Dafter isi

t;

Senin, 18 Maret 2013


ASKEP SECTIO CAESARIA


A. pengertian
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.
(Arif Mansjoer, 2002)
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat syatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.
(Rustam Mokhtar, Edisi 2.1998)
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat ,rhim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
(Sarwono Prawirohartjo,2000)
Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah.
(Rustam Mokhtar,Edisi 2.1998)

2.JENIS JENIS SECTIO CAESARIA

1.Sectio caesaria transperitonealis profunda
Sectio caesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus.keunggulan pembedahan ini adalah:
a.Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b.Bahaya peritonitis tidak besar.
c.Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.





2.Sectio ceacaria klasik atau section ceacaria komporal
Pada cectio ceacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri,pembedahan ini yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan section ceacaria transperitonealis profunda.

3. Sectio ceacaria ekstra peritoneal
Section ceacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan.

3.INDIKASI-INDIKASI
a.Indikasi Ibu dengan s c :
Plasenta previa sentralis (Posterior)dan totalis, Panggul sempit, Disproposi cepalo pelvis (ketidak sesuaian antara kepala dan tanggul), Partus lama, Ruptur uteri mengencang, Partus tidak maju, Distosia serviks, Pre eklamsia dan hiprtensi,Disfungsi uterus,Distosia jaringan lunak .
b.Indikasi Janin dengan s c :
1. Letak lintang
2. Letak bokong
3. Presentasi rangap bila reposisi tidak terhenti
4. Presentasi dahi dan muka(letak depleksi)bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil
5. Gemili menurut easmant,s c di anjurkan
a. 1.Bila janin pertama letak lintang/presentasi bahu
b. 2.Bila terjadi interior
c. 3.Distosia oleh karena tumor
d. 4.Gawat janin
6. Kelainan Uterus :
a. Uterus arkuatus
b. Uterus septus
c. Uterus duplekus
6. Terdapat tumor dipelvisminor yang menggangu masuk kepala janin kepintu atas panggul
4.HAl-HAl YANG PERLU DI PERHATIKAN DALAM SC
1.Sectio Ceaceria Efektif
Sekcio ceacaria ini di rencanakan lebih dahulu di ketahui bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan keuntungannya ialah bahwa waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan bahwa persiapan dapat dilakukan dengan baik kerugiannya oleh karena persalinan belum mulai,segmen bawah uterus belum berbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan dan lebih mudah terjadi abonia uteri dengan pendarahan karena uterus mulai dengan kontraksinya.
2.Anastesia
Anastesia umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat pernapasan,sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat di atasi dengan mudah.selain itu ada pengaruh terhadap tonus uterus,sehingga kadang-kadang timbul pedarahan post partum karena atonia uteri,akan tetapi bahaya tebesar ialah apabila di beri anastesi umum sedangkan lambung penderita tidak kosong pada wanita tidak sadar karena anastesi ada kemungkinan isi lambung masuk kedalam.
3.Transfusi Darah
Perdarahan pada section caesaria lenih banyak daripada persalinan pervaginam.perdarahan ini dapat disebabkan oleh insisi pada uterus ketika pelepasan plasenta mungkin juga karena terjadinya atonia uteri post partum, berhubungan dengan itu,pada tiap-tiap section caesaria perlu diadakan persediaan darah.
4.Pemberian Antibiotic
Walaupun pemberian antibiotic sesudah sectio caesaria efektif dapat dipersoalkan,namun pada persediaanya dianjurkan.


5.KOMPLIKASI
a.Ibu
1. Injeksi purporal
2. Perdarahan
3. Luka dinding kandung kemih
4. Embolisme paru
5. Rupture uteri
b.Bayi
Kematian perinatal

6.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Jumlah darah lengkap,hemoglobin atau hematokrit.mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan
b. Urinalisis, kultur urin, darah, vagina dan lokhea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual.

7. PERAWATAN
Perawatan post partum dimuali sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum infeksa. Bila laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi lakukan perawatan luka dengan sebaik-baiknya.
Diit yang diberikan harus bermutu tinggidengan cukup kalori mengandung cukup protein, cairan serta banyak buah-buahan karena wanita tersebut mengalami hemokonsentrasi miksi atau berkemih harus secepatnya dilakukan sendiri. Defeksi atau BAB harus ada dalam 3 hari post partum. Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya mulas dapat diberi analgesic atau sedatif supaya dapat beristirahat atau tidur.


B.Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi : Kehilangan darah selama prosedur kira-kira 400 – 500 cc
b. Makanan/Cairan :Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
c.Neurosensori :Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anestisi spinal epidurald.Nyeri/Ketidaknyamanan: Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya trauma bedah atau insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih atau abdomen, efek-efek anestese, mulut mungkin kering.
e.Pernafasan :Bunyi paru jelas dan vasikuler.
f. Keamanan :Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh, bila digunakan, paten, dan sisi bebas eritema bengkak dan nyeri tekan.
g. Seksualitas : Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan atau banyak

2.Diagnosa Keperawatan
Menurut doengeos E.marllyn ( 2001 ) hal 415, adalah sebagai berikut:
a. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi atau peningkatan anggota keluarga,krisis situasi.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan,efek-efek anastesi,distensi kandungan kemih atau abdomen
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi acaman pada konsep diri transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.
e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokimia atau rugulasi, efek-efek anastasi,trombo emboli,trauma jaringan.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,penurunan hemoglobin,prosedur invasive dan atau peningkayan pemanjanan lingkungan,pecah ketuban lama dan mal nutrisi
g. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, dehidrasi, diare persalinan, kurang asupan.
h. Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, priode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan kurang informasi
i. Gangguan pemenuhan kebutuhan (personal Hygiene) berhubungan dengan kelemahan fisik
j. Perubahanan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal.

3. Rencana tindakan
Tahap perencanaan merupakan tahap penentuan tujuan dan criteria hasil yang diharapkan dan tindakan yang direncanakan. Intervensi dari diagnose keperawatan diatas yaitu sebagai berikut :
DX 1 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi atau peningkatan anggota keluarga, krisis situasi.
Tujuan : perubahan proses keluarga tidak terjadi.
Kriteria hasil :klien dapat menggendong bayi bila kondisi ibu dan
Neonates memungkinkan serta mampu
mendemontrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang
dekat klien mulai secara aktif mengikuti tugas
perawatan bayi baru lahir dengan tepat
Intervensi :
a. Anjurkan klien menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi, bantu sesuai kebutuhan.
b. Berikan kesempatan ayah atau pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi dan membantu dalam perawatan bayi.
c. Observasi dan catat interaksi keluarga bayi.
d. Perhatikan pengungkapan atau perilaku yang menunjukkan kekecewaan/kurang minat/kedekatan
e. Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengungkapakan perasaan yang negative tentang diri mereka dan bayi
f. Berikan informasi sesuai kebutuhan tentang keamanan dan kondisi bayi
g. Anjurkan dan bantu dalam menyusui
h. Diskusikan kebutuhan,kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan.


DX 2: Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan
Tujuan : Nyeri tidak terjadi.
Kreteria Hasil : klien mampu mengidentifikasikan dan menggunakan
rencana untuk mengatasi nyeri atau ketidaknyamanan
serta mengungkapkan berkurangnya nyeri. Klien
tampak rileks, mampu tidur atau istirahat dengan
tepat.
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan.
b. Berikan informasi dan petunjuk antipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan
c. Evaluasi tekanan darah dan nadi, perhatikan perubahan perilaku
d. Ubah posisis klien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gosakan punggung.
e. Lakukan latihan napas dalam.
f. Anjurkan penggunaan recumen lateral/kiri.
g. Anjurkan tekhnik distraksi dan relaksasi.
h. Perhatikan adanya nyeri tekan uterus ,perhatikan infuse oksitoksin pasca operasi.
i. Anjurkan mobilisasi dini dan menghindari makanan yang mengandung gas.
j. Palpasi kandung kemih, perhatika adanya rasa penuh
k. Berikan analgesic sesuai yang diresepkan oleh dokter.

DX 3: Ansietas berhubungan dengan ancaman pada konsep diri.
Tujuan : Ansietas tidak terjadi
Kriteria hasil :klien mampu mengungkapkan kesadaran akan ansietas
mampu mengidentifikasi cara untuk menurukan atau
menghilangkan ansitas. Klien melaporkan bahwa
ansietas sudah menurun ketempat yang dapat
diatasi,klien kelihatan rileks dapat tidur istirahat
dengan benar.



Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya
b. Bantu klien/pasang dalam mengidentifikasikan mekanisme koping yang lazim dan berkembang strategi koping jika dibutuhkan .
c. Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien/bayi
d. Anjurkan klien untuk sering kontak dengan bayi sesegera mngkin.

DX 4. harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.
Tujuan : harga diri rendah situasional tidak terjadi.
Kriteria Hsail : klien mampu mendiskusikan masalah berhubungan
dengan peran dalam dan persepsi terhadap
pengalaman kelahiran dan klien atau pasangan dan
mampu mengekspresikan harapan dirir yang positive.
Intervensi :
a. Tentukan respon emosional klien atau pansangan terhadapn kelahirsn SC
b. Tinjau ulang partipasi klien/pasangan dan peran dalam pengalaman kelahiran
c. Beritahukan klien tentang hampir samanya antara kelahiran
d. Sc dan kelahiran melalui vagina

DX5:Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokimia/ regulasi, trauma jaringan.
Tujuan :Resiko tinggi terhadap cidera tidak terjadi.
Kriteria hasil :klien mampu mendemontrasikan perilaku untuk
menurunkan factor resiko dan perlindungan diri,dan
klien bebas dari komplikasi
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Insfeksi balutan terhadp pendarahan yang berlebihan
c. Perhatikan kateter dan jumlah aliran-aliran lochhea dan konsistensi fundus
d. Pantau masukan cairan dan pengeluaran urin
e. Ajarkan klien untuk ambulasi dni.
f. Anjurkan klien untuk merubah selalu posisi tubuh (dudk, berbaring dalam posisi datar)
g. Inspeksi daerah luka operasi (apakah sudah ada perubahan penyembuhan).
h. Inspeksi daerah ekstremitas bawah terhadap tanda tromboplebitis.
i. Anjurkan latihan kaki/pergelangan kaki dan ambulasi dini.
j. Berikan cairan infus sesuai dengan program.
k. Periksa Hb, Ht pasca operasi bandingkan dengan kadar pra operasi.
l. Berikan kaos kaki penyokong ata balutan elastis untuk kaki bila resiko atau gejala plebitis ada.

DX 6:Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb,
prosedur infasif dan atau peningkatan pemajanan lingkungan, pemecahan
ketuban lama, malnutrisi.
Tujuan : resiko tinggi infeksi tidak terjadi.
kriteria hasil : klien mampu mendemonstrasikan teknik-teknik untuk
menurunkan resiko dan meningkatkan penyembuhan,
mampu menunjukkan luka bekas dan drainase lunak /
tidak nyeri tekan, dengan aliran dan karakter lochea
norml dan klien bebas dari infeksi, tidak demam.
Intervensi :
a. Anjurkan dan gunakan teknik septic dan anti septic
b. Perhatikan factor yang menyebabkan terjadinya infeksi
c. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan
d. Berikan luka dan ganti balutan luka bila basah
e. Inspeksi insisisi terhadap proses penyembuhan
f. Dorong klien untuk mandi air hangat setiap hari tetapi tidak mengenai luka operasi
g. Observasi suhu,nadi dan jumble sel darah putih
h. Anjurkan istirahat cukup
i. Berikan antibiotic khusus untuk proses infeksi yang diresepkan oleh dokter.






DX 7:Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
Tujuan : konstipasi tidak terjadi
kriteria hasil :klien mampu mendemonstrasikan kembalinya
mobilitas usus dibutuhkan oleh bising usus dan
keluarnya flatus dan klien mendapatkan kembali pola
eliminasi biasanya atau optimal.
Intervensi :
a. Auskultasi bising usus
b. Palpasi abdomen,perhatikan distensi atau ketidak nyamanan
c. Anjurkan makanan yang berserat tinggi
d. Anjurkan untuk ambulasi dini
e. Anjurkan cairan oral yang adekuat (missal : 6-8 gelas/hari
f. Identifikasi aktivitas klien yang dapat merangsang kerja usus
g. Berikan pelunak feses sesuai dengan instruksi dokter

DX 8: kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologi, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan kurang nya informasi
Tujuan :ibu mengerti tentang perawatan bayi
kriteria hasil :klien mampu mengungkapkan pemahan tentang
perubahan, kebutuhn individu,hasil yang diharapkan,
serta dapat melakkukan aktivitas – aktivitas/prosedur
yang perlu dengan benar untuk penjelasan dan
tindakan.
Intervensi :
a. Kaji motivasi klien untuk belajar
b. Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang distandarisasi atau ceklis
c. Kaji keadaan fisik klien
d. Perhatikan status psikologis danb respon terhadap seksiosesaria serat peran menjadi ibu
e. Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang berkaitan dengan kelahiran seksiosesaria
f. Kaji ulang perawatan diri ( perawatan parineal,perawatan luka,heygine dan berkemih ).
g. Kaji tanda atau gejala yang perlu perhatian khusus ( demam, disuria, peningkatan jumble lochea )
h. Ajarkan cara perawatan bayi.
i. Diskusikan rencana-rencana piƱatalaksanaan dirumah ( membantu pekerjaan rumah,susunan fisik rumah, pengaturan tidur bayi
j. Berikan informasi tentang kb beserta keuntungan dan kerugiannya.

DX 9 : gangguan pemenuhan kebutuhan (personal Hygiene) berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : pemenuhan kebutuhan terpenuhi
Kriteria hasil :
 Klien mampu memenuhi personal hygine secara mandiri
§
 Badan tampak bersih tidak lengket
§
 Klien terlihat rapi, rambut bersih dan tidak berminyak
§
 Vulva bersih
§
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital tiap 8 jam
2. Kaji kemempuan klien dalam perawatan diri
3. Bantu klien dalam perawatan diri ( mandi, mencuci rambut, vulva hygiene) jika diperlukan
4. Monitor tanda-tanda vital tiap 8 jam
5. Kaji kemampuan klien dalam perawatan diri

DX 10 :Perubahan eliminasi : urin berhubungan dengan trauma,efek hormonal
dan efek anastasi
Tujuan : Gangguan eliminasi urin tidak terjadi
Kriteria hasil : klien mendapatkan pola berkemih yang biasa/optimal
setelah pengangkatan kateter, klien mengosongkan
kandung kemih pada setiap berkemih.


Intervensi :
a. Perhatikan dan catat jumlah,warna dan konsistensi drainase urin.
b. Test urin terhadap albumin dan aseton.
c. Berikan cairan peroral (6-8 gelas/hari )
d. Palpasi kandung kemih,pantau tinggi pundus,lokasi dan jumlah aliran lochea.
e. Perhatikan tanda dan gejala ISK ( warna keruh,bau busuk,sensasi terbakar setelah pengangkatan kateter
f. Gunakan metode untuk memudahkan pengangkatan kateter setelah berkemih( menyiramkan air hangat keperinium )
g. Perhatikan infus intravena selama 24 jam setelah pembedahan sesuai indikasi
h. Lepaskan kateter sesuai indikasi ( biasanya 6-12 jam post partum ).

4. Pelaksaaan
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan mempasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain :


1. Persiapan : Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan
keperawatan, yaitu mengulang tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan yang kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari kesalahan tindakan.
2. Intervensi : Pelaksanaan tindakan keperawatan yang bertjuan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, adapun sifat tindakan keperawatan yaitu independen, interindependen,dan dependen.
3. Dokumentasi: Mendokumentasikan suatu proses keperawatan secara lengkap
dan akurat.

5.Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi keperawatan.
a. Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawata dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b.Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif,
fleksibel dan efisien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar