
keluarga pasien mengetahui dan tidak cemas
3.
Untuk
mengurangi kecemasan keluarga pasien
|
Diagnosis Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan
selama .........x24 jam, terjadi pengurangan ansietas keluarga, dengan kriteria hasil :
·
Kecemasan keluarga berkurang
·
Secara verbal keluarga mengatakan cemas berkurang
|
1.
Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dan
dukungan
2.
Gali perasaan dan masalah seputar hospitalisasi dan penyakit anak
3.
Berikan informasi seputar kesehatan anak
4.
Berikan dukungan sesuai kebutuhan
5.
Anjurkan perawatan yang berpusat pada keluarga dan anjurkan anggota
keluarga agar terlibat dalam perawatan.
|
1.
Dapat menurunkan stress
2.
Memudahkan dalam pemilihan intervensi
3.
Untuk menurunkan ansietas yang dialami keluarga
4.
Meningkatkan kemampuan koping
5.
Meningkatkan pemahaman keluarga
|
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa
: Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001.
Doengoes,
M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing
care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih
bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 1999.
Reeves,
C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical-surgical
nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001.
Smeltzer,
S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of
medical-surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta:
EGC; 2000.
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar