Dafter isi

t;

Rabu, 24 Oktober 2012

Kolelitiasis


Pada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3, tipe, yaitu:
1.       Tipr kolestrol
2.       Tipe pigmen empedu
3.       Tipe campuran

Beberapa factor risiko terjadinya batu empedu antara lain jenis kelamin, umur, hormon wanita,infeksi (kolesistitis), kegemukan,paritas,serta factor genetic. Terjadinya batu kolestrol adalah akibat gangguan hati yang nebgkskresikan kolestrol berlebihan hingga kadar diatas nilai kritis kelarutan kolestrol dalam empedu. Sedangkan tipe pigmen biasanya adalah akibat proses hemolitik / infestasi Escherichia coli / Ascaris lumbricoides ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirium diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang menungkin dapat menjadi Kristal kalsium bilirubin

Sirosis Hepatis


Sirosis hepatis  adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi,dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauwan dalam susunan parenkim hati.

Etiologi
            Secara marfologi, sirosis dibagi menjadi atas jenis mikronodular (portal) makronodular(pascanekrotik) dan jenis campuran, sedang dalam klinik dikenal 3 jenis, yaitu portal pascanekrotik, dan bilier. Penyakit-penyakit yang diduga dapat menjadi penyebab sirosis hepatis antara lain maulnutrisi, alkoholime, virus hepatitis, kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica, penyakit Wilson, hemokromatosis,zat tokasin dan lain-lain


Senin, 22 Oktober 2012

kangker (tumor)


Kangker(Tumor)
Difinisi
 Kangker / neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang
Menimbulkan kemampuan sel untuk :
·          Tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)
·         Menyerang jaringan biologi di dekatnya.
·         Bermigrasi ke jaringan tubbuh yang lain melalui sirkulasi darah / system limfatik,disebut metastasis


PANKREATITIS AKUT



A.    Pengertian Pankreatitis
Pankreatitis adalah inflamasi yang mengenai pankreas yang bersifat serius dengan intensitas yang ringan sampai berat dan berakibat fatal.
Pankreatitis juga didefinisikan sebagai peradangan pada pankreas yang mengganggu fungsi eksokrin dalam membantu menjalankan metabolisme dalam tubuh. (Riyadi,2008)

Malnutrisi


MALNUTRISI
( KEKURANGAN NUTRISI )

1)      PENGERTIAN
Malnutrisi lebih diartikan sebagai kekurangannya bahan-bahan nutrisi esensial pada tingkat seluler sebagai akibat dari faktor fisiologi, individu, sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan politik. ( Berkauskas. V. H, dkk, 1994 )
Menurut Gordon ( 1982 ), malnutrisi adalah pemasukan yang tidak memadai dari satu atau lebih jenis makanan atau bahan makanan yang dibutuhkan metabolisme tubuh, misalnya pemasukan protein, zat besi atau vitamin C yang tidak memadai. ( Kozier, B, Erb, G. 1983 )
Mal nutrisi dibedakan atas defisiensi primer dan defisiensi sekunder. Defisiensi primer terjadi ketika bahan-bahan nutrisi yang esensial seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam makanan, sedangkan defisiensi sekunder terjadi karena ketidakmampuan tubuh mencerna dan menyerap makanan.

SESAK NAPAS DAN GAWAT NAPAS




DEFINISI
Sesak napas ialah sukar bernapas secara subyektif, yaitu keluhan pasien, sedangkan gawat napas ialah sukar bernapas yang dinilai secara obyektif oleh pemeriksa.

PENANGGULANGAN SEGERA PADA KEADAAN YANG MENGANCAM NYAWA
            Pada keadaan yang mengancam nyawa, perlu dengan segera menilai derajat kegawatannya dan memberikan perawatan yang diperlukan.
            Langkah pertama pada penilaian sesak napas atau gawat napas adalah dengan cepat menilai derajat kegawatan pasien dan keadaan jantung serta laju napas (Respiration Rate)  dan terutama bila timbul dalam waktu singkat (beberapa menit sampai jam), maka dalam waktu bersamaan lakukan pemeriksaan penilaian kegawatan dan terapi dengan cepat.

Jumat, 19 Oktober 2012

Contoh Sp Ansietas


*Narator
*Pemain :
-Pr:Perawat
-Pr2: Perawat 2 :
-Ps: Pasien(Ibu)
-Bpk: Bapak
-Anak: Anak
-Kakek: Kakek :
-Nenek: Nenek
Sepupu: Sepupu
SP 1: membina hubungan saling percaya, menyebutkan penyebab ansietas, menyebutkan situasi yang menyertai ansietas, menyebutkan perilaku terkait ansietas, melakukan tekhnik pengalihan

Rabu, 10 Oktober 2012

SP Ansietas


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
ANSIETAS
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah, sulit tidur, tidak nafsu makan. Klien
selalu memikirkan anaknya yang bekerja sebagai TKW di luar negeri. Klien
khawatir anaknya mendapat perlakuan yang tidak baik dari tempatnya bekerja.

Askep PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR DAN LIHAT



LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR DAN LIHAT




I.       KONSEP DASAR

A.    Konsep Dasar Orientasi Realitas
            Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas.  Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
            Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan proses fikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi  sosial.  Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.  Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.
             Umumnya klien dengan gangguan orientasi realitas dibawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal-hal lain. Gejala yang sering menjadi alasan keluarga yaitu halusinasi, waham, isolasi sosial, perilaku kekerasan, kerusakan komunikasi.
             Dalam laporan asuhan keperawatan jiwa ini akan kita bahas lebih jauh tentang salah satu gejala diatas yaitu halusinasi.

B.    Pengertian  Halusinasi
             Hallucinations are perseptions of an external stimulus when no such stimulus is present.  They may involve any of the senses; sight, sound, smell, taste, and touch. (Rawlins, 1993 : 162).
             Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) panca indera tanpa rangsang dari luar diri (external).  Halusinasi  dapat berupa halusinasi dengar, lihat, hidu (cium), raba dan kecap.  (Keliat, 1998 : 5).
             Halusinasi suatu pengalaman sensorik tanpa dasar yang mencukupi dalam  rangsangan  luar, namun demikian pasien  menentukan letak asalnya di
luar dirinya sendiri.  ( Left, 1995 : 68 ).
             Halusinasi akustik (pendengaran) sering berbentuk akoasma, suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas dan phonema, suara-suara yang terbentuk suara yang jelas seperti yang berasal dari manusia, hewan atau mesin. (RSJP Banjarmasin, 2001 : 3).                                            
             Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi terhadap rangsang dari luar yang tidak nyata dan meskipun rangsangan tidak ada, pasien seolah-olah merasakan dalam keadaan sadar.  Menurut H. G. Morgan dan M. H. Morgan (1991: 42), bentuk halusinasi auditorik/pendengaran yang paling banyak yaitu 95 % dimana halusinasi pendengaran adalah mendengar suara-suara dan bunyi tanpa stimulus nyata dan orang lain.

C.    Faktor Predisposisi dan Presipitasi
             Menurut Stuart dan Sundeen, (1995) halusinasi pada seseorang muncul akibat adanya dua macam faktor, yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. (Keliat, 1998 : 3)
1.      Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mungkin  mengakibatkan gangguan orientasi realitas adalah aspek biologis, psikologis dan sosial. 
a.        Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/SSP dapat menimbulkan gangguan seperti :
1)           Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal, temporal, dan limbik. Gejala yang mungkin timbul adalah: hambatan dalam belajar, berbicara dan daya ingat.
2)           Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
b.       Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien.  Penolakan dapat dirasakan dari ibu, pengasuh atau teman yang bersikap dingin, cemas, tidak sensitif atau bahkan terlalu melindungi.  Pola asuh usia kanak-kanak yang tidak adekuat misalnya tidak ada kasih sayang, diwarnai kekerasan, ada kekosongan emosi. Konflik dan kekerasan dalam keluarga (pertengkaran orangtua, aniaya dan kekerasan rumah tangga) merupakan lingkungan resiko gangguan orientasi realitas.
c.        Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti kemiskinan, konflik sosial budaya, kehidupan yang terisolasi disertai stres yang menumpuk.
2.      Faktor Presipitasi
Umumnya sebelum timbul gejala klien mengalami hubungan yang bermusuhan,  tekanan,  isolasi, pengangguran, yang disertai perasaan tidak
berguna, tidak berdaya dan putus asa.

D.    Rentang Respon Neurobiologik
             Respon klien atau gejala dan tanda yang dapat dideteksi dari berbagai respon yang terkait dengan fungsi otak yaitu kognisi, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisasi,  yang juga saling berhubungan, dapat dilihat pada bagan rentang respon dibawah ini (Stuart & Sundeen, 1998 : 300)
 

  Respon Adaptif                                                              Respon Maladaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten dengan pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan sosial

Pikiran kadang menyimpang
Ilusi
Reaksi  emosional berlebihan atau kurang
Perilaku ganjil atau tak lazim
Menarik diri
Kelainan pikiran atau delusi
Halusinasi
Ketidakmampuan untuk mengalami emosi
Ketidakteraturan
Isolasi sosial
Gambar 2.1 Rentang Respon Neurobiologik
                    Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon diatas, sehinnga kita dapat menilai apakah respon tersebut adaptif atau maladaptif. Respon adaptif ditandai dengan pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku sesuai, hubungan sosial, tetapi apabila respon berada diantara rentang respon adaptif dan maladaftif ditandai dengan pikiran kadang menyimpang, ilusi, reaksi  emosional berlebihan atau kurang, perilaku ganjil atau tak lazim, menarik diri. Sedangkan pada respon klien yang maladaptif ditandai dengan kelainan pikiran atau delusi, halusinasi, ketidakmampuan untuk mengalami emosi, ketidakteraturan, isolasi sosial.       
E.    Tanda Dan Gejala Halusinasi
             Tanda dan gejala yang didasarkan atas penggolongan (Standar Asuhan Keperawatan  Jiwa RSJP Bogor dikutip oleh RSJP Banjarmasin 2001: 96-98) yaitu :
1.       Penggolongan yang memerlukan Perawatan Total  yaitu bicara, senyum dan tertawa sendiri, mondar-mandir, disorientasi waktu, tempat dan orang, bersikap seperti mendengarkan sesuatu, mata tertuju pada satu arah, mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium, dan merasakan sesuatu yang tidak nyata, konsentrasi kurang, curiga dan bermusuhan, sulit membuat keputusan, cemas, mudah tersinggung, menyalahkan diri sendiri/orang lain, ekspresi wajah tegang
2.       Penggolongan yang memerlukan Perawatan Parsial yaitu bicara, senyum dan tertawa sendiri, mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium, dan merasakan sesuatu yang tidak nyata, mulai dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, komunikasi sudah bisa diarahkan, sikap curiga dan bermusuhan, interaksi dengan orang lain terganggu, mudah tersinggung, kebersihan diri dengan dibimbing, cemas masih ada, kadang-kadang mengalami gangguan berpikir, mengalami ilusi, reaksi emosional yang berlebihan atau berkurang, perilaku aneh dan tidak biasa.
3.       Penggolongan yang memerlukan Perawatan Minimal yaitu ekspresi tenang, klien sudah mengenal halusinasinya, klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda timbulnya halusinasi, komunikasi klien terarah/kooperatif, perawatan kebersihan diri secara mandiri, klien dapat berkonsentrasi, klien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik, berpikir logis, persepsi adekuat, emosi sesuai dengan kenyataan, perilaku sesuai, dapat berinteraksi sosial.

F.     Jenis Halusinasi
              Menurut Stuart dan Sundeen, (1998: 306-307), halusinasi terbagi menjadi :
1.       Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara, paling sering suara orang, berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien, untuk menyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih tentang orang yang sedang berhalusinasi, kadang-kadang suara memerintahkan untuk melakukan hal yang berbahaya. Perilaku yang tampak melirikkan mata kekiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara, mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak berbicara atau kepada benda mati, terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak, menggerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.
2.       Halusinasi Penglihatan
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometrik, gambar karton, dan/atau panorama yang luas dan kompleks.  Penglihatan dapat sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster.
3.       Halusinasi Penciuman
Membau  busuk,  amis dan bau  yang menjijikkan seperti darah, urin, atau
feces. Kadang-kadang terhidu bau harum.
4.       Halusinasi Pengecapan
Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan seperti rasa darah, urin atau feces.
5.       Halusinasi Perabaan
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
6.       Senestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri, makanan dicerna atau pembentukan urin.

G.   Tingkat Intensitas Halusinasi
              Halusinasi terjadi secara bertahap dari yang paling ringan hingga ke arah halusinasi tingkat berat.
Menurut Stuart dan Sundeen, (1998 : 328-329), intensitas halusinasi ada 4  tahap yaitu :
Tabel 2.1 Intensitas halusinasi.

Tingkat
Karakteristik
Perilaku pasien yang teramati
Tahap I :


Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan
Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas; individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi
( nonpsikotik ).

Ø  Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
Ø  Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
Ø  Gerakan mata yang cepat.
Ø  Respons  verbal yang lamban.
Ø  Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
Tahap II :


Secara umum halusinasi menjijikkan
Pengalaman sensori bersi-fat menjijikkan dan mena-kutkan; orang yang ber-halusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsi-kan; individu mungkin merasa malu karena pe-ngalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain ( nonpsikotik ).
Ø  Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas mis ; peningkatan nadi, pernafasan dan TD.
Ø  Penyempitan kemampuan konsentrasi.
Ø  Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Tahap III :


Pengalaman sensori menjadi penguasa
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya; isi halusinasi dapat berupa permohonan; individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir
( psikotik )
Ø  Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya.
Ø  Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
Ø  Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
Ø  Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
Tahap IV :


Secara umum halusinasi menjadi bebih rumit dan saling terkait dengan delusi
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah ; halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik
( psikotik )
Ø  Perilaku menyerang teror seperti panik.
Ø  Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Ø  Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik diri, atau kataton.
Ø  Tidak mampu berespons terhadap petunjuk kompleks.
Ø  Tidak mampu berespons terhadap lebih dari satu orang.


H.    Penatalaksanaan
              Penatalaksanaan pasien dengan halusinasi meliputi farmakoterapi, terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi seni, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi aktivitas kelompok, rehabilitasi untuk proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan tujuan sosialnya dalam kehidupan sehari-hari yang wajar dalam masyarakat. Prinsip tindakan yang dapat diterapkan dalam merawat klien halusinasi yaitu membina hubungan saling percaya, mengkaji gejala halusinasi, memfokuskan pada gejala dan minta klien untuk menjelaskan apa yang terjadi, mengidentifikasi apakah klien sebelumnya telah minum obat atau alkohol, jika klien bertanya,  nyatakan secara sederhana bahwa anda tidak mengalami stimulus yang sama, membantu klien menjelaskan  dan membandingkan halusinasi saat ini dan yang baru saja dialami, mendorong klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan halusinasi (saat ini maupun yang lalu), membantu klien menjelaskan kerbutuhan yang mungkin direfleksikan dalam isi halusinasi, membantu klien mengidentifikasi hubungan antara halusinasi dan kebutuhan yang direfleksikan, menyarankan dan menguatkan penggunaan hubungan interpersonal dalam memenuhi kebutuhan, dan mengidentifikasi  gejala-gejala psikosis lainnya mempengaruhi aktifitas sehari-hari klien. (Stuart & Sundeen, 1998: 330-333)

I.       Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa  Klien Dengan Halusinasi Dengar dan Lihat
1.       Deskripsi
            Halusinasi berupa bermacam-macam suara, tetapi kebanyakan berupa kata-kata yang sedikit  banyak membentuk kalimat dan saling berhubungan atau yang dialamatkan kepada penderita. Penderita dapat berbicara atau bertengkar dengan suara-suara itu. Kadang-kadang isi perkataan menyenangkan, tetapi biasanya tidak menyenangkan, menghina, kotor atau bersifat menuduh. (RSJP Banjarmasin ,2001 : 3).
2.       Pengkajian
                    Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan masalah kebutuhan atau masalah klien.  Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.  Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor  predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Data dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien), sumber data sekunder seperti keluarga, teman dekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Isi pengkajian meliputi :
a.        Identitas klien
Nama, umur, tanggal masuk, tanggal pengkajian, informan, No. RM.
b.       Keluhan utama/alasan masuk
Apa penyebab klien masuk RS, apa yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah klien dan bagaimana hasilnya.
c.        Faktor predisposisi
Apakah    klien    pernah   mengalami   gangguan   jiwa   dimasa   lalu,
pengobatan yang pernah dilakukan, riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal, baik itu dilakukan, dialami, disaksikan oleh klien, apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.
d.       Aspek fisik / biologis
Ukur tanda vital, TB, BB. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan.
e.        Aspek psikososial
1).      Genogram
Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan hubungan klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan keluarga.
2).      Konsep diri
a)   Citra tubuh
Tanyakan dan observasi tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b)    Identitas diri
     Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan terhadap status dan sebagai laki-laki atau perempuan.
c)   Peran
    Tanyakan tugas yang diemban dalam keluarga, kelompok, masyarakat dan kemampuan klien melaksanakannya.
d)  Ideal diri
    Tanyakan harapan terhadap tubuh klien, posisi, status, tugas/peran.
e)   Harga  diri
    Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan   kondisi nomor 2 (a), (b), (c) dan penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupan klien.
3).      Hubungan sosial
Tanyakan siapa orang terdekat dalam kehidupan klien, kegiatan di masyarakat.
4).      Spiritual
Tanyakan nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien.
f.        Status mental
1).          Penampilan; penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.
2).          Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.
3).          Aktivitas motorik; nampak adanya kegelisahan, kelesuan, ketegangan, gelisah, agitasi, tremor, TIK, grimasum, kompulsif
4).          Alam perasaan; sedih, putus asa, gembira, ketakutan, khawatir.
5).          Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
6).          Interaksi selama  wawancara; bermusuhan, kooperatif / tidak, mudah tersinggung, curiga,kontak mata kurang, defensif.
7).          Persepsi : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengar, kadang suara yang didengar bisa menyenangkan tetapi kebanyakan tidak menyenangkan, menghina bisa juga perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya baik diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Biasanya terjadi pada pagi, siang, sore, malam hari atau pada saat klien sedang sendiri.
8).          Proses pikir; sirkumstansial, tangensial, kehilangan asosiasi, flight of ideas, bloking, perseverasi.
9).          Isi pikir; obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, waham, pikiran magis, ide yang terkait.
10).      Tingkat kesadaran; orientasi orang, waktu, tempat jelas, bingung, sedasi, stupor.
11).      Memori; apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek, saat ini, ataupun konfabulasi.
12).      Tingkat konsentrasi dan berhitung; observasi kemampuan klien berkonsentrasi, berhitung.
13).      Kemampuan penilaian; berikan pilihan tindakan yang sederhana.  apakah klien membuat keputusan atau harus dibantu.
14).      Daya tilik diri; apakah klien menerima atau mengingkari penyakitnya, menyalahkan orang lain atas penyakitnya.
g.       Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan mandi, BAB/BAK, makan, berpakaian, istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam dan diluar rumah.
h.       Mekanisme koping
Tanyakan tentang koping klien dalam mengatasi masalah baik yang adaptif maupun yang maladaptif.
i.         Masalah psikososial dan lingkungan
Apakah ada masalah dengan dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, dan pelayanan kesehatan.
j.         Pengetahuan
Mengkaji kurang pengetahuan klien tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.
k.       Aspek medik
Tuliskan diagnosa medik klien, tulis obat-obatan klien.


Pohon   Masalah













3.      Daftar masalah
a.     Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b.    Perubahan persepsi sensori; halusinasi dengar.
c.     Isolasi sosial; menarik diri.
d.    Menurunnya motivasi perawatan diri.
e.     Defisit perawatan diri.
f.     Gangguan konsep diri; harga diri rendah
g.    Koping individu tidak efektif.
h.    Berduka disfungsional.
i.      Perilaku kekerasan.
j.      Tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik.
k.    Tidak efektifnya koping keluarga; ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

4.       Diagnosa  Keperawatan
             Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok, komunitas terhadap proses kehidupan atau masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang mendasari intervensi keperawatan yang menjadi tanggung gugat perawat. (Keliat, 1998).
             Diagnosa  keperawatan yang sering muncul pada klien dengan halusinasi dengar adalah sebagai berikut :
a.     Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar.
b.    Perubahan persepsi sensori; halusinasi dengar berhubungan dengan menarik diri.
c.     Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
d.    Menurunnya motivasi perawatan diri berhubungan dengan harga diri rendah.
e.     Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya motivasi perawatan.
f.     Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
g.    Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.
h.    Perilaku kekerasan berhubungan dengan tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik.
i.      Tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
j.      Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
5.       Rencana Tindakan Keperawatan.
a.     Bina hubungan saling percaya dengan klien.
1)    Buat kontrak dengan klien; memperkenalkan nama perawat, tujuan dan waktu interaksi.
2)    Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama panggilan klien, untuk menunjukkan perhatian yang tulus kepada klien.
3)    Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi  klien tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
b.    Bantu klien mengenal halusinasinya.
1)    Adakan kontak sering dan bertahap.
2)    Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya; berbicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri dan kanan dan seolah-olah ada teman bicara.
3)    Bantu klien mengenal halusinasinya :
a)      Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang didengar.
b)      Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.
c)      Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh/menghakimi)
d)     Katakan bahwa klien lain ada yang seperti klien.
e)      Katakan bahwa perawat akan membantu klien .
4)    Diskusikan dengan klien :
a)      Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
b)      Waktu dan frekuensi terjadinya  halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri)
5)    Diskusikan dengan klien  apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah/takut, sedih, senang). Beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya.
c.     Ajarkan cara mengontrol halusinasi.
1)    Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, dan lain-lain).
2)    Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien jika bermanfaat beri pujian.
3)    Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi.
a)       Katakan “saya tidak mendengar kamu” pada saat halusinasi terjadi.
b)       Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
c)       Mencatat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
d)      Meminta keluarga/teman/perawat menyapa jika tampak  bicara sendiri.
4)    Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
5)    Beri kesempatan untuk melakukan cara-cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
6)    Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi realita, stimuli persepsi.
d.    Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
1)    Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi.
2)    Diskusikan dengan (pada saat keluarga berkunjung dan pada saat kunjungan rumah) :
a)       Gejala halusinasi yang dialami oleh klien.
b)       Cara yang dilakukan klien atau keluarga untuk memutus halusinasi.
c)       Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama dan bepergian bersama.
d)      Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan; halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai orang lain.
e.     Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1)    Diskusikan dengan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat.
2)    Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
3)    Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
4)    Diskusikan akibat berhentinya minum obat tanpa konsultasi.
5)    Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

6.       Evaluasi
a.  Klien mampu :
1).  Memutus halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan.
2).  Melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
3).  Meminta bantuan keluarga.
4).  Menggunakan obat dengan benar.
5).  Melakukan follow up secara teratur.
b.    Keluarga mampu :
1).  Mengidentifikasi  gejala halusinasi
2).  Merawat klien di rumah; cara memutus halusinasi, mendukung kegiatan klien.
3).  Menolong klien menggunakan obat dan follow up.





BAB III
HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN

A.    Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Halusinasi Dengar dan Lihat
1.       Pengkajian
        Ruang Rawat             :  Kelas III Wanita
        Tanggal Dirawat        :  2003
a.          Identitas Klien
                    Nama                         :      Nn.M
                    Umur                          :      21 tahun
                    Jenis Kelamin             :      Perempuan
                    Agama                       :      Islam
                    Tanggal Masuk          :              2003
                    Informan                    :      Klien, Keluarga dan Status
                    Tanggal Pengkajian    :      04 – 07 Nopember 2003
                    RM  No.                     :     
                    Alamat                       :      Jl. Ayani Gg. Mubtadin RT.02 No.72 Kertak Hanyar
b.         Alasan Masuk :  mengamuk kalau ditegur terlalu keras. Klien  kadang-kadang berbicara sendiri, susah tidur pada malam hari, bicara ngawur, mengganggu tidur saudara-saudaranya, klien juga pernah mengamuk.
Masalah keperawatan: Resiko mencederai orang lain dan lingkungan.
c.          Faktor Predisposisi , tidak adekuatnya pengawasan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien. Selain itu menurut penuturan klien ayahnya sangat keras, suka marah sampai memukul terlebih lagi pada klien yang dianggap tidak bisa diatur. Di rumah klien dikurung bila mengamuk. Beberapa hari sebelum masuk RSJ klien mengamuk dan merusak barang-barangnya sendiri, mengancam akan membakar rumah, tidak tidur sepanjang malam,  Klien mengatakan bahwa ia melakukan itu semua karena ada bisikan-bisikan yang membuatnya sangat terganggau..
              Masalah keperawatan :
-           Koping keluarga inefektif; ketidaktahuan keluarga merawat klien.
-           Resiko mencederai orang lain dan lingkungan.
-           Perubahan persepsi-sensori ; halusinasi dengar
d.         Pemeriksaan Fisik.
Tanda vital :  TD = 100/80 mmHg,  N = 92 x/menit, S = 36°C, 
P = 20 x/menit.   BB = ... kg, TB =  156 cm.
  Masalah keperawatan :   -
e.          Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien pernah diolok-olok mengenai keadaan rambutnya yang botak, klien merasa malu sehingga ia tidak ingin melanjutkan sekolahnya lagi.
Masalah keperawatan :
-      Koping individu tidak efektif
-      Gangguan konsep diri ; Harga Diri Rendah
f.          Psikososial
1).     Genogram



                       
                       


     
     
                 
                  Keterangan :          =  Laki-laki
                                                =  Perempuan
                                                =  Klien
                                                =  Serumah
                                                =  Meninggal
                                                =  Hubungan terdekat
Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dalam keluarga klien,ayah klien pernah mengalamu gangguan jiwa (ayah) dan pernah dirawat diRSJ..  Klien tinggal serumah dengan ayah, ibu dan adiknya saja, sedangkan keluarga yang lainnya tinggal terpisah. Hal ini menyebabkan klien sering sendiri, tidak ada yang menemani, komunikasi kurang karena terkadang keluarga merasa bosan jika klien berbicara terlalu berbelit-belit. Klien juga mengatakan kalau ayahnya pemarah dan suka memukul. 
                    Masalah keperawatan :                                        
Koping keluarga inefektif ; ketidaktahuan keluarga merawat klien.
2).     Konsep
Gambaran diri  :  Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya,kecuali pada rambutnya yang botak.
Identitas           :  Klien mengatakan bahwa ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Klien merasa puas sebagai seorang perempuan.
Peran                :  Klien sudah menderita gangguan jiwa sejak 2 bulan terakhir ini          sehingga ia tidak dapat menjalankan perannnya baik terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat., klien tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah.
Ideal diri           :  Klien mengatakan apabila ia keluar dari RSJ ingin membantu melakukan pekerjaan rumah.
Harga diri         :  Klien merasa malu karena ia tidak memiliki rambut yang botak.
Masalah keperawatan :  Harga diri rendah .
3).     Hubungan Sosial
Menurut penuturan keluarga orang yang paling dekat dengan klien adalah ibunya karena dialah yang paling sabar mendengarkan  klien bercerita. Klien tidak mengikuti organisasi atau kelompok apapun di lingkungannya.  Apabila klien baik/tidak kambuh klien dapat bergaul atau berbicara dengan teman-temannya, tetapi jika sedang kambuh klien suka mengamuk, oleh keluarga dikurung dalam kamar. Dirumah klien pernah mengurung diri dikamar, menyendiri, lampu dimatikan, tidak memperhatikan kebersihan diri dan kamar. Di RSJ klien lebih suka menyendiri, tidak mau bergaul dengan klien lain, klien lebih banyak tidur, klien tampak ragu-ragu bila meminta bantuan pada orang lain .
              Masalah keperawatan :  Isolasi sosial ; menarik diri.
4).     Spiritual
Saat ditanya tentang pengertian sakit jiwa, klien menjawab bahwa orang sakit jiwa adalah orang yang  terganggu jiwanya. Klien beragama Islam,  di rumah klien  melakukan ibadah.
Masalah keperawatan :  -
f.          Status Mental
1).     Penampilan
Penampilan klien kurang rapi namun cara berpakaian dan penggunaan pakaian sesuai.
Masalah keperawatan :  -
2).     Pembicaraan
Terkadang dalam berbicara klien dpt berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain.(Inkoheren), tetapi masih dapat diarahkan.
                      Masalah keperawatan :  -
3).     Aktivitas motorik
Klien dapat disuruh duduk di samping perawat, klien dapat di suruh mengambil air, bisa mandi sendiri, makan sendiri. Aktivitas terarah jika diarahkan oleh perawat, terkadang klien tampak gelisah.
Masalah keperawatan :  -
4).     Alam perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan respon klien tampak sedih/marah bila menceritakan sesuatu yang tidak menyenangkan dan tampak senang ketika  diberi stimulus yang menyenangkan.
Masalah keperawatan :  -
5).     Afek
Ekspresi wajah klien datar/tidak berubah, klien mengatakan bahwa ia ingin pulang dan bertemu dengan keluarganya.
Masalah keperawatan :  Gangguan konsep diri; harga diri rendah 
6).     Interaksi selama wawancara
Selama wawancara klien bersikap kooperatif, terkadang jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan, harus diarahkan, klien mampu memulai pembicaraan, isi pembicaraan jelas.
Masalah keperawatan :  -
7).     Persepsi
Dua hari yang lalu klien mendengar bisikan-bisikan yang menurutnya suara seseorang, sangat nyaring, suara tidak jelas dan banyak, sehingga klien menutup telinganya. Pada saat pengkajian klien tidak mengakui bahwa ia mendengar bisikan, tetapi perilaku klien menunjukkan klien tampak gelisah, terkadang berbicara sendiri.
Masalah keperawatan :  Perubahan persepsi sensori; halusinasi dengar.
8).     Proses pikir
Klien dalam berbicara sering berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.
Masalah keperawatan :  -
9).     Isi pikir
Tidak ada gangguan dalam isi pikir.
Masalah keperawatan :  -
10). Tingkat kesadaran
Klien mampu berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang dengan baik. Klien mengetahui bahwa ia berada di RSJ, klien dapat mengingat nama perawat.
Masalah keperawatan :  -
11). Memori
Tidak ada gangguan dalam mengingat peristiwa yang lalu, pendek, dan saat ini. Dibuktikan klien masih ingat alamat tempat tinggalnya dan kenapa ia sampai dirawat diRSJ.
Masalah keperawatan :  -
12). Tingkat konsentrasi dan berhitung
Dalam berbicara/menjawab pertanyaan klien tidak mampu berkonsentrasi penuh kadang-kadang bisa beralih, klien mampu berhitung sederhana.
Masalah keperawatan :  -
13). Kemampuan penilaian
Klien mampu membuat keputusan antara 2 pilihan saat ditanya makan dulu baru mencuci tangan atau cuci tangan dulu baru makan, klien menjawab cuci tangan dulu baru makan.
Masalah keperawatan :  -
14). Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa ia sedang sakit, dirawat dan berobat. 
Masalah keperawatan :  -
g.         Kebutuhan Persiapan Pulang
1)       Makan
Klien mampu makan sendiri, 3x sehari secara mandiri.
2)       BAB / BAK
Klien mampu BAB / BAK secara mandiri,dan pada tempatnya, BAB 1 kali sehari dan BAK 3-5 kali sehari.
3)       Mandi
Mandi 2x sehari, gosok gigi 1 kali sehari memakai sabun mandi dan pasta gigi. Klien mampu melakukannya secara mandiri hanya terkadang perlu disuruh.
4)       Berpakaian / berhias
   Klien mampu berpakaian dan berhias secara mandiri, namun    kadang tidak rapi.
5)       Istirahat dan tidur
Klien lebih banyak tidur (pada siang hari), tidak ada gangguan dan dapat tidur dengan nyenyak.
6)       Penggunaan obat
         Klien dapat minum obat sendiri sebelum ia makan.
7)       Pemeliharaan kesehatan
Klien berobat Pusat Pelayanan Kesehatan juga pengobatan secara tradisional untuk mengobati penyakitnya.
8)       Aktivitas di dalam rumah
                           Klien mau melaksanakan tugas sehari-hari dan terkadang tidak.
9)       Aktivitas di luar rumah
         Klien tidak bekerja, bila klien tidak kambuh klien dapat bergaul atau berbicara dengan teman-temannya, tetapi jika sedang kambuh klien mengurung diri dikamar, mengamuk.
Masalah keperawatan : 
-           Resiko mencederai orang lain dan lingkungan.
-           Isolasi sosial ; menarik diri

h.         Mekanisme Koping
Koping yang biasa digunakan klien jika ada masalah adalah memendamnya sendiri dan mengurung diri kamar . Koping yang biasa digunakan klien  jika ada yang membisikinya/melihat sesuatu yang menggangunya  adalah mengamuk
              Masalah keperawatan : 
-           Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.
-           Koping individu tidak efektif.
i.        Masalah Psikososial Dan Lingkungan
1).         Masalah dengan dukungan kelompok.
         Spesifik ; -
2).         Masalah dengan lingkungan.
         Masyarakat merasa terganggu jika klien mengamuk.
3).         Masalah dengan pendidikan.
         Klien hanya sampai tingkat II tsanawiyah
4).         Masalah dengan pekerjaan.
         Klien tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah
5).         Masalah dengan ekonomi.
         Klien tidak bekerja dan hanya meminta uang pada ayahnya.
6).         Masalah dengan pelayanan kesehatan.
          Klien apabila sakit berobat Pusat pelayanan kesehatan terdekat dan juga pengobatan tradisional.
7).        Masalah lainnya.
       Spesifik ; -
Masalah keperawatan : -
j.        Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit jiwa, Faktor predisposisi, Sistem pendukung, Obat-obatan, Koping yang efektif.
Masalah keperawatan :  Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
k.      Aspek Medik
Dx medik              :           ...............
Terapi medik         :           ...............        
                                                     CPZ (Chlorpromazine) ...............                                                                         HLP (Haloperidol)                 
                                                     Biosanbe                                 2 x 1 capsule
                                                     Parsidol                                   2 x 1 mg
Laboratorium
Hematologi (25 Juli 2003)
Hb                        :           11,3 gr %         (N= 11,5-15,5 gr %)
Leukosit               :           4.400 / mm3      (N= 4300-11300 per mm3)
LED                     :           27 mm             (N= 0-20 mm)
Trombosit             :           311.000/mm3   (N= 150-500/mm3)
Kimia Klinik  (25 Juli 2003)
SGOT                   :           20 u / L            (N= ≤ 26 U/L)
SGPT                    :           22 u / L            (N= ≤ 29 U/L)
2.        Analisa Data.
No.
Data
Penyebab
Masalah
1.
Data Subjektif :
-     Klien mengatakan mendengar suara dan melihat sesuatu (seperti cahaya)  yang selalu mengganggunya. 
-     Menurut penuturan keluarga klien mengamuk bila ditegur terlalu keras
-     Klien pernah melempar batu kepada tetangganya.
Data Objektif :
-     Klien klien merusak kasur
Halusinasi dengar dan lihat
Resiko mencederai orang lain dan lingkungan.
2.
Data Subjektif :
-     Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang katanya suara syetan, sangat nyaring, suara tidak jelas dan banyak.
-     Beberapa hari terakhir ini klien tidak mengakui bahwa ia mendengar bisikan.
-     Klien mengatakan bahwa ia tidak mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat
-     Menurut keluarga klien,klien pernah dikurung  dikamar sendirian, lampu dimatikan.
-     Keluarga mengatakan apabila klien baik/tidak kambuh klien dapat bergaul dengan orang lain, tetapi jika sedang kambuh klien mengurung diri kamar.
Data Objektif :
-     Klien tampak  berbicara sendiri.
-     Klien tampak gelisah
-     Di RSJ klien lebih suka menyendiri.
-     Tidak mau bergaul dengan klien lain.
-     Klien lebih banyak tidur.
Menarik diri.
Perubahan persepsi-sensori; halusinasi dengar.
3.
Data Subjektif :
-     Klien mengatakan bahwa ia tidak mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat.
-     Menurut keluarga klien pernah mengurung diri dikamar, menyendiri, tidak memper-hatikan kebersihan diri dan kamar.
-     Keluarga mengatakan apabila klien baik/tidak kambuh klien dapat bergaul dengan orang lain, tetapi jika sedang kambuh klien dikurung kamar.
-     Klien mengatakan merasa malu,  karena tidakmemilikirambutlagi
Data Objektif :
-     Di RSJ klien lebih suka menyendiri.
-     Tidak banyak bergaul dengan klien lain.
-     Klien lebih banyak tidur.
Harga diri rendah.
Isolasi sosial; menarik diri.
4.
Data Subjektif :
-     Klien mengatakan merasa malu karena tidak memiliki rambut lagi
-     Klien mengatakan apabila ada masalah ia memendamnya sendiri dan mengurung diri dikamar.

Data Objektif :
-     Klien tampak ragu-ragu  meminta bantuan kepada orang lain .
-     Klien lebih suka menyendiri
-     Tidak banyak bergaul dengan klien lain.
-     Klien lebih banyak tidur.
Koping individu tidak efektif.
Gangguan konsep diri; harga diri rendah.
5.
Data Subjektif :
-     Klien MRSJ  karena mengamuk.
-     Tidak adekuatnya pengawasan keluarga terhadap peengenalan masalah klien.
-     Klien merasa hanya ibunya yang menyayangunya
-     Klien mengatakan ayahnya seorang yang pemarah dan suka memukul.
Data Objektif :
-     Kurang Pengetahuan Tentang  Penyakit jiwa, faktor predisposisi, sistem pendukung, obat-obatan, koping yang efektif.
Ketidaktahuan merawat anggota keluarga yang sakit.
Tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik.


3. Pohon Masalah.