Dafter isi

t;

Minggu, 24 Juni 2012

CERITA TENTANG PAKU DAN LIDAH


     CERITA TENTANG PAKU DAN LIDAH
Seorang anak seringkali terlibat percekcokan dengan teman-temannya, bahkan si anak seringkali marah-marah terhadap siapapun termasuk kepada ayahnya sendiri. Si ayah sudah habis menasihati sang anak, namun si Anak tidak juga mengerti dan faham serta mengikuti apa yang menjadi nasihat orangtuanya. Sang ayah sudah merasa jengkel. Sang Ayah berfikir, akhinrnya menemukan satu ide, Yaitu Cerita Paku dan Lidah.
Berbekal paku sebanyak satu kilogram, sang ayah mengajak anaknya bermain dan belajar menempelkan paku.
Sang ayah meminta kepada anaknya dengan menggunakan paku tersebut.
“Ayah sudah membeli paku sebagai bahan permainan kita, ayah ingin kamu yang jadi pemain intinya, ayah menjadi lawan main kamu, karena kamu sebagai pemain intinya maka kamu yang harus memegang paku ini,” ucap sang Ayah.
“Bagaimana cara mainnya Ayah?,” Tanya sang anak mengulangi.
“Ayah punya paku sebanyak satu kilogram, cukup banyak bukan? Nah, paku-paku ini kamu tancapkan sama pagar halaman rumah kita, namun ditancapkannya setiap kali kamu marah,”ujar sang Ayah.
Jadi Satu kali marah, si anak menancapkan paku ke pagar. Dua kali marah, paku tersebut ditancapkannya lagi. 3 kali, 4 kali, 5 kali, hingga akhirnya paku tersebut habis dan memenuhi kayu-kayu yang menjadi pagar rumahnya.

“Horeeee ayah aku berhasil, pakunya telah habis aku tancapkan ke pagar, liat Ayah, semua pagar sudah penuh oleh paku,” teriak sang anak kegirangan.
“Wah pinter kali kamu ya,” ucap sang ayah, pura-pura bangga dan memuji.
Lalu sang ayah meminta agar si anak mencabutnya kembali paku-paku tersebut, tapi dengan satu syarat bahwa jika sang anak mampu menahan emosinya. Sang ayah memberikan iming-iming sepeda baru jika si anak berhasil mencabut semua paku tersebut.
Sang anak pun menyetujuinya walaupun merasa berat. Satu kali dapat menahan emosi, satu paku dia cabut, 2 kali dapat menahan emosi 2 paku dapat dia cabut, dan akhirnya si anak berteriak kembali karena berhasil mencabut semua isi paku.
“Namun sebelum ayah belikan sepeda baru, coba perhatikan pagar-pagar tersebut,” lanjut sang Ayah.
“Iya Ayah memangnya kenapa?”Tanya sang anak.
“Coba liat paku-paku tersebut meninggalkan lubang yang sangat dalam, jika saja kayu memiliki darah barangkali akan merasa kesakitan dan dilumuri darah. Biarpun paku-paku sudah dicabut tetap saja meninggalkan lubang-lubang tersebut,” Jawab sang Ayah.
“Paku tersebut diibaratkan dengan lidah kamu, ketika lidah kamu mengucapkan kata-kata yang kasar karena marah-marah, maka lidahmu tersebut akan meninggalkan luka pada orang yang kita marahi. Seterusnya seperti itu. Kemudian ketika kamu menyadari kesalahan kamu, yang Ayah ibaratkan dengan mencabut paku, maka lubang paku akan tetap tinggal di kayu tersebut, artinya bahwa bilapun kita sudah minta maaf pada orang yang kita marahi, luka tersebut akan tetap menempel pada seseorang, walaupun seseorang tersebut sudah memaafkan kamu,” jelas sang Ayah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar