Dafter isi

t;

Senin, 13 Juni 2016

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK



LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK

A.  KONSEP DASAR PENYAKIT
1.        Pengertian
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 1999)
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Corwin, 2001)
Tuberculosis paru adalah : penyakit infeksius terutama menyerang parenchim paru dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lain, termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. ( Brunner & Suddart, 2002 )
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya.

2.        Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru
a.    Anatomi Paru-paru
Paru-paru terletak sedemikian rupa sehingga setiap paru-paru berada di samping mediastinum. Oleh karenanya, masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur lain dalam mediastinum. Masing-masing paru-paru berbentuk konus dan diliputi oleh pleura viseralis. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri, dan hanya dilekatkan ke mediastinum oleh radiks pulmonalis. Masing-masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul, menjorok ke atas dan masuk ke leher sekitar 2,5 cm di atas klavikula. Di pertengahan permukaan medial, terdapat hilus pulmonalis, suatu lekukan tempat masuknya bronkus, pembuluh darah dan saraf ke paru-paru untuk membentuk radiks pulmonalis.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan dibagi oleh fisura oblikua dan fisura horisontalis menjadi 3 lobus, yaitu lobus superior, medius dan inferior. Sedangkan paru-paru kiri dibagi oleh fisura oblikua menjadi 2 lobus, yaitu lobus superior dan inferior.
Setiap bronkus lobaris, yang berjalan ke lobus paru-paru, mempercabangkan bronkus segmentalis. Setiap bronkus segmentalis yang masuk ke lobus paru-paru secara struktural dan fungsional adalah independen, dan dinamakan segmen bronkopulmonalis. Segmen ini berbentuk piramid, mempunyai apeks yang mengarah ke radiks pulmonalis dan basisnya mengarah ke permukaan paru-paru. Tiap segmen dikelilingi oleh jaringan ikat, dan selain bronkus juga diisi oleh arteri, vena, pembuluh limfe dan saraf otonom.
Asinus adalah unit respiratori fungsional dasar, meliputi semua struktur dari bronkhiolus respiratorius sampai ke alveolus. Dalam paru-paru manusia, terdapat kira-kira 130.000 asini, yang masing-masing terdiri dari tiga bronkhiolus respiratorius, tiga duktus alveolaris dan 17 sakus alveolaris.
Alveolus adalah kantong udara terminal yang berhubungan erat dengan jejaring kaya pembuluh darah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan mencegah kolapnya alveolus.
Sirkulasi pulmonal memiliki aliran yang tinggi dengan tekanan yang rendah (kira-kira 50 mmHg). Paru-paru dapat menampung sampai 20% volume darah total tubuh, walaupun hanya 10% dari volume tersebut yang tertampung dalam kapiler. Sebagai respon terhadap aktivitas, terjadi peningkatan sirkulasi pulmonal. Yang paling penting dari sistem ventilasi paru-paru adalah upaya terus menerus untuk memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru-paru. Antara alveoli dan pembuluh kapiler paru-paru terjadi difusi gas yang terjadi berdasarkan prinsip perbedaan tekanan parsial gas yang bersangkutan.
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah pertukaran gas, tetapi tetap berada dalam saluran napas di mana pada tempat ini tidak terjadi pertukaran gas, seperti pada hidung, faring dan trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi, sebab tidak berguna dalam proses pertukaran gas. Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udara ruang rugi, sebelum udara di alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi merupakan kerugian dari gas ekspirasi paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi menjadi ruang rugi anatomik dan ruang rugi fisiologik. Ruang rugi anatomik meliputi volume seluruh ruang sistem pernapasan selain alveoli dan daerah pertukaran gas lain yang berkaitan erat. Kadang-kadang sebagian alveoli sendiri tidak berungsi atau hanya sebagian berfungsi karena tidak adanya atau buruknya aliran darah yang melewati kapiler paru-paru yang berdekatan. Oleh karena itu, dari segi fungsional, alveoli ini harus juga dianggap sebagai ruang rugi dan disebut sebagai ruang rugi fisiologis.

Gambar 1. Anatomi Paru-paru



b.    Fisiologi Paru-paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa ke dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan eksterna :
1.        Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2.        Arus darah melalui paru-paru
3.        Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh
4.        Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan, dengan penambahan ventilasi maka terjadi pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2.

3.        Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat lain kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Soeparman, 1999)
Mereka yang paling beresiko tertular basil adalah mereka yang tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya individu yang sistem imunnya tidak adekuat. (Corwin, 2001)

4.        Tanda dan Gejala
Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (1999) adalah :
a.    Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41oC,
b.    Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah muncul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
c.    Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d.   Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e.    Malaise
Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat malam.
Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu :
a.    Tahap asimtomatis
b.    Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
c.    Eksaserbasi yang memburuk.
d.   Gejala berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
a.    Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah, dan lain-lain).
b.    Tanda-tanda penarikan paru diafragma, dan mediastrium.
c.    Sekret di saluran nafas dan ronchi.
d.    Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus.


5.        Fatofisiologi
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati saluran napas bawah, maka pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan yang kuat. Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberculosis aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih untuk mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respons selular melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel akhirnya mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di salurang hidung dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan jaringan parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. (Corwin, 2001)

6.    Pathway Tuberculosis Paru

Droplet nucler/dahak yang mengandung
basil TBC (Mycobacterium Tuberculosis)
Batuk, bersin
Faktor dari luar:
-          Faktor toksik (alkohol, rokok)
-          Sosial ekonomi rendah
-          Terpapar penderita TBC
-          Lingkungan buruk
Faktor dari dalam:
-          Usia muda/bayi
-          Gizi buruk
-          Lanjut usia
 


Bronchus
Pleura
Membentuk sarang TB
Premonia Kecil/sarang primer
Infiltrasi setengah bagian paru
Kurang pengetahuan
Kurang informasi
Resiko tinggi
Penyebaran kuman
Imunitas tubuh menurun
Mycobacterium menetap/dormant
Dihirup masuk paru

Menyebabkan infiltrasi pleura
Sesak napas
Iritasi
 


Nutrisi kurang dari kebutuhan
Anoreksia
Pembuluh darah pecah
Terjadi gesekan inspirasi dan eksperasi
Nyeri dada
Resiko kerusakan pertukaran gas
Distres pernapasan
Peradangan pada bronkus
Batuk
Skret kental
Batuk darah
Malaise
Bersihan jalan napas tidak efektif
Gangguan tumbuh kembang
Penurunan status gizi
Sumber : (Corwin, 2001; Soeparman, 1998 & Doengoes, 2000)

 



7.        Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dignostik pada penderita tuberkulosis antara lain :
a.    Uji Tuberkulin 
Uji tuberkulin merupakan uji paling penting untuk menentukan apakah anak sudah terinfeksi tuberkel basilus atau tidak. Prosedur yang dianjurkan adalah Uji Mantoux, yang menggunakan derifat protein murni (PPD, Purified protein derifatif). Dosis standar adalah 5 unit tuberkulin dalam 0,1 ml larutan, di injeksi secara intradermal. Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan di ukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Hasil dianggap positif bila terdapat indurasi dengan 5 mm keatas, bila 4 mm negatif, 5-9 mm masih dianggap meragukan, tetapi jika 10 mm keatas jelas positif.
b.    Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin dilakukan foto rontgen paru, dan untuk diagnosis tidak cukup hanya pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan juga data klinis.
c.    Pemeriksaan bakteriologis
Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan diagnosis tuberkulosis. Bahan-bahan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis ialah :
·      Bilasan lambung
·      Sekret bronkus
·      Sputum (pada anak yang besar)
·      Cairan pleura
d.   Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin. Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis. Pada anak dengan tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar oleh karena itu, reaksi BCG dapat dijadikan alat diagnostik.
Vaksin BCG diletakkan pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C serta pelindung dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal atau intrakutan pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi terdermal. Dosis yang digunakan sebagai berikut :
·      Untuk infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan satu dosis vaksin BCG sebanyak 0,05 mg.
·      Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan satu dosis vaksin BCG sebanyak 0,1 mg.

Tabel 1. Diagnosis TBC pada anak dengan sistem skoring (scoring system)
Parameter
0
1
2
3
Kontak TB
Tidak jelas

Laporan keluarga, BTA (-) atau tidak tahu, BTA tidak jelas
BTA (+)
Uji tuberkulin
Negatif


Positif (> 10 mm, atau > 5 mm pada keadaan imunosupresi)
Berat badan/keadaan gizi (menurut KMS)

Bawah garis merah (KMS) atau BB/U < 80%
Klinis gizi buruk (Bb/U < 60%)

Demam tanpa sebab jelas

2 minggu


Batuk

3 minggu


Pembesaran kelenjar limfe leher. Axila, inguinal

1cm , jumlah 1, tidak nyeri


Pembengkakan tulang/sendi, panggul, lutut, palang

Ada pembengkakan


Poto rontgen thorak
Normal/tidak jelas
Kesan TB


Ket : Anak didiagnosis TB jika jumlah scor 6, ( scor maksimal 13)


8.        Komplikasi
a.    Penyakit paru primer pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila fokus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar. Pencarian dapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai dengan sejumlah besar basili. Pembesaran fokus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih lanjut.
b.    Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-mula keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau limfonodi.
c.    Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari limponodi subkranial.
d.   Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer yang tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa dapat terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu atau lebih tuberkel subependimal menegeluarkan basil tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
e.    Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis tuberculosa berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran corpus vertebra menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis skeletona adalah komplikasi tuberkulosis lambat dan menjadi perwujudan yang jarang sejak terapi antituberkulosis tersedia.

9.        Penatalaksanaan
a.    Farmakologi
1)        Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan.
2)        INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24 bulan.
3)        Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30-35 mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
4)        Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
5)        Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat antituberkulosis yang masih sensitif, diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau keadaan umum yang buruk.
b.    Non farmakologi
1)         Melakukan postural drainase
2)         Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
3)         pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
4)         memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya

10.    Tumbuh Kembang Anak
a.    Pengertian
Tumbuh  kembang  adalah  proses  yang  kontinyu  sejak  dari  konsepsi sampai  maturitas/dewasa  yang  dipengaruhi  oleh  faktor  bawaan  dan lingkungan.  Ini  berarti  bahwa  tumbuh  kembang  anak  sudah  terjadi sejak  di  dalam  kandungan  dan  setelah  kelahiran  merupakan  suatu masa  dimana  mulai  saat  itu  tumbuh  kembang  anak  dapat  dengan mudah dipahami.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Depkes RI, 2005)
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromusculer, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
b.    Tahap-tahap tumbuh kembang
Walaupun terdapat variasi yang sangat besar, akan tetapi setiap anak akan  melalui  suatu  "milestone"  yang  merupakan  tahapan  dari  tumbuh kembang  anak  dan  setiap  tahapan  mempunyai  ciri-ciri  tersendiri.  adapun tahap-tahap tumbuh kembang anak (Cecily, 2002) :

1)   Masa pranatal
§  Masa mudigah / embrio         : Konsepsi – 8 minggu
§  Masa janin / fetus                  : 9 minggu – lahir   
2)   Masa bayi
§  Masa neonatal                       : 0 – 28 hari
§  Masa neonatal dini                : 0 – 7 hari
§  Masa neonatal lanjut             : 8 – 28 hari
§  Masa pasca neonatal             : 29 hari – 1 tahun
§  Masa prasekolah                    : 1 – 6 tahun
3)   Masa sekolah                             : 6 – 10/20 tahun
§  Masa praremaja                     : 6 – 10 tahun
§  Masa remaja
-     Masa remaja dini : Wanita, usia 8-13 tahun
-     Masa  remaja  lanjut  :  Wanita,  usia  13-18  tahun  dan  Pria,  usia 15-20 tahun
Menurut Sigmund Freud, periodesasi perkembangan dibagi 5 fase :
1)   Fase  oral  (0-1  tahun)
Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan atau minum susu. Objek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat menyusu.  
2)   Fase  anal  (1-3  tahun)
Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajarkan disiplin pada anak termasuk toilet training.
3)   Fase  falik  (3-5  tahun)
Anak memindahkan pust kenikmatannya pada daerah kelamin. Anak mulai tertarik dengan perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki kedekatan dengan ibunya menimbulkan gairah sexual perasaan cinta yang disebut Oedipus Complex. Sedangkan pada anak perempuan disebut Electra Complex.
4)   Fase  laten  (5-12  tahun)
Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan pesat pada aspek motorik dan kognitif.. Anak mencari figure ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya.
5)   Fase genital (12 ke atas)
Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis.
 Menurut Erik H. Erikson perkembangan anak dibagi dalam 8 tahap :
1)   Masa oral-sensorik yaitu masa kepercayaan vs ketidakpercayaan.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan.
2)   Masa   anal-muskular   yaitu   kebebasan   vs   perasaan   malu-malu   atau ragu-ragu.
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
3)   Masa genital-locomotor yaitu inisiatif vs rasa bersalah
Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.
4)   Masa laten yaitu ada gairah vs rendah diri
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
5)   Masa remaja yaitu identitas vs kekaburan peran
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.
6)   Masa dewasa yaitu kemesraan vs keterasingan
yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri.
7)   Masa dewasa muda yaitu generativitas vs kehampaan
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
8)   Masa kematangan yaitu integritas ego vs kesedihan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.

Tabel 1. Ringkasan Kemajuan  Perkembangan  Anak  dari  Lahir Sampai 5
                 Tahun (Sacharin, 1996)

Umur
Motorik/Sensorik
Sosial
Bahasa
Manipulatif
Sampai 1 bulan
·     Reflek-reflek primitif
·     Dapat enghisap
·     Menggenggam,
·     Memberikan respon terhadap suara-suara mengejutkan



1-3 bulan
·      Menegakkan kepala  sebentar,
·      Mengadakan gerakan-gerakan
merangkak jika tengkurap
·      Memberikan respon senyum



3-4 bulan
·      Mengangkat kepala dari posisi tengkurap dalam waktu yang singkat.
·      Memalingkan kepala ke arah suara.

·    Tersenyum.

·      Bersuara jika diajak bicara.

·       Mulai mengamati
tangan sendiri
·       Mampu untuk
memegang
kerincingan.

Umur
Motorik/Sensorik
Sosial
Bahasa
Manipulatif
5-9 bulan
·        Berguling dari sisi ke sisi ketika terlentang.
·        Memalingkan kepala pada  orang yang berbicara.

·    Memperlihatkan
kegembiraan dengan berlagak dan tersipu-
sipu.

·     Bervokalisasi  suara-suara bergumam, suaraseperti "da", "ma".

·       Mulai memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
·       Mampu memanipulasi benda-benda.

9-10 bulan
·       Duduk dari posisi berbaring
·       Berpindah
·       Merangkak.

·    Mengenal dan
menolak orang asing
·    Meniru
·    Berteriak untuk menarik perhatian.

·      Ngoceh dan bervokalisasi
·      Mengatakan kata-kata seperti da-da, mam- mam.

·        Memungut benda diantara jari-jari dan ibu jari.

1 tahun
·       Merangkak dengan baik
·       menarik badan sendiri untuk berdiri
·       Dapat berjalan dengan dibimbing.

·      Menurut perintah sederhana
·      meniru orang dewasa.
·      Memperlihatkan berbagai emosi.
·       Mengucapkan kata-kata tunggal

·        Memegang gelas untuk minum.

1 ½
tahun

·         Berjalan tanpa ditopang
·         Menaiki tangga atau peralatan rumah tangga (kursi)

·     Ingin bermain dekat anak-anak lain.
·     Meminta minum.
·     Mengenal gambar- gambar binatang.
·     Mengenal beberapa bagian tubuhnya.

·      Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.

·         Mencoret-coret,
·         Membalik-balik halaman,
·         Bermain dengan balok-balok bangunan ecara konstruktif.

2 tahun
·         Mampu berlari
·         Memanjat
·         Menaiki tangga
·         Membuka pintu.

·      Mulai bernain dengan anak-anak lain
·       Mulai menggunakan dua atau tiga kata secara bersamaan
·         Berpakaian sendiri, tidak mampu untuk mengikat atau memasang kancing.

3 tahun
·         Berlari bebas
·         Melompat
·         Mengendari sepeda roda tiga.

·      Mengetahui nama dan jenis kelaminnya sendiri  dapat diberi pengertian
·      Bermain secara konstruktif dan imitatif.
·      Berbicara dengan kalimat-kalimat pendek.

·         Menggambar lingkaran
·         Menggambar gambar-gambar yang dapat dikenal.

Umur
Motorik/Sensorik
Sosial
Bahasa
Manipulatif
4-5 tahun

·      Mengetahui banyak huruf-huruf dari alphabet
·      Mengetahui lagu kanak-kanak  
·      Dapat menghitung sampai 10.

·        Bernyanyi
·        Berdendang


c.    Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
1)   Keturunan
Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat mmpengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hubungan yang besar antara orangtua dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat badan, dan laju pertumbuhan..
2)   Neuroendokrin
Beberapa hubungan fungsional diyakini ada diantara hipotalamus dan system endokrin yang memengaruhi pertumbuhan.Kemungkinan semua hormone memengaruhi pertumbuhan dan beberapa cara. Tiga hormon-hormon pertumbuhan, hormone tiroid, dan endrogen. Tampak bahwa setiap hormone yang mempunyai pengaruh bermakna pada pertumbuhan memanifestasikan efek utamanya pa periode pertumbuhan yang berbeda.
3)   Nutrisi
Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling pentng pada pertumbuhan. Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan, dan efeknya ditujukan pada cara beragam dan rumit.
4)   Hubungan Interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual, dan kepribadian. luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang sehat.
5)   Tingkat Sosioekonomi
Riset menunjukkan bahwa tingkat sosioekonomi keluarga anak mempunyai dapak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
6)   Penyakit
Banyak penyakit kronik dan Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan member efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
7)   Bahaya lingkungan
Bahaya dilikungan adalah sumber kekhawatiran pemberi asuhan kesehatan dan orang lain yang memerhatikan kesehatan dan keamanan. Bahaya dari residu kimia ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek enzimatik, dan akumulasi. (Baum dan Shannon, 1995)
8)   Stress pada masa kanak-kanak
Stress adalah ketidakseimbagan antara tuntutan lingkungan dan sumber koping individu yang menggangggu ekuiibrium individu tersebut. ( mastern dkk, 1998)
Usia anak, temperamen situasi hidup, dan status kesehatan mempengaruhi kerentanan, reaksi dan kemampuan mereka untuk mengatasi stress. Koping adalah tahapan khusus dari reaksi individu terhadap stressor. Strategi koping adalah cara khusus anak mengatasi stersor ang dibedakan dari gaya koping yang relative tidak mengubah karakteristik kepribdian atau hasil koping. ( Ryan-wengger, 1992)
9)   Pengaruh media masa
Terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai berbagai pengaruh media pada perkembangan anak. (Rowitz, 1996)

11.    Dampak Hospitalisasi
1)   Pengertian
Menurut Wong (2000), hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak adalah cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah.
Penyebab timbul reaksi hospitalisasi pada anak (Wong, 2000) :
§  Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialaminya 
§  Rasa tidak aman dan nyaman
§  Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan
2)   Reaksi anak terhadap hospitalisasi
a.    Masa bayi ( 0 - 1 tahun )
§  Perpisahan dengan orang tua : gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang.
§   Terjadi stranger anxiety ( usia 6 bulan ) : cemas apabila berhadapan dengan orang asing dan perpisahan.
§   Reaksinya : menangis, marah, banyak melakukan gerakan.
b.    Masa toddler ( 2 – 3 tahun )
§  Sumber stress yang utama : cemas akibat perpisahan
§  Respon : tahap protes, putus asa dan pengingkaran
§  Tahap protes : menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain
§  Tahap putus asa : menangis berkurang,anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain dan makan, sedih dan apatis
§  Tahap pengingkaran : mulai menerima perpisahan,membina hubungan secara dangkal, anak mulai terlihat menyukai lingkungannya
c.    Masa prasekolah
§  Perawatan di RS : anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasing sayang dan menyenagkan.
§  Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan, sering bertanya, menagis secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
d.   Masa sekolah
§  Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang dicintainya
 Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas
§  Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan fisik
§  Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri : ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal : anak sudah mampu mengkomunikasikannya, sudah mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri : menggigit bibir/menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.

e.    Masa remaja
§  Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman sebayanya
§  Pembatasan aktivitas di RS : anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi tergantung pada keluarga atau pertugas kesehatan.
§  Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan, anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien dan petugas kesehatan.
§  Perasaan sakit : respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungannya / menolak kehadiran orang lain.
3)   Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak
a.    Perasaan cemas dan takut 
§  Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan
§  Cemas paling tinggi : menunggu informasi tentang diagnosa penyakit anaknya.
§  Takut muncul : takut kehilangan anak pada kondisi sakit terminal
§  Perilaku : sering bertanya/bertanya tentang hal yang sama secara berulang-ulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan marah.
b.    Perasaan sedih
§  Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal
§  Perilaku : isolasi, tidak mau didekati orang lain, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
c.    Perasaan frustasi
§  Putus asa dan frustasi : anak yang telah dirawat cukup lama dan tidak mengalami perubahan, tidak adekuatnya dukungan psikologis.
§  Perilaku : tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, menginginkan pulang paksa.

B.  DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1.    Kebutuhan Oksigenasi
Reaksi inflamasi/peradangan alveoli mengakibatkan produksi mukus meningkat, upaya batuk (-), terjadi penumpukan secret pada alveoli, mengakibatkan bersihan jalan napas tidak efektif. Jika infiltrasi meluas mengakibatkan terjadinya gangguan pertukaran gas.

2.    Kebutuhan Nutrisi
Respon gastrointestinal terhadap reaksi inflamasi terjadi mual dan anoreksia, menyebabkan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.
3.    Kebutuhan Aktifitas
Kelemahan fisik mengakibatkan terjadinya keterbatasan dalam beraktifitas.
4.    Kebutuhan Rasa Aman
Kurangnya informasi mengakibatkan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengelolaan penyakit TBC.
5.    Pertumbuhan dan Perkembangan
Adanya mual dan anoreksia menyebabkan terjadinya penurunan status gizi, dan penurunan imunitas yang mengakibatkan klien menjadi rentan terhadap infeksi, sehingga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

C.  ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis kelamin, juga identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua, pendidikan, dan pekerjaan.
b.      Riwayat Kesehatan
1.     Keluhan utama
a.     Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b.    Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian meliputi PQRST (palliative, quantitatif, region, scale, timing)
c.     Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar     seperti : leher, inguinal, axilla dan sub mandibula


2.     Riwayat Kehamilan
a.     Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil.
b.    Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom.
c.    Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia, icterus.
3.      Riwayat Masa Lalu
a.Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
b.    Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah atau seperti apa.
c.    Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui, agar kerja obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui. Pemberian antibiotik dalam jangka panjang perlu diidentifikasi.
d.   Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi, pada bagian apa, atas indikasi apa.
e.    Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara atau makanan.
f.     Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat sebelumnya, apabila mengalami kecelakaan apakah langsung di beri tindakan, atau di bawa berobat ke dokter atau hanya di diamkan saja.

g.    Imunisasi
·      Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang akan membuat zat antibody yang akan bertahan bertahun-tahun lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif
·      Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan
c.       Pemeriksaan fisik
1.        Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak bergairah
2.        Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau panas biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi.
3.         Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat badan.
4.         Pemeriksaan fisik
a.    Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
b.    Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
d.   Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret atau tidak, simetris tidak.
e.    Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
f.     Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairan atau tidak, uji pendengaran anak
g.    Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula.
h.    Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
·      Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
·      Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura.
·      Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
·      Pada tahap dini sulit diketahui.
·      Ronchi basah, kasar dan nyaring.
·      Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik.
·      Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
·      Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
i.      Perut : kaji bentuk perut, bising usus
j.      Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada kelemahan
k.    Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
·      Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
·      inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
l.      Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk, skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah.
5.         Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan
·       Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga (seperti kursi)
·       Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum, mengenal gambar-gambar binatang, mengenal beberapa bagian tubuhnya.
·       Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
·       Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok-balok bangunan secara konstruktif.



2.        Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1)        Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret kental, upaya batuk buruk.
2)        Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan.
3)        Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
4)        Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain berhubungan dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
5)        Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
6)        Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak




3.    Intervensi keperawatan
Diagnosis Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret kental, upaya batuk buruk.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam, bersihan jalan napas efektif dengan kriteria :
·      Sekret berkurang sampai dengan hilang
·      Pernafasan dalam batas normal :
- 0-2 bulan : 50 s/d < 60 x/menit
- 2 bln-12 bln : 40 s/d < 50 x/menit
- 12 bln-60bln : 30 s/d < 40 x/menit
1.     Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
2.     Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
3.     Berikan pasien posisi semi atau fowler,
4.     Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.
5.     Berikan obat : agen mukolitik, bronkodilator sesuai indikasi

1.     Untuk mengetahui tingkat sakit dan tindakan apa yang harus dilakukan

2.     Untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien


3.     Semi fowler memudahkan pasien untuk bernafas
4.     Untuk mencegah penyebaran infeksi

5.     Untuk membantu mengencerkan secret sehingga mudah untuk dikeluarkan.
Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x24 jam, suhu tubuh kembali normal, dengan kriteria hasil :
·      Suhu tubuh 36-37,5 o C

1.     Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

2.     Berikan kompres hangat

3.     Kolaborasi pemberian antipirektik

1.     Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2.     merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3.     Kolaborasi pemberian antipirektik



Diagnosis Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

setelah dilakukan  tindakan perawatan selama ........x 24 jam, kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil :
·      Nafsu makan meningkat
·      BB meningkat atau normal sesuai umur

1.     Ukur dan catat berat badan pasein
2.     Sajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
3.     Sajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
4.     Berikan makanan tinggi TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
5.     Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.
6.     Laksanakan pemberian roboransia sesuai program terapi.
1.     BB menggambarkan status gizi pasien
2.     Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
3.     Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
4.     Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah
5.     Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi diet yang telah diberikan selama hospitalisasi.


6.      Roborans, meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.
Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain berhubungan dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, penyebaran infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil :
·      Klien/keluarga dapat mengidentifikasi tindakan untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
·      Klien/keluarga menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

1.      Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet

2.      Identifikasi orag lain yang beresiko (anggota keluarga/teman)

3.      Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari meludah
4.      Lakukan tindakan isolasi sebagai pencegahan
5.      Pertahankan teknik aseptic saat melakukan tindakan perawatan
6.      Beritahu klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang tuntas
7.      Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis

1.     Membantu klien/keluarga agar mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
2.     Pengetahuan dan terapi dapat meminimalkan kerentanan terjadinya penyebaran
3.     Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
4.     Mencegah infeksi yang bersumber dari susceptible host
5.     Mencegah terjadinya cross infection

6.     Pengobatan tuntas sangat penting untuk mencegah resistensi kuman terhadap abat
7.     Untuk membunuh kuman TBC

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap informasi yang ada.

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, pengetahuan klien/keluarga meningkat, dengan kriteria hasil :
·      Klien/keluarga memahami proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
·      Klien/keluarga  melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan  

1.     Kaji tingkat pengetahuan keluarga

2.     Berikan pendidikan kesehatan berkaitan dengan penyakit pasien
3.     Jelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan

1.     Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga pasien sampai mana
2.     Agar keluarga pasien mengetahui dan tidak cemas
3.     Untuk mengurangi kecemasan keluarga pasien


Diagnosis Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, terjadi pengurangan ansietas keluarga, dengan kriteria hasil :
·       Kecemasan keluarga berkurang
·       Secara verbal keluarga mengatakan cemas berkurang

1.     Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dan dukungan
2.     Gali perasaan dan masalah seputar hospitalisasi dan penyakit anak
3.     Berikan informasi seputar kesehatan anak
4.     Berikan dukungan sesuai kebutuhan
5.     Anjurkan perawatan yang berpusat pada keluarga dan anjurkan anggota keluarga agar terlibat dalam perawatan.
1.     Dapat menurunkan stress


2.     Memudahkan dalam pemilihan intervensi

3.     Untuk menurunkan ansietas yang dialami keluarga
4.     Meningkatkan kemampuan koping
5.     Meningkatkan pemahaman keluarga



DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001.

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 1999.

Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical-surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.  Brunner and Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000.

Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar