Dafter isi

t;

Rabu, 20 Maret 2013

Malaria


MALARIA

Malaria adalah penyakit yang dapat bersipat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa genus Plasmudium di tandai dengan demam, anemia, dan splenomegali


ETIOLOGI   
            Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium vivax,Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Malaria juga melibatkan hospes perentara, yaitu manusia maupun vertebra lainya, dan hospes difinitif, yaitu nyamuk Anopeles
PATOLOGENESIS
            Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen ( sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan face aseksual (skizogoni) dalam badan hospes verterbra termasuk manusia.

a.       Fase aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jarigan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk  skizon hati yang mengangandung rubuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni praeritosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens
            Fase eritosit  dimulai dan merozit dalam darah menyerang eritosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagai merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara pemulaan infeksi sampai dibentuknya parasit dalam darah tepi adalah masa peapaten, sedangkan masa tuna/inkubasi intrisik dimulai dan masuk sporozoitdalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.

b.      Fase seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikro dan makrogamatosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ooksita pecah, ribuam sporozot dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.

patogenesis malaria ada 2 cara :
1.      Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia
2.      Induksi, juka stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam plasenta ibu yang terinfeksi (konhenital)

Manifase Klinis
pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat berpergian ke daerah endemic malaria. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah :
1.      Demam
Demam periodic yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi). Pada malaria tertian (P.vivax dan P.ovale),pematangan skizon setiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari-3, sedangkan malaria kuartana (P.malariae) pematanagnnya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan ditansai dengan beberapa serangan demam periodic. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit- 1 jam), puncak demam(2-6 jam), dan berkeringat terhadap parasit dalam tubuh dan ada respon imun.
2.      Splenomegali
Spleni=omegali merupakan gejala khas malaria kromik. Limpa mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritosit parasit dan juga jaringan ikat yag bertambah
3.      Anemia
Derajat anemia terhantung pada sepsis penyebab, yang paling berat adalah anemia karena P.falciparum,. anemia disebabkan oleh :
a.       Penghancurtan eritrosit yang berlebihan
b.      Eritrosit normal tidak hidup lama (reduces survival time)
c.       Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum (tulang(disritroesis)
4.      Ikterus
Ikteri=us disebabkan karena hemolisis dan ganguan hepar.
Malaria laten adalah masa pasien di luara masa serangan demam. Periuode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam aliran darah tepi, tetapi stadium eksoeritosit masih bertahan dalam jaringan hati.
Relap adalah timbulnya gejala infeksi seyelah serangan pertama. Relap dapat bersifat:
1.      Relap jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah seranagan pertama hilang karena parasit dalam eritrosist yang berkembang
2.      Relaps jangka panjanag (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah seranagan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin

Obat antimalaria
Obat antimalaria terdiri 5 jenis, antara lain:
1.   Skizontisid jarinagn primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu proguamil, pirimetamin
2.   Skizontisid jaringan skunder yang membasmi parasit eksoeritroit, yaitu primakun
3.   Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan amodiakuin
4.   Gametosit yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh bagi keempat sepsis. Gametosid untuk P.vivax, P.oval adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin
5.   Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamauk Anopheles, yaitu prim akauin dan proguanil
Penggunaan obat antimalaria tidak terbatas pada pengobatan kuratif saja tetapi juga termasuk:
1. Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya infeksi atau timbulknya gejala klinis. Penyembuhan dapat diperoleh dengan pemberian terapi jenis eksoeritrosit
2. Pengobatan kuratif dapat dilakukan dengan obat malaria jenis skizontisid
3. Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk atau mempegaruhi sporogonik nyamuk. Obat antimalaria yang dapat digunakan seperti jenis gametosid atau sporontosid

Resistensi P.falciparum terhadap obat malaria
Resistensi P.falciparumterhadap obat malaria golongan aminokuinolin (klorokuin dan aminodiakuin) untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1960-1961 di kolimbia dan blrazil. Kemudian ditemukan secara berturut-turut di Asia Tengah yaitu di Muangthai, Malaysia, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Philipina,. Di Indonesia ditemukan di Kalimanatan Timur (1974), Jawa Tengah (Jepara, 1981), dan Jawa Barat(1981). Focus resistensi tidak mencakup seluruh daerah, parasit masih snsitif di beberapa tempat di daerah tersebut. Resistensi terhadap obat malaria dipikirkan bila kasus malaria falsiparum tidak sembuh setelah diobati dengan dosis standar atau bila rekrudesensi timbul segera setelah parasit menghilang untuk sementara waktu setelah pengobatan.
      Bila resistensi P.falciparum terhadap klorokuin sudah dapat dipastikan, obat antimalaria lain dapat diberikan, anatara lain :
1.      Kombinasi sulfadosin 1.000 mg dan pirimeatamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet
2.      Kina 3 x 650 mg selama 7 hari
3.      Antibiotic seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/hari selama 7-10 hari, minosiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari
4.      Kombinasi-kombinasi lainya seperti kina dan tetrasiklin

Daftar Pustaka



Sumber:Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI , kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1,2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar